Rabu, 29 Maret 2017

PENGANTAR PERJANJIAN BARU




KITAB-KITAB PERJANJIAN BARU
(New Testament Books)

Kitab-kitab Sejarah – Matius, Markus, Lukas, yohanes, Kisah Para Rasul
Surat-surat Paulus – Roma, I dan II Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, I dan II Tesalonika, I dan II Timotius, Titus, Filemon, Ibrani
Surat-surat non Paulus – Yakobus, I dan II Petrus; I, II dan III Yohanes; Yudas; Wahyu

Kitab-kitab Sejarah
Matius – mempresentasikan Yesus sebagai Mesias. Silsilah Yesus dari garis keturunan Yusuf. Penggenapan nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama.
Markus – mempresentasikan Yesus sebagai Hamba. Sepertiga dari Injil ini berbicara mengenai minggu terakhir kehidupan Kristus di bumi.
Lukas – mempresentasikan Yesus sebagai Anak Manusia yang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang. Silsilah Yesus dari garis keturunan Maria.
Yohanes – mempresentasikan Yesus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia, sang Kristus.
Kisah Para Rasul – mempresentasikan tentang catatan sejarah dari kenaikan Kristus ke surga hingga perjalanan misi Paulus

Surat-surat Paulus
Roma – Penelaahan yang sistematis atas pembenaran, pengudusan dan pemuliaan. Menelaah rencana Allah atas orang Yahudi maupun non- Yahudi.
I Korintus – surat ini menyoroti perpecahan dalam jemaat dan teguran atas pelanggaran susila, masalah mencari keadilan kepada orang-orang yang tidak beriman, dan kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam Perjamuan Kudus. Juga menyinggung tentang penyembahan berhala, pernikahan dan kebangkitan.
II Korintus – Pembelaan Paulus atas kerasulannya.
Galatia – Paulus membuktikan kesalahan dari legalisme (menganggap Hukum Taurat sebagai sesuatau yang mutlak dalam memperoleh keselamatan) dan menelaah mengenai tempat yang layak bagi anugerah di dalam kehidupan orang-orang Kristen.
Efesus – Posisi orang percaya didalam Kristus dan informasi mengenai peperangan rohani.
Filipi – Paulus membicarakan tentang pemenjaraannya, kasihnya kepada jemaat di Filipi. Ia mendesak mereka ke arah kesalehan dan memperingatkan mereka akan bahaya legalisme.
Kolose – Paulus mengutamakan pada keutamaan Yesus dalam penciptaan, penebusan, dan dalam kekudusanNya.
I Tesalonika – Pelayanan Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Pengajaran mengenai kesucian dan menyinggung tentnag kembalinya Kristus kedunia (kedatangan Kristus kembali).
II Tesalonika – Korensi atas pendapat yang salah mengenai Hari Tuhan.
I Timotius – Instruksi yang ditujukan kepada Timotius mengenai kepemimpinan yang benar dan cara-cara menghadapi ajaran sesat, peranan wanita, doa dan syarat-syarat bagi penilik jemaat dan diaken.
II Timotius – sepucuk surat untuk menguatkan Timotius.
Titus – Paulus meninggalkannya (Titus) di Kreta guna menggembalakan jemaat di sana. Syarat-syarat menjadi penatua atau penilik jemaat.
Filemeon – Sepucuk surat kepada seorang tuan mengenai budaknya yang melarikan diri. Permohonan Paulus kepada Filemon supaya mengampuni dan merima Onesimus budaknya.
Ibrani – sepucuk surat kepada jemaat kristen Yahudi yang sedang terancam bahaya kembali untuk memeluk Judaisme. Surat ini menunjukkan superioritas Kristus dibandingkan dengan sistem Perjanjian Lama. Menyinggung juga tentang keimaman Melkisedek.

Surat-surat non-Paulus
Yakobus – sebuah desakan praktis untuk menjalani kehidupan kristiani yang mencerminkan kehidupan yang telah lahir baru. Surat ini menekankan pemeriksaan atas diri sendiri terhadap bukti-bukti dari hidup yang telah diubahkan.
I Petrus – Petrus menuliskan surat ini untuk menguatkan penerima suratnya dalam penderitaan mereka dan agar mereka tetap rendah hati. Menyinggung juga tentang masalah baptisan.
II Petrus – membicarakan menganai kehidupan batiniah setiap pribadi, peringatan mengenai pengajaran palsu, dan menyinggung mengenai Hari Tuhan.
I Yohanes – Yohanes mendiskripsikan persekutuan yang sejati dari orang-orang percaya dengan sesama orang percaya dan dengan Allah. Melukiskan Allah sebagai terang dan kasih. Mendorong agar orang-orang kristen berjalan di dalam Allah, serta banyak menyinggung tentang kasih kristiani.
II Yohanes – Puji-pujian untuk mereka yang berjalan di dalam Kristus dan sebuah peringatan untuk tetap berjalan di dalam kasih Allah.
III Yohanes – Yohanes berterima kasih kepada Gayus atas kebaikannya terhadap jemaat Allah dan menegur Diotrefes.
Yudas – mengekspos guru-guru palsu dan mengunakan ibara-ibarat dalam Perjanjian Lama untk melukiskan penghakiman atas mereka. Nasihat-nasihat untuk meneguhkan iman.
Wahyu – penglihatan yang penuh dengan simbol / perlambang mengenai pemberontakan, penghakiman dan akhir dari segala sesuatau.






MATIUS
(YESUS SANG MESIAS)

Pokok istimewa yang ditekankan Matius adalah bahwa Yesus adalah Mesias sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Seringnya penyebutan kata “Kerajaan” menjadikan Injil ini sering disebut sebagai Injil Kerajaan. Injil ini ditulis menurut urutan waktu sekalipun tidak lengkap tentang setiap peristiwa. Melainkan hanya tentang kejadian-kejadian yang utama dan bahannya disusun menurut pokoknya.

Penulis:
Tentang siapa penulis dari Injil Matius ini tidak ada bukti internal yang dengan tegas menyatakan siapa penulisnya, akan tetapi gereja abad pertama mengakui bahwa Matius murid Yesuslah yang menulisnya. Dia adalah salah satu dari kedua belas murid Yesus (Mat. 9:9-13; 10:3). Dalam Injil Markus dan Lukas ia disebut “Lewi” (Mrk 2:14, Luk 5:27). Dikatakan bahwa ia adalah pemungut cukai di Kapernaum (Mat 9:9), suatu pekerjaan yang tidak terpuji diantara bangsa Israel, karena terdaftar dalam “golongan orang berdosa” Para penulis gereja yang pertama yang membahas kepenulisan Injil menetapkan Injil pertama ini sebagai hasil karya Matius. Eusebius (+/- 325 M) mengutip Papias (+/- 100 M) yang konon mengatakan bahwa Matius telah menyusun ajaran Tuhan dalam bahasa Aram, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani oleh masing-masing orang semampu mereka. Demikian juga Ireneus (+/- 150 M) mengatakan bahwa Matius menulis sebuah Injil bagi orang Ibrani.
Disisi lain ada yang beranggapan bahwa sangat sulit untuk dibayangkan bahwa rasul Matius murid Yesus adalah penulis Injil ini, hal ini dikarenakan adanya pemikiran, apakah seorang rasul akan memakai Injil Markus sebagai sumber penulisannya? Pasti tidak. Dan dikemudian hari pada abad ke 2M nama Matius diberikan kepada Injil ini, dengan kata lain bias saja bahwa Injil ini mempunyai kaitan tertentu dengan rasul tersebut, misalnya hanya sekedar memberikan bahan kepada penulis aslinya.

Tiga alasan lainnya (secara eksplisit) bahwa Matius adalah penulis Injil pertama ini adalah:
1.      Matius seorang anggota yang tidak menonjol dalam kelompok apostolic, tidak ada alsan untuk memakai namanya sebagai penulis buku bajakan. Seorang pembajak buku untuk mempopulerkan tulisannya pasti akan menerbitkannya dibawah nama rasul-rasul lain yang lebih terkenal.
2.      Sebagai pemungut cukai, Matius tentunya seorang terpelajar dan sudah terbiasa membuat catatan-catatan dalam pekerjaannya
3.      Tradisi mengatakan bahwa Injil pertama yang asli berbahasa Aram, tidak menutup kemungkinan bahwa penulis kemudian menerbitkannya dalam bahasa Yunani yang segera mengalahkan popularitas kitab yang pertama – tulisan sebelumnya.


Tanggal dan tempat penulisan
Kapan tepatnya Injil ini ditulis, tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi ada dua pandangan yang menyatakan tentang waktu kepenulisannya, yaitu:
1.      Tahun 58 – 65M, alasannya bahwa sedikit kemungkinan bahwa Injil ini ditulis sebelum orang-orang meninggalkan Yerusalem (Kisah 8:4), karena masih ada para rasul yang akan menjawab setiap pertanyaan serta memberikan pengajaran sehingga tidak dibutuhkan Injil yang tertulis, selain itu juga tidak mungkin lebih dari tahun 70, karena ramalan mengenai kekalahan kota ini tidak pernah menyinggung kehancuran yang sesungguhnya (Matius 24:1-28). Kesaksian Ireneus menyatakan bahwa naskah ini ditulis pada jaman Kaisar Nero, “sewaktu Petrus dan Paulus berada di Roma”
2.      Tahun 70-90M, hal ini didasari dari pemikiran / penafsiran bahwa apa yang tertulis dalam perumpamaan di Matius 22:7 merupakan suatu catatan yang mengisahkan peristiwa yang terjadi pada tahun 70 dimana bait Allah dan kota Yerusalem dibakar dan dihancurkan.
Tentang tempat penulisannya tidak mungkin di Palestina, sebab disana orang memakai bahasa Aram, sedangkan dari pemeriksaan tentang Injil Matius jelaslah bahwa kitab ini mempergunakan bahasa Yunani sebagai bahasa aslinya. Boleh dikatakan sebagian besar beranggapan bahwa Antiokhialah tempat yang paling tepat. Hal ini disebabkan karena asumsi bahwa gereja terbesar pertama yang mempunyai jemaat yang berbicara dalam bahasa Aram maupun Yunani adalah jemaat Antiokhia. Walaupun tidak ada bukti yang pasti tentang tempat penulisan, namun tidak ada tempat lain yang lebih sesuai dari pada di Antiokhia - Siria.

Penempatan dalam kanon
Ada tiga hal yang membuat Injil Matius ini ditempatkan sebagai kitab pertama dalam kanonisasi PB, yaitu:
1.      Injil Matius dinilai sistematis oleh para ahli, dimana Injil ini menceritakan silsilah Yesus secara teratur. Silsilah Yesus dimulai dari Abraham karena Injil Matius ditujukan bagi orang Yahudi, yang notabenenya sangat bangga dan menghormati Abraham sebagai leluhur mereka.
2.      Injil Matius menjembatani PL dan PB dalam hubungannya dengan penggenapan akan kehadiran Messias di PL.
3.      Dalam gereja kuno, Injil Matius ini sudah sangat terkenal dan berpengaruh pada saat itu serta sudah diterima secara umum.

Tujuan Penulisan
1.      Secara apologetis, pengarang kitab ini memperlihatkan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan akan janji-janji Allah yang disampaikan kepada para nabi dalam PL yang sudah digenapi. (Mat8:17)
2.      Secara kateketis, berarti memberi pengetahuan tentang pokok-pokok ajaran kekristenan yang teratur dalam perbuatan perbuatan dan ajaran-ajaran Kristus
3.      Secara parenetis, bersifat menasihati atau teguran bagi kehidupan kekristenan. Disini ditekankan bahwa dengan menjadi jemaat Kristen saja belum cukup bagi seseorang untuk diselamatkan.

Maksud Penulisan Kitab
1.      Untuk memberikan kepada siding pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus.
2.      Untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Messias yang dinubuatkan dalam PL dan yang sudah lama dinantikan
3.      Untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Latar belakang Ke Yahudian dari Injil ini nampak:
  1. Ketergantungannya pada penyataan, janji dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Messias yang telah lama dinantikan.
  2. Hal merunut garis silsilah Yesus bertolak dari Abraham ( Mat 1:1-17)
  3. Pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah “Anak Daud” (Mat 1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30-31; 21:9,15; 22:41-45).
  4. Penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti “Kerajaan Sorga” (yang searti dengan “Kerajaan Allah”) sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi dalam penyebutan nama Allah secara langsung.
  5. Petunjuknya tentang berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab Injil yang lain)
Meskipun demikian Injil ini tidaklah semata-mata hanya untuk orang yahudi saja, pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan seksama menyatakan lingkup universal Injil.

 

Secara umum Matius ini terbagi atas 5 bahan khas

  1. Hukum Baru (pasal 3 – 7)
  2. Pemuridan ( 8:1-9; 34; 9:35-10:42
  3. Makna Kerajaan (11-13:1-52)
  4. Jemaat (13:53 – 17:27, pasal 18)
  5. Penghakiman ( 19-25)

 

SIFAT-SIFAT KHUSUS

1.      Matius adalah Injil pengajaran, dimana dalam setiap bagian terdapat satu contoh ajaran yang panjang, seperti contoh berikut:
- Mat 1:1-4:11                         :Khotbah Yohanes (Mat 3:1-12)
- Mat 4:12 – 7:29                    :Khotbah dibukit (Mat 5:1 – 7:29)
- Mat 8:1 – 11:1                      : Amanah Penginjilan (Mat 10:1-42), dll
  1. Matius adalah Injil Jemaat, dimana Matius adalah satu-satunya Injil yang memunculkan kata “jemaat” (16:18; 18:17), perkataan yang diucapkan Yesus yang menunjukkan/mengandung maksud:
-          bahwa Ia mempunyai gagasan yang pasti tentang gereja sebagai suatu lembaga yang akan datang.
-          Menunjukkan bahwa sebagai jemaat yang masih muda dan masih bergolak, tulisan itu sebagai suatu penghiburan dan nasihat.
-          Sebagai tekanan pada otoritas jemaat: menekankan kepemimpinannya, tubuh jemaat secara keseluruhan
-          Secara khusus mengandung cara penggembalaan (Mat 18:17)

  1. Matius adalah Injil Raja
Selain doktrin kerajaan yang ditekankan, naming disepanjang Injil ini sifat Kristus sebagai raja sangat menonjol, yaitu:
    1. Silsilah Yesus sebagai silsilah raja-raja Yehuda (pasal 1)
    2. Kelahiran Yesus dipandang sebagai ancaman politik bagi Herodes
    3. Yesus memasuki Yerusalem sebagai seorang raja dengan menunggang keledai (Mat 21:5,7)
    4. Dalam ajaran yang disampaikanNya Yesus mengatakan bahwa Ia akan “bersemayam ditahta kemuliaanNya” (Mat 19:28; 25:31)
    5. Tulisan diatas kayu salib adalah “Inilah Yesus Raja Orang yahudi”
    6. Disebutkan 9 kali bahwa Yesus “Anak Daud”, yang mengesankan bahwa Yesus sebagai seorang raja keturunan Daud.

Tema: Yesus sebagai Mesias Anak Allah yang hidup (1:1 – 4:6)

Pesan Injil

1.      Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan yang berasal dari keturunan Daud, datang untuk menyelamatkan manusia dan kebenaran yang diberitakan adalah kebenaran yang sejati.
  1. Kerajaan yang Tuhan beritakan telah tiba dan akan tiba, juga soal kedatanganNya adalah suatu kepastian
  2. Hukum taurat yang sempurna ada didalam Dia, bahkan Dialah yang melengkapinya
  3. Gereja didirikan dan diutus untuk menjadi saksi hidup bagi Allah

APLIKASI

1.      Kepada orang yang belum percaya: Injil ini menunjukkanbahwa Yesus adalah Mesias yang datang untuk membebaskan manusia dari hukuman dosa dan yang memberikan keselamatan hidup.
  1. Bagi orang percaya: Injil ini berfungsi sebagai ajaran yang penting mengenai kehidupan dan ucapan Yesus yang menjadi teladan dalam hidup dan perkataan manusia.

CATATAN MENGENAI SUMBER
  1. Hampir seluruh bahan cerita dalam Injil Markus terdapat dalam Injil matius. Ini membuktikan bahwa Matius mengambil bahan dari sumber Markus
  2. Terdapat pula kesamaan-kesamaan antara injil matius dengan Injil Lukas. Hal ini dimungkinkan karena disamping sama-sama mengambil bahan dari sumber Markus, keduanya juga mengambil bahan dari sumber “Q”
  3. Ada pula bagian-bagian yang sama sekali tidak terdapat dalam Injil Sinoptik lainnya, karena Matius mengambil bahannya juga dari sumber yang hanya dimiliki oleh Matius sendiri, yaitu sumber “M”

 

 

MARKUS

(YESUS SEBAGAI HAMBA YANG MENDERITA)

PENDAHULUAN

Injil Markus dianggap sebagai Injil tertua dari keempat Injil dalam PB dan merupakan catatatan yang paling kuno mengenai kehidupan Yesus. Markus menulis riwayat kehidupan Yesus menurut saksi mata berdasarkan penuturan rasul Petrus. Penulis menyebut Injilnya sebagai permulaan kabar baik, “inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.” Penulis bermaksud menggambarkan tahap pertama dari perkembangan kabar baik yaitu berita yang telah diterimanya. Kisah yang diceritakannya merupakan bagian integral dan penting dari cerita dan pengalamannya sebagai orang Kristen. SIFAT Injil Markus singkat, jelas dan mengena, sifat yang sesuai dengan alam pikiran orang Romawi yang tidak telaten menghadapi gambaran-gambaran abstrak dan bahasa sastra yang terlalu tinggi.

PENULIS KITAB

Seperti Injil Injil lainnya, maka pemberian nama-nama matius, markus, Lukas dan Yohanes secara tradisional merupakan pendapat jemaat dan bukan suatu nklaim dari para penulisnya sendiri. Dan penulis Injil markus ini pada umumnya dikaitkan oleh jemaat mula-mula dengan nama Yohanes Markus. Menurut kisah para rasul, sekelompok orang Kristen secara teratur bertemu dirumah ibunya di yerusalem (Kis 12:12). Yohanes markus adalah teman paulus dan barnabas (Kisah 12:25; 15:37-41; Kol 4:10; Flm 24). Yohanes markus juga adalah murid dari Petrus ( I Pet 5:13).
Menurut tradisi umum, Markus ini sama dengan yohanes markus, anak Mariam. Dan jika benar demikian, maka kemungkinan Markus bertemu dengan Yesus di Yerusalem (walaupun diduga markus masih remaja), meskipun dia sendiri bukan termasuk pengiringNya. Markus juga menyertai dan membantu barnabas dan paulus maupun Petrus dalam Pekabaran Injil mereka. Jadi Markus menjadi penginjil dalam arti yang lain daripada “pengarang suatu Injil” Injil Markus ini muncul dari gerakan Zending, tetapi sumbernya hanya dari Petrus saja dan sedikit pengaruh paulus, walaupun tidak terbukti.
Menurut Papias (th 115 M), melalui Eusebius (th 375M), tercatat bahwa markus juru bahasa Petrus, menulis dengan teliti berdasarkan seingatnya apa yang ia dengar dari pengikutannya kepada Petrus tentang hal-hal yang dikatakan dan dilakukan yesus, dan membuat pengajaranya sesuai dengan keperluan (keadaan). Jadi bukan dari perkataan Tuhan. Menurut kabar dari Ireneus dan Klemens dari Alexandrianus (150-215 M) yang dikutip oleh Eusebius, yang mengatakan bahwa Markus mulai mengarang Injilnya atas desakan pendengar-pendengar Petrus di Roma, tentang pemberitaan Petrus secara lisan (sewaktu Petrus masih hidup), dan Markus baru saja menamatkan pekerjaan penulisannya saat Petrus sudah meninggal. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Origenes, pengganti Klemens (th 225M), bahwa Markus menulis Injilnya bagi kita mengenai segala sesuatu yang dijelaskan Petrus kepadanya sepeninggal Petrus dan Paulus.

WAKTU PENULISAN
Menurut tradisi gereja, yaitu dalam kutipan Papias, kata-kata “seberapa banyak ia mengingat” menyatakan bahwa Petrus sudah meninggal. Hal ini cocok dengan kata pengantar dalam suatu salinan Injil markus (“antimarcionitische Proloog”) dan tulisan Ireneus +/- tahun 170: “… ia yang menjadi juru bahasa Petrus yang mengarang Injil ini sesudah Petrus meninggal dijajahan Italia, yaitu antara tahun 65-68 M.
Origenes dan Klemens dari Aleksandria berpendapat bahwa Markus menulis kitab Injil tersebut atas dasar pendiktean Petrus dan naskah terakhir disetujui Petrus. Hal ini berarti bahwa Injil ini ditulis sebelum Petrus meninggal (tahun 64M). Ireneus berpendapat bahwa Injil ini ditulis setelah kematian Petrus (64 M) dan Paulus (67M). Dan apabila Injil Markus menetapkan bahwa pembinasaan kota Yerusalem dipandang sebagai hal yang masih akan terjadi, maka Injil Markus diperkirakan ditulis antara th 64 (saat kematian Petrus) dan tahun 70M (hancurnya kota Yerusalem). Bila dilihat dari kesengsaraan dan penganiayaan karena iman kepada Kristus yang disebut dalam markus (8:34-38; 10:33-35; 13:8-13). Dengan demikian Injil ini ditulis antara tahun 60-70 M, saat Kaisar Nero berusaha menyalahkan orang-orang Kristen atas terbakarnya kota Roma (th 64M). JAT Robinson berpendapat bahwa Injil markus ditulis sebelum th 70 M, bahkan jauh sebelum waktu tersebut, dengan alas an pernyataan apokaliptik dalam Markus 13:1-37, yaitu Yerusalem “akan” jatuh ketangan Roma.
TEMPAT PENULISAN
Menurut tradisi gereja, Injil Markus ditulis di Italia, yaitu dimana Petrus meninggal, dijajahan Italia. Dan menurut Ireneus dan klemens dari Aleksandria, Injil markus ditulis di roma, terlihat dengan terdapatnya banyak kata-kata Latin, seperti: dinar, legion, kondrantes (Lat. Quadrans, duit, Mrk 12:42) dll (Mrk 14:65; 15:19), tidak menunjuk ke Italia, melainkan ke semua tempat, dimana bahasa latin mempengaruhi bahasa Yunani atau suatu bagian kekaisaran Roma dimana dipakai bahasa latin.

ISI DAN TEMA INJIL MARKUS

1.      Injil ini penuh dengan kegiatan yang lebih menekankan “apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan-Nya.” (Markus mencantumkan 18 mujizat dan hanya 4 perumpamaan)
  1. Injil ini khususnya ditujukan untuk orang Kristen non Yahudi (orang Romawi), akan tetapi  menjelaskan adat istiadat Yahudi dan  meniadakan kisah kelahiran, karena bagi masyarakat “gentile” kisah kelahiran tidaklah terlalu dikhususkan.
  2. Injil ini bernada mendesak, dari satu bagian ke bagian yang lain--seketika itu juga
  3. Menggambarkan peristiwa-peristiwa kehidupan yesus dengan ringkas dan cepat.
Tema Injil Markus adalah Yesus sebagai “Hamba yang menderita” (Markus 8:31). Banyak ayat yang menyebut penderitaan sebagai harga kemuridan (Mrk 3:2, 22, 30 ; 8:34-38; 10:33-34, 45; 13:8-11,  dll)

MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

1.      Memperkuat dasar iman bagi orang percaya di Roma dan jika diperlukan mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus Kristus.
  1. Untuk memproklamirkan kabar baik tentang kemenangan Allah atas segala kuasa jahat. Kemengan ini diwujudkan didalam dan oleh Yesus Kristus dan berlaku untuk seluruh dunia
  2. Ada banyak keterangan tentang adat istiadat dan perkataan Aram sehingga sangat membantu bagi orang-orang “Gentile” untuk memahami kehidupan masyarakat Yahudi

Injil Markus merupakan suatu ralat terhadap pandangan Dosetisme, yang menyatakan:
  1. Kemanusiaan Yesus hanyalah suatu khayalan
  2. Keillahian yesus ada saat baptisanNya dan meninggalkanNya sebelum peristiwa penyaliban
  3. Yesus hanya kelihatan sebagai manusia ( “dokeo” , menyerupai)
Markus menggambarkan Yesus sebagai Messias yang terungkap dalam kehidupan seorang pribadi manusia.

Rumusan Inti Berita Injil Markus
1.       Maksud Markus dengan menulis Injil ini dinyatakan dalam ayat pertama:”Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.” (1:1). Markus ingin menyatakan Yesus sebagai Anak Allah. Istilah “Yesus Kristus, Anak Allah” sering terdapat dalam Injil markus ini. Hanya perlu diperhatikan bahwa uraian dalam Markus tentang Yesus Kristus sebagai Anak Allah tidak terjadi secara dogmatis atau teoritis, tetapi secra praktis melalui pemberitaan tentang Yesus yang berkuasa atas segala macam penyakit, dan dengan kuasa Ilahinya Dia mengusir setan-setan yang merasuki orang pada saat itu. Dialah tuhan diatas alam semesta. Hanya dengan satu kata cukup untuk meredakan angina rebut (4:39). Setelah mati dikayu salib, kepala pasukan Romawi berkata:”sungguh orang ini adalah Anak Allah” (15:39). Oleh karena Markus tidak pusing dengan uraian Teologis, maka ia lebih mengutamakan perbuatan-perbuatan Yesus daripada perkataanNya. Meskipun demikian Ia juga mengajar murid-muridNya (8:32 dst) Tetapi ia tidak begitu sering menyinggung apa yang diajarkanNya kepada mereka ataupun kepada orang lain. Satu hal yang perlu diketahui bahwa kitab ini bersifat praktis adalah pemakaian kata “segera”. Kata ini terdapat 8 kali pada pasal pertama, dalam seluruh Markus terdapat 42 kali, padahal dalam Matius hanya terdapat 7 kali dan Lukas hanya 1 kali. Sidlow Baxter berkata:”Kata ini merupakan tanda tangan Markus yang menandai berulang kali perbuatan-perbuatan yang diberitakannya.”
2.       Markus tidaklah bermaksud menulis riwayat hidup Yesus. Markus bermaksud memberitakan “Injil tentang Yesus Kristus” atau lebih tepat “Injil Yesus Kristus”. Perlu diperhatikan juga bahwa Markus tidak memperkenalkan orang banyak. Seluruh Injil ini dipusatkan pada hal yang paling penting, yaitu pelayanan Yesus Kristus, yang menuju pada kematianNya dikayu salib dan kebangkitanNya. Kalau kita perhatikan panjangnya Injil, maka menjadi jelas bahwa segi penderitaan Yesus diberi banyak tempat, dibandingkan dengan kitab-kitab Injil lain.
3.       Yang diberitakan oleh Markus adalah sesuatu yang baru untuk para pembaca. Oleh karena itu sangat sederhana bahasa dan susunannya. Injil ini tidak menuntut banyak pengetahuan teologis. Tidak perlu pengetahuan yang dalam tentang PL. Juga tidak banyak kotbah-kotbah dan pengajaran-pengajaran. Yang diberikan perhatian khusus adalah mujizat-mujizatNya. Kalau kita perhitungkan panjangnya Injil ini, maka peristiwa mujizat yang dilakukan Yesus lebih banyak dicatat disini ketimbang di Injil yang laiinya.
4.       Oleh karena Markus tidak mencatat kotba-kotbah Yesus sebagaimana Matius mencatatnya, maka Injilnya menjadi kitab yang paling pendek. Ada hanya beberap ayat saja yang menyangkut kotbah di Bukit (9:50; 4:21; 11:25-26; 1:22). Perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang panjang lebar diuraikan dalam matius 13, hanya secara ringkas disebut Markus dalam (4:1-20). Perintah Yesus kepada para rasul dalam matius 10 terdiri dari 42 ayat, dalam Markus hanya ada 7 ayat. Sedangkan teguran Yesus terhadap kota-kota di Galilea yang tidak mau bertobat, tidak disebutkan dalam Markus. Hal “Kerajaan” yang menjadi pokok utama dari pengajaran Yesus yang dalam matius disebut lebih dari 50 kali, dalam markus hanya disebut 14 kali saja. Semuanya ini menggaris bawahi bahwa Markus adalah Injil yang khusus menceritakan perbuatan dan pekerjaan Tuhan Yesus.



LUKAS
(YESUS ANAK MANUSIA DATANG UNTUK MENCARI DAN MENYELAMATKAN YANG TERHILANG)

LATAR BELAKANG
Diantara ketiga Injil Sinopsis, Lukaslah yang paling banyak memberikan keterangan tentang asal usulnya sendiri. Pada kata pembuka (1:1-4) adalah kata kunci bagi kitab ini, dan sekaligus juga bagi kitab Kisah para Rasul tentang siapa penulis kedua kitab ini. Dari kata pembuka dapat ditarik bebrapa hal, yaitu:
Pada jaman penulis sudah ada karya-karya lain yang mengisahkan hanya suatu bagian dari kehidupan yesus atau bahkan kehidupan dan pekerjaan Yesus yang tidak benar, sehingga penulis merasa perlu untuk menuliskan Injilnya karena ketisak puasan terhadap penulisan lain tentang Yesus yang sudah beredar pada saat itu.
Bentuk catatannya sudah mengenal bentuk yang sistematis, dimana penyusunan berita didasari atas fakta-fakta yang ada (“menyusun suatu berita” – 1:1)
Fakta-fakta ini sudah dikenal baik dikalangan umat Kristen dan diterima secara terpisah dari berita tulisan yang ada (“telah terjadi diantara kita”- 1:1)
Penulis merasa dirinya berpengatahuan yang sama dengan penulis lainnya dalam membuat laporan (“Karena itu … aku mengambil keputusan untuk membukukannya’)
Keterangan yang diperolohnya berasal dari sumber resmi yang dapat dipercaya (“yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman”- 1:2)
Lukas mengenal baik fakta-fakta itu, baik melalui pengamatan maupun penyelidikan. Ia berada satu generasi dengan mereka yang menyaksikannya (“setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu”). Pengetahuan tentang Kristus dikumpulkan dalam beberapa tahun dari masa hidupnya, dan selama masa itu ia telah berhubungan dengan para rasul, saksi mata dan mungkin dengan teman pribadi atau sanak saudara Yesus. Melalui dorongan Roh Kudus, Lukas memilih kejadian-kejadian yang direkamnya dan bahasa yang digunakannya.
Dibandingkan dengan Injil lain, Injil Lukas mengandung banyak keterangan yang paling mewakili Kristus.
Istilah “dengan teratur” berarti bahwa ia memiliki suatu rencana prosedur penulisan yang pasti, benar dan dalam urutan yang logis.
Tulisan Lukas ditujukan pada seorang pria kalangan atas, Teofilus yang berarti “kekasih Tuhan”, “dikasihi Tuhan”, atau suatu julukan “yang mulia” (biasa digunakan pada pejabat pemerintah atau kaum bangsawan). Teofilus mungkin adalah murid atau rekan Lukas, pendukung yang bertugas menyebarkan karya Lukas.
Kesimpulannya bahwa penulis adalah seorang yang mempunyai bakat sastera.


Penulis:
Tradisi dan sejarah gereja abad pertama mengakui dan menetapkan bahwa Lukaslah penulis dari Injil ini dan juga Kitab Kisah para Rasul. Bukti lain yang memperkuatnya adalah tulisan Ireneus yang mengatakan bahwa “Lukas, teman seperjalanan Paulus teleah mencatat Injil yang diberitakan Paulus dalam suatu kitab.”
Lukas adalah seorang tabib seperti yang disebut paulus dalam suratnya untuk jemaat di Kolose (Kol 4:14). Ia mendapat banyak informasi sebagai bahan tulisannya dari paulus dalam perjalanan misi yang pertama dan ketiga (Kisah 16:10, 27-28). Bukti internal lainnya ada dalam Filemon 24. Dia adalah seorang non yahudi dan tradisi menyatakan bahwa ia berasal dari Antiokhia di Siria.

WAKTU PENULISAN
Berdasarkan atas data-data sejarah abad kedua yang diambil dari Ireneus, Eusebius dan Muratori dapat diambil suatu pernyataan bahwa Lukas menulis pada tahun 58-63 --- (62)

TEMA UTAMA
“Yesus Kristus Anak Manusia sahabat orang berdosa dan mengasihi orang berdosa”. Tema Injil Lukas ini terlihat jelas pada pasal 19:10 “Sebab Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang.” Ayat ini hanya ditemukan di Injil Lukas saja.

KEISTIMEWAAN INJIL LUKAS
1.      Hanya Injil Lukas yang didahului dengan pendahuluan
2.      Hanya Injil Lukas yang memiliki alamat tujuan yang jelas ---- Teofilus
3.      Didalamnya ada nyanyian pujian
4.      Menceritakan kunjungan Yesus ke Yerusalem pada umur 12 tahun
5.      Menyatakan bahwa Yesus berumur kira-kira 30 tahun waktu Ia memulai pelayanan-Nya
6.      Menceritakan belas kasihan Yesus pada penjahat yang bertobat dikayu salib
7.      Lukaslah satu-satunya orang non yahudi yang menulis Injil
8.      Hanya Lukas yang menceritakan tentang pertobatan Zakheus
9.      Hanya Lukas yang menceritakan mujizat yang dilakukan Yesus atas telinga Malchus
Corak umum yang terdapat dalam Injil Lukas adalah “Contrast” dan “Doublets”. Contrast artinya bahwa Injil Lukas selalu memperlihatkan hal-hal yang kontrast atau berlawanan, seperti “anggur lama dan anggur baru”, “mendirikan rumah diatas batu dan diatas pasir”. Doublets artinya bahwa Injil Lukas selalu mendua kalikan frase atau kalimat, seperti Lukas 8:16 yang doublets dengan Lukas 11:33. Ada 14 Doublets dalam Injil Likas.



INJIL YOHANES

LATAR BELAKANG

Injil Yohanes memiliki latar belakang yang kompleks. Hal ini dimungkinkan karena adanya corak Judaisme dan Helenisme yang sangat kental yang merupakan warna dari Injil ini. Latar belakang Helenisme dan pengaruh filsafat Yunani seperti Gnostik, mulai terlihat sejak permulaan Injil ini. Jelasnya dalam penempatan tokoh Yesus sebagai Logos (1:1). Istilah – istilah lainnya yang bercorak pemikiran Gnostik diantaranya, “terang dunia, garam dunia, dll”. Latar belakang Judaisme yang kental dalam Injil ini terlihat dari adanya pemikiran-pemikiran Yahudi dalam istilah-istilah seperti Rabbi, Mesias, Anak Allah, anak manusia, dll. Juga penyebutan tokoh-tokoh Yahudi seperti Abraham, Musa, dll.
Suasana keagamaan saat Injil ini ditulis menunjukkan adanya percampuran kepercayaan (sinkritisme) antara Judaisme, Helenisme, Gnostik dan agama-agama kafir lainnya. Kekeristenan berada dalam ancaman sinkritisme tersebut, bahkan seiring dengan masuknya orang-orang kafir (non Yahudi / gentile) menjadi penganut agama Kristen, masuk pula pengaruh sinkritisme tersebut dalam gereja. Injil Yohanes dimunculkan untuk mengkomunikasikan Yesus Kristus, Anak Allah, dengan menggunakan pemikiran-pemikiran Yunani (Helenisme) untuk menghadapi (melawan) pengaruh sinkritisme tersebut.

PENULIS INJIL YOHANES
A. Bukti internal tentang diri penulis yang mengarah pada diri Yohanes anak Zebedeus adalah:
Ia adalah seorang Yahudi dan terbiasa berpikir dalam bahasa Aram, meskipun Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani (misal: sedikit dipakai anak kalimat, tidak jarang diselipkan kata-kata Ibrani atau Aram)
Ia sangat mengenal adat istiadat orang Yahudi:
Pengharapan umat Yahudi akan kedatangan Mesias (1:19-28)
Perasaan orang yahudi pada orang Samaria (4:9)
Keeksklusifan mereka dalam hal beribadat (4:20)
Mengerti tentang perayaan-perayaan Yahudi, yang diterangkannya dengan teliti.
Ia adalah orang Yahudi Palestina, yang mempunyai hubungan pribadi dengan negeri itu terutama Yerusalem dan sekitarnya (9:7; 11:18; 18:1)
Ia tidak asing dengan kota-kota di galilea (1:44; 2:10 dan wilayah orang Samaria (4:5-6, 21)
Ia adalah saksi mata dari kejadian-kejadian yang direkamnya (1:14; 19:35; 4:6; 12:3, pasal 18-19)
Ia bersama-sama Yesus sejak awal karirNya, karena ia menyinggung peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum awal pelayanan Yesus
Ia adalah “murid yang dikasihi” teman dekat Petrus, dan ia sangat dekat pada Yesus pada perjamuan malam terakhir (13:23), saat pengadilan-Nya (18:15-16) dan saat dibawah kayu salib (19:26-27)
Ia menyaksikan pengadilan dan kematian Yesus, serta menerima tanggung jawab atas ibu Yesus, saat Yesus mempercayakannya kepadanya (19:26-27)
Yohanes, penulis kitab ini adalah salah satu anak Zebedeus (Markus 1:19-20). Zebedeus adalah seorang nelayan (pengusaha penangkapan ikan di Yerusalem) dari galilea dan isterinya Salome saudara wanita maria, ibu Yesus (bdg Matius 27:56; mrk 15:40; Yoh 19:25). Ia mengikuti Yesus dalam perjalan kelilingnya yang pertama di galilea (Yoh 2:2). Yohanes adalah adik laki-laki Yakobus (Mrk 3:17). Ia adalah teman sekerja (sebagai nelayan) bersama Andreas dan Petrus.
Penulis hidup lama setelah era kekristenan, terlihat jelas dari panjangnya umur penulis, dan kemungkinan kematiannya terjadi pada akhir abad yang pertama yaitu pada usia yang sangat lanjut, dimasa pemerintahan kaisar Trayanus (98-117 M)
Pembawaan Yohanes yang semangat, terkesan kasar dan gegabah, kekerasan wataknya yang tercermin dari bahasanya yang keras (8:44; I Yoh 3:10), namun juga memperlihatkan sifat kasih yang luar biasa (4:7), tidaklah menjadi bukti bahwa ia tidak konsisten dari watak yang berapi-api, tetapi menunjukkan bahwa Yohanes adalah contoh seorang manusia yang pernah menjadi pendosa besar, tetapi kemudian diubah oleh Yesus menjadi saksi yang besar.

B. Bukti eksternal tentang diri penulis yang mengarah pada Yohanes anak Zebedeus, adalah:
Berdasarkan tradisi lisan, Yohaneslah yang paling lama hidup. Yohanes masih hidup saat Kaisar Trayanus mulai memerintah (98-117 M)
Catatan Bapa Gereja seperti Ignatius (35-115 M), Polikarpus, murid Yohanes (69-155 M). Yustinus Martyr (95-167M), Clement dari Aleksandria, Tertulianus dll yang menunjukkan bahwa Yohanes anak Zebedeus yang menulisnya
Injil ini dicantumkan dalam fragment Muratori dan Diatesaron (170 M) yang menyebutkan Yohaneslah sebagai penulisnya.
Catatan Papias yang dikutip oleh Eusebius, yang menyebutkan Yohanes salah seorang murid Yesus dan seorang penatua bernama Yohanes, murid Tuhan lainnya yang hidup sejaman.
Diketemukan dua buah kubur di Efesus, keduanya bagi orang yang semasa hidupnya disebut Yohanes.

WAKTU DAN TEMPAT PENULISAN
Perkiraan waktu penulisan berkisar antara tahun 90-100 M, bahkan lebih belakangan daripada itu. Ditulis di Asia Kecil, mungkin di Efesus, menjelang akhir abad yang pertama. Ditulis dalam kalangan umat bukan Yahudi, dengan alasan perayaan dan adat istiadat orang yahudi diterangkan bagi mereka yang tidak mengenalnya (2:13; 4:9; 19:31). Tradisi gereja menceritakan bahwa Yohanes menjalani hukuman dipulau Patmos saat pemerintahan kaisar Domitianus. Setelah pembuangan, ia kembali ke Efesus dan menetap disana sampai ia meninggal dunia diusia yang sudah sangat lanjut, dan menulis Injil Yohanes ini.

Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud  dan Tujuan dari penulisan Injil Yohanes ini adalah:
Untuk mempertahankan suatu keyakinan (apologetic)
Dimaksudkan bagi mereka yang telah memiliki sedikit minat filsafat (14:8)
Untuk melengkapi berita tentang kehidupan dan pekerjaan Yesus yang sudah ada pada masa itu dan yang sudah dinyatakan secara tertulis dalam Injil Synoptic.
Dimaksudkan untuk menyajikan berita yang baru kepada masyarakat yang belum pernah ditulis sebelumnya
Memberitahukan kepada para pembaca sesuai pasal 20:30-31supaya pembaca percaya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup dan oleh iman didalam nama-Nya mereka yang percaya memperoleh hidup yang kekal.
Injil Yohanes ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang telah lama tinggal diluar Palestina (Yahudi diaspora) yang tidak memahami lagi adat istiadat orang Yahudi. Hal ini dapat dibuktikan dari penjelasan mengenai hari-hari raya Yahudi (2:13; 6:4; 7:2; 11:55) dan penjelasan adat istiadat orang Yahudi (2:6; 4:9; 10:40). Penjelasan ini ditujukan bagi orang percaya juga yang ada diseluruh dunia, terlihat adanya kata “dunia” yang disebutkan sebanyak 78 kali dalam Injil ini.

Ciri khas Injil Yohanes
Injil Yohanes memiliki ciri-ciri khusus antara lain:
Ia tidak memuat kisah perumpamaan dan hanya tujuh mujizat, lima diantaranya tidak termuat dalam kitab Injil yang lainnya.
Pengajaran Yesus didalamnya lebih menyangkut pribadiNya daripada etika tentang Kerajaan.
Percakapan pribadi jauh lebih banyak.
Hubungan pribadi Yesus lebih ditekankan daripada hubungan umum antara Dia dangan masyarakat
Injil ini sangat bercorak teologis, terutama membahas sifat-sifat pribadi Yesus serta makna iman kepada-Nya.

ISI INJIL YOHANES
Tokoh-tokoh yang menonjol dari Injil Yohanes ialah: Nikodemus, Filipus, Tomas, Maria dan Marta serta Maria ibu Yesus. Keilahian Yesus nampak dari wawasan kekuasaanNya melalui ke tujuh mukjizat yang dilakukanNya (pasal 2-11), dimana hal ini terjadi pada saat manusia tidak kuasa mengubah hukum atau keadaan yang mempengaruhi hidup mereka, dan pekerjaan yang dilakukanNya menjadi bukti dari kemampuan adikodratiNya. Yesus menunjukkan kekuasaan yang dimilikiNya atas benda, manusai dan adat istiadat (2:1-22) serta memperjelas kecukupan diri Yesus bagi semua orang, seperti yang terjadi atas Nikodemus, wanita Samaria, seoarang bangsawan dari galilea dan seorang asing.
Ada tiga kata yang menonjol dalam Injil Yohanes ini yaitu: “tanda, percaya dan hidup,”:
a. Tanda
Kata ini menunjuk pada perbuatan / mujizat yang dilakukan oleh Kristus (7 mujizat)
b. Percaya
Menekankan respon dari umat untuk menerima Kristus dalam kehidupan mereka. Penulis menekankan tentang keIlahian Kristus
c. Hidup
Menunjukkan pada kehidupan kekal atas sikap percaya dan meenerima Kristus 
Dalam tanda ada pernyataan Tuhan, dalam percaya ada reaksi yang diharapkan muncul, dan  dalam hidup ada akibat yang dihasilkan oleh percayanya.

PENEKANAN
Injil ini lebih menekankan hubungan pribadi Yesus dengan manusia. Ada 27 percakapan yang tercatat.
Injil Yohanes menekankan keilahian Yesus Kristus, Anak Allah secara lebih tegas:(1:1;10:30 ; 8:58; 14:9; 20:28).
3.      Hanya Injil Yohaneslah yang menulis tentang pra-eksistensi dari Kristus (1:1-18)
4.      Injil Yohanes tidak mencatat mujizat sebanyak injil Sinoptik, hanya 7 saja dimana hanya 3 diantaranya yang sama dengan Injil Sinoptik
5.      Ada tujuh pokok kesaksian Kristus tentang diriNya “AKULAH”
6.      Injil Sinoptik mencatat 1 kali kunjunganNya ke Yerusalem,Yohanes mencatat 5 kali, 3 kali pada hari raya Paskah (2:13; 5:1; 11:55), 1 kali pada hari raya Pondok Daun (7:2) dan 1 kali hari raya Pentahbisan bait Allah (10:22).
7.      Pelayanan Yesus dalam Injil Sinoptik lebih banyak di wilayah Galilea, sedangkan dalam Injil Yohanes lebih banyak di Yudea, khususnya disekitar kota Yerusalem.


STRUKTUR INJIL YOHANES   
Hubungan Yesus Dengan Keallahan Nya (1-2)
Yesus Sudah Ada Sebelum Penciptaan
Perhatikan kata “pada mulanya,” “in the beginning.”
Firman atau the Word disebutkan disini – memiliki kondisi kekekalan. 
  1. Jesus memiliki suatu “FACE-TO-FACE” relationship with God
a.    “Firman itu bersama-sama dengan Allah”, “The Word was with God”
b.    Kata dengan/ with menunjukkan adanya personal communication.
Yesus memiliki KE-ALLAH-AN secara penuh
“Firman itu adalah Allah,” and the Word was God.
Yesus memiliki keberadaan Illahi,  segenap sifat dan kuasaNya.
HUBUNGAN YESUS DENGAN DUNIA NYATA (3)
Yesus adalah "agen" aktif dari penciptaan
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
Tanpa Dia, sesuatu yang sudah ada ini tidak bisa terjadi
Yesus Menjadikan Segala Sesuatu
Oleh Dia segala sesuatu tercipta (Kol 1:16)
Lewat siapa (Anak) demikian juga Dia (Bapa) menjadikan dunia.
HUBUNGAN YESUS DENGAN DUNIA MORAL (4)
Yesus adalah pemberi hidup
Dalam Dia ada Hidup
Ia datang untuk memberi hidup (10:10).
 Yesus adalah sumber dari terang
Dan hidup itu adalah terang manusia.
Sebagai pemberi hidup, Ia adalah sumber terang untuk manusia dalam dunia yang secara moral sangat gelap (Yoh 8:12).

HUBUNGAN YESUS DENGAN KEGELAPAN (5,9)
Yesus menantang Kegelapan Moral
Terang itu bercahaya di dalam kegelapan
Sebagai terang yang sejati, Ia melawan moral yang gelap di dunia ini.
Yesus Menang atas Kegelapan
a.    “Kegelapan itu tidak menguasainya
b.    Dengan percaya kepada Yesus, mereka yang hidup dalam kegelapan dunia mampu keluar dari kegelapan (Yoh 12:46).
c.    Ia adalah terang yang sejati, yang memberi terang kepada semua (1:9).
HUBUNGAN YESUS DENGAN KEMANUSIAAN (10-13)
  1. Yesus adalah Pencipta
a.    Dunia dijadikan lewat Dia
b.    Kata dunia juga menunjuk kepada umat manusia
  1. Yesus adalah Pemberi Warisan
a.    Ia datang kepada milik kepunyaanNya … tetapi dunia tidak mengenal Dia
b.    Milik kepunyaanNya sendiri tidak menerima Dia  (BangsaNya – Israel dan sebagian keluarganya sangat skeptical hingga kebangkitanNya)
c.    Namun seberapa yang menerima Dia
Yang percaya namaNya
Diberi hak untuk menjadi Anak Allah
Diberikati dengan diperanakkan oleh Allah (Yoh 3:5-7)

HUBUNGAN YESUS DENGAN ALLAH BAPA (14, 18)

Yesus menjadi manusia
Firman itu menjadi daging
Tinggal di tengah-tengah kita
Yohanes dan yang lain-2 melihat kemuliaanNya
Ia adalah Anak Allah yang Tunggal.
Yesus sendiri telah melihat dan menyatakan Keberadaan Allah
Tidak seorangpun pernah melihat Allah (Lihat Kel 33:20; Yoh 6:46)
Namun Ia menyatakan keberadaan Allah itu sendiri (Yoh 14:9; Mat 11:27
HUBUNGAN YESUS DENGAN ANUGERAH DAN KEBENARAN (14, 16-17)
  1. Yesus adalah Kepenuhannya - penuh rahmat dan kebenaran
  2. Yesus memberikan kepenuhanNya - karena dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia .
Kesimpulan
            Isi, ajaran-ajaran serta perbedaannya dengan Injil Sinoptik menempatkan Injil Yohanes sebagai pelengkap bagi Injil Sinoptik. Injil ini memperkenalkan tentang Kristus secara utuh, baik aspek keilahianNya maupun aspek kemanusiaanNya. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang yang percaya kepadaNya (memberikan respon) akan memperoleh hidup kekal. Injil ini juga ditampilkan dengan corak Judaisme dan Helenisme kepada semua orang tanpa memandang etnis ataupun perbedaan lainnya. Artinya kasih karunia Allah diberikan kepada semua orang yang percaya kepadaNya.

KISAH PARA RASUL

Pendahuluan
            Kisah Para Rasul merupakan kelanjutan dari Injil Lukas (pasal 1:1). Bahasa dan gaya bahasa yang digunakan dalam Kisah Para Rasul membuktikan pula adanya hubungan yang sangat erat dengan Injil Lukas. Hal –hal yang tidak begitu jelas dalam Injil Lukas diperjelas dalam Kisah Para Rasul, hal ini menimbulkan asumsi bahwa penulis kedua kitab tersebut adalah orang yang sama.

Latar Belakang Penulisan

            Latar belakang peristiwa disebutkan dalam kitab ini, dimana penulis menganggap para pembacanya sudah memahami urutan peristiwa dengan tepat tanpa perlu uraian lebih lanjut. Dalam kitab ini pula digambarkan bagaimana terjadinya perpisahan antara Judaisme dengan kekeristenan yang mengalami perkembangan dengan pesat. Dalam perkembangan kekristenan yang demikian pesatnya disatu sisi, terjadi pula penganiayaan orang-orang kristen disisi yang laian. Hal ini terjadi karena kekristenan dianggap musuh oleh Judaisme maupun pemerintahan Romawi.

Penulis Kitab

A. Bukti Internal
Ada bukti internal yang mendukung bahwa Lukas sang tabib sebagai pengarang kitab ini
KPR 1:1, adalah kelanjutan dari Injil Lukas (bdg Luk 1:1)
Bahasa dan gaya bahasa dari kedua kitab tersebut sama
Ditujukan kepada orang yang sama, yaitu Teofilus
Penekanan yang memiliki kemiripan berkenaan dengan orang “Gentile”(Kristen non Yahudi) serta perlunya pemberitaan Injil keseluruh dunia
Akhir dari Injil Lukas merupakan awal dari KPR (adanya kelanjutan kisah)

B. Bukti eksternal
Prolog Lukas yang ditulis oleh kelompok anti-marcion pada abad 2M
Fragment Muratori baris 2-8 dan 34-39
Catatan Ireneus akhir abad 2 M.
Catatan bapa-bapa gereja lainnya yang menerima Lukas sebagai penulis KPR.

Waktu dan tempat Penulisan

Berdekatan dengan penulisan Injil Lukas, sebab kitab ini merupakan kelanjutan dari Injil Lukas

 

Maksud dan Tujuan penulisan
Sebagai kesaksian tentang penginjilan, bagaimana Injil tersebar keseluruh dunia
Memberikan kesaksian tentang lahirnya gereja
Karya keselamatan yang juga menjadi milik orang Gentile (non Yahudi / kafir)
Memberikan kesaksian tentang penderitaan yang dialami gereja Tuhan dalam perkembangannya

Ciri Khas

1.    Gereja, dari kata eklesia yang berarti dipanggil dari gelap menuju terangnya yang ajaib.

  1. Amanat gereja, yaitu menjadi saksi Kristus keseluruh dunia (Kisah 1:8)
  2. Rasul-rasul Kristus, mereka banyak mengalami tantangan dan aniaya, tetapi sejak hari Pentakosta mereka tidak pernah gentar dan terus menjadi saksi Kristus memberitakan injil.
4.      Peranan Roh Kudus, nyata sekali dalam gerakan kebangunan rohani dan perkembangan gereja mula-mula yang dimulai dari perubahan secara radikal dalam diri para murid untuk berani bersaksi dan memberitakan injil.

Isi Kitab
Perkembangan gereja mula-mula terutama dari peralihannya dari Yudaisme
Tantangan yang dihadapi oleh jemaat mula-mula
Cara hidup jemaat mula-mula yang menjadi teladan ditempat mereka berada.
Penyebaran injil yang meliputi seluruh daerah Asia, Eropa dan sampai dikota Roma. Penyebaran ini dilakukan secara khusus oleh Paulus untuk orang non Yahudi dan Petrus melakukannya untuk orang Yahudi.
Karya Roh Kudus yang menjadikan Injil tersebar keseluruh dunia, manifestasi kuasa Roh Kudus yang mengherankan bangsa-bangsa dengan mujizat.
Pintu kasih karunia Allah tentang keselamatan yang hanya terdapat didalam Tuhan Yesus dibukakan juga kepada bangsa-bangsa non Yahudi.

Pentingnya Kisah Para rasul
Kitab ini menjadi “jembatan” antara kitab Injil dengan Surat-surat Paulus
Menunjukkan karya Roh Kudus seperti yang telah dijanjikan oleh Kristus
Memberikan gambaran bagaimana Injil tersebar ke bangsa-bangsa

Apa itu Kisah Para Rasul?
Mengapa Kisah Para Rasul terkesan hanya berbicara tentang Petrus dan Paulus?
Karena penyebaran Injil melalui Petrus dan Paulus menggambarkan maksud kehendak Allah mengenai karya keselamatan yang dikerjakan-Nya didunia ini. Keselamatan bagi bangsa Yahudi (dilambangkan oleh pekabaran Injil yang dilakukan oleh Petrus bagi orang Yahudi), setelah itu pintu keselamatan terhadap bangsa lainpun terbuka (dilambangkan dengan penyebaran Injil oleh Paulus bagi bangsa non-Yahudi). Mereka hanya alat Tuhan untuk penyebaran Injil, dan penekanan yang sebenarnya adalah karya Roh Kudus yang sedemikian dahsyatnya dalam penyebaran Injil dan perkembangan Gereja Tuhan.
Karena Lukas yang menulis kitab ini adalah teman seperjalanan Rasul Paulus dalam penyebaran Injil, oleh karena itu Pauluslah yang paling banyak ditulis oleh Lukas.
Karena pelayanan kedua orang inilah yang membawa dampak yang besar dalam sejarah perkembangan gereja, tanpa mengecilkan rasul-rasul lainnya yang turut bekerjasama menjadi alat Tuhan dalam menyebarkan Injil keseluruh dunia.


PERJALANAN MISI PAULUS

Tahun
Surat  
Tempat dan Peristiwa
30       

Jesus mati dan dibangkitkan
31

Paulus bertobat, berkotbah di Damascus dan Arabia selama 3
tahun, dan melarikan diri dari orang Yahudi yang dibantu teman-
temannya dengan menggunakan keranjang lewat tembok di
Damascus. Barnabas memperkenalkan Paulus kepada rasul-rasul
di gereja Yerusalem.

36

Paulus kembali ke Tarsus.
46

Barnabas membawa Paulus ke Antiokhia di Syria.
47

Barnabas dan Paulus membawa sumbangan kepada jemaat di
Yerusalem karena bencana kelaparan yang terjadi


Perjalanan Misi yang pertama
- Antiokhia di Syria
- Siprus—Baryesus (Elymas) dibutakan, wali negeri Sergius  
   Paulus bertobat.
- Perga di Pamfilia, Yohanes Markus kembali ke rumah
- Antiokhia di Pisidia, Paulus berkotbah di Sinagoge
- Ikonium
- Listra, Paulus menyembuhkan orang timpang; Barnabas dan 
  Paulus disembah sebagai Zeus dan Hermes; Paulus dilempari  
  batu.
- Derbe
- Listra
- Ikonium
- Antiokhia di Pisidia
- Perga di Pamfilia

49
Surat Galatia
- Antiokhia di Syria
- Sidang Yerusalem (Kisah 15)

50
51

II. Perjalanan Misi Kedua
(Paulus dan Barnabas tidak sependapat untuk membawa Yohanes
Markus dalam perjalanan kedua ini; Paulus kemudian membawa
Silas).
- Antiokhia di Syria
- Derbe
- Listra, Paulus membawa Timotius  = Pirgia dan Galatia bag.
   Selatan
- Ikonium
- Antiokhia di Pisidia
- Troas, Paulus mendapatkan penglihatan tentang orang
   Makedonia
- Filipi, Lidia bertobat, wanita ahli nujum untuk mendapat keuntungan bagi tuannya dibebaskan dari kuasa setan, Paulus dan Silas dipenjara.
- Gempa bumi ditengah malam sehingga terjadi pertobatan di
   penjara
- Tesalonika, orang-orang Yahudi menghasut gerakan massa 
   untuk menyerang rumah Yason, dimana Paulus tinggal.
- Berea, orang-orang Berea “mencari Alkitab” untuk mencek
   pesan Paulus (Kisah 17:11).
- Atena, Paulus sendirian, ia berkotbah tentang Areopagus;
   Timotius dan Silas bergabung dengan Paulus; akan tetapi Paulus
   mengirim Timotius kembali ke Tesalonika dan Silas ketempat
   lain.


I&II Tesalonik
Korintus, Paulus membuat tenda dengan Priskila dan Akwila; Timotius dan Silas bergabung kembali dengan Paulus; Paulus pindah untuk berkotbah dari Synagoge kerumah Titus Yustus; Krispus pejabat Synagoge bertobat; Jesus dalam sebuah penglihatan meminta Paulus untuk tetap tinggal; Gubernur Galileo menolak untuk menghukum Paulus; Paulus menyediakan waktu satu setengah tahun bagi jemaat Korintus.
- Kenkrea, Paulus mencukur rambutnya
- Efesus, Priskila dan Akuila menyertai Paulus sampai disini, akan
   tetapi segera mereka menetap disana
- Kaisarea
- Jerusalem
53       

Antiokhia di Siria

54

III. Perjalanan Misi Ketiga
- Antiokhia di Syria
- Galatia dan Phrygia (Derbe, Listra, Ikonium, Antiokia di Pisida).

I Korint.
Efesus, murid-murid Yohanes   Pembabtis menerima baptisan Roh Kudus, Paulus berkotbah disekolah Tiranus, 7 anak-anak Skewa mencoba untuk menggunakan nama Yesus dalam mengusir setan; pertobatan dengan membakar buku-buku mantera; Dimetrius memimpin huru hara setengah kota tentang patung Artemis; Paulus tinggal dua tahun dan tiga bulan di Efesus.


II Korint.
- Makedonia (Filipi, Tesalonika, Berea)

Roma
- Yunani, atau Akhaya (Atena dan Korintus), orang-orang Yahudi
   berencana untuk membunuh paulus dalam pelayarannya menuju   
   ke Palestina.
- Makedonia
- Troas, Eutikus jatuh dari loteng saat mendengarkan kotbah
  Paulus
- Miletus, Paulus berpisah dengan para elder jemaat Efesus.
- Tira, Paulus diingatkan untuk tidak pergi ke Jerusalem.
- Kaisarea, Paulus tinggak dirumah Pilipus; Agabus mengingatkan
   Paulus dengan symbol ikat pinggang, tentang apa yang akan
   terjadi di Jerusalem.
56

- Jerusalem, Paulus melaporkan kepada gereja; melibatkan dirinya
ditengah-tengah orang Yahudi untuk menunjukkan bahwa dirinya
tidak menentang hukum Musa; di tangkap dalam Bait Allah;
diselamatkan oleh prajurit Roma; berbicara kepada orang Yahudi
dari tangga benteng; berbicara dengan sidang Sanhedrin; Orang-
orang Yahudi merencanakan untuk menyergap dengan tiba-tiba;
Klaudius Lysias mengirim Paulus ke Feliks di Kaesarea. Paulus
berdiri dihadapan Feliks, Festus, dan Agripa di Kaisarea,
kemudian Paulus naik banding ke Kaisar.
59

IV. Perjalanan ke Roma
- Kaesarea
- Kreta, Nasihat Paulus untuk tidak berlayar diabaikan. Datangnya
   badai di Laut Mediterania
- Malta, Kapal karam; Paulus mengibaskan ular tedung dari
  tanggannya dan tidak berakibat apa-apa terhadap dirinya atas 
  gigitan ular tersebut

Filemon, Kolose, Efesus, Filipi
Roma, Paulus menyewa rumah sebagai tempat tahanan dirinya,
berkotbah dihadapan orang-orang Yahudi dan non-Yahudi; dan
selama 2 tahun menunggu sidang dihadapan Nero.
61
I Timothy Titus
Dilepaskan dari penjara, melakukan perjalanan  berikutnya.

64
II Timothy
Dipenjara kembali dan mati sebagai martir.


Perbedaan antara Lukas dan Kisah Para Rasul
Lukas
Kisah Para Rasul
Pelayanan Kristus ketika Ia di bumi
Pelayanan para Murid untuk melanjutkan karya Kristus di bumi
Pengajaran langsung dari Yesus
Pengajaran lewat para Rasul
Pengenalan akan Injil
Perkembangan akan berita Injil
Janji tentang Roh Kudus
Penggenapan janji akan hadirnya Roh Kudus
Kristus untuk kita
Kristus didalam kita
Dimulai dari kedatangan Kristus didunia
Dimulai dari kenaikan Kristus ke surga




PAULUS DAN KEHIDUPANNYA


Latar belakang kehidupannya, siapakah dia?

Dengan menyelidiki latar belakang kehidupannya, akan menolong kita untuk memahami dia lebih baik lagi dan tentunya akan dapat mentafsirkan perkataannya lebih akurat. Sebenarnya Paulus sendiri sudah memberikan gambaran mengenai latar belakang hidupnya dalam surat-suratnya meskipun tersebar ( Kisah 22:1-21; Kisah 26:2-23).
Saulus yang juga dipanggil Paulus adalah seorang yang lahir di Tarsus dinegeri Kilikia (Kis 9:11; 21:39; 22:3). Ada anggapan bahwa Saulus lahir kira-kira delapan tahun setelah kelahiran Yesus (dengan asumsi perhitungan Yesus lahir -/+ 4 SM, sedangkan Saulus 4 M). Nama Saulus berarti:”yang disukai”. Orang tua Saulus berasal dari suku Benyamin dan termasuk golongan orang Yahudi peranakan. Mereka mentaati Hukum Taurat Yahudi dengan cermat dan keras (Kisah 23:6; 26:5; Fil 3:5).
Kota Tarsus adalah ibukota propinsi Roma Syria-Cilicia pada jaman Paulus hidup (Gal 1:21). Kota tersebut berkelimpahan, memiliki hak khusus (dibebaskan dari pajak), memiliki budaya yang tinggi dan dikenal karena banyaknya sekolah disana. Kota ini cukup ramai karena kota ini adalah kota dagang, dimana dari sungai Kideneus sampai Laut Tengah dipenuhi dengan kapal-kapal dagang, juga sebuah Perguruan tinggi Yunani, kuil-kuil (rumah dewa-dewa), dan sebuah komunitas Yahudi yang cukup besar, tempat orang menjalankan hidupnya sesuai dengan adat yang diatur oleh Musa.  Kota asli dimana ia dilahirkan juga mempengaruhi hidupnya, dimana kota tersebut adalah penghasil “cilicium” yang adalah bahan untuk membuat tenda, dan Paulus sendiri dikenal sebagai seorang pembuat tenda (Kisah 18:3 bnd I Tes. 2:9).
Paulus (nama Romawi) tidak hanya lahir di Tarsus saja, akan tetapi dia juga memiliki kewarganegaraan dari kota yang luar biasa tersebut (Kisah 21:39), warga negara Roma. Roma tidak memberikan hak untuk menjadi warga negaranya kepada setiap orang, hanya sedikit saja yang mendapatkannya, dan rupanya Paulus mendapatkan hak istimewa ini sejak ia lahir; jadi ia dapatkan dari keturunan (mungkin dari ayah atau kakeknya) Kisah 22:28, (karena keluarga Saulus berstatus warga negara Romawi, artinya mempunyai kedudukan social yang cukup terhormat).
Kewarganegaraan ini sangat penting artinya, khususnya ketika dikemudian hari Paulus mengadakan perjalanan misi dan harus berhadapan dengan pemerintahan Roma (lih. Kisah 16:37-39; 22:23-29; 25:10-12). Dalam Kisah 22:24-29, diceritakan  akibat kesaksiannya ditengah orang-orang Yahudi, Saulus hampir saja disiksa oleh seorang prajurit Romawi, akan tetapi ketika Paulus menjelaskan tentang kewarganegaraannya, maka hal itu mengurungkan niat serdadu tersebut. Kewarganegaraan Romawi sangat berharga, karena dengan memiliki kewarganegaraan tersebut seseorang dapat memiliki hak-hak khusus, misalnya pembebasan dari jenis-jenis hukuman tertentu, misalnya seorang warga negara Romawi tidak boleh disiksa ataupun disalib. 

Pendidikan Paulus
Nilai-nilai keagamaan Israel yang diwariskan para orang tua Yahudi kepada anak-anak mereka tidak terlepas dari peranan pendidikan yang diperoleh di Sinagoge. Anak lelaki Yahudi mulai membaca Kitab Suci ketika mereka baru berumur lima tahun. Lalu pada saat ia mencapai umur sepuluh tahun, ia mulai mempelajari Misynah dan berbagai tafsiran tentang Hukum Taurat yang tercakup didalamnya. Karena itu semasa kecilnya Saulus mendalami sejarah, adat istiadat, Kitab Suci dan bahasa bangsanya; dimana pada usia 13 tahun, ia diharapkan telah memiliki tanggung jawab pribadi untuk taat pada Hukum Taurat itu. Ketika Saulus beranjak dewasa, ayahnya berpendapat bahwa sudah tiba waktunya untuk mengirimkannya ke Yerusalem, dengan satu maksud agar anaknya dapat lebih mendalami Hukum Taurat. Disana ia tinggal dengan saudara perempuannya yang sudah menikah (Kisah 23:16). Ia dikirim ke Jerusalem pada sebuah sekolah dibawah didikan Prof. Gamaliel, sebuah sekolah orang Farisi “sekolah Hilel” yang dikenal sangat liberal (Kisah 26:3). Entah itu di Tarsus atau Jerusalem digunakan bahasa Aram sehingga hal ini mempengaruhi pola piker Saulus, itu sebabnya ia pernah menyatakan bahwa dirinya adalah “Hebrew of Hebrews”, sebab baik dia maupun orang tuanya secara bahasa dan budaya adalah Yahudi dan Palestina dalam orientasinya. (II Korintus 11:22 bnd dgn Hebrew dan Hellenist dalam Kisah 6:1).
Setelah menyelesaikan sekolahnya, kemungkinan Saulus kembali ke kota asalnya, yaitu Tarsus selama beberapa tahun. Juga ada kemungkinan Saulus pernah melihat Yesus dari jauh, ketika ia berada di Yerusalem dan kemungkinan ia pernah mendengarkan pengajaran Yesus. Ketika Stefanus mati, umur Saulus berkisar 30 tahun, artinya pada waktu itu, Saulus telah diserahi tugas sebagai pemimpin orang Yahudi untuk menganiaya para pengikut Yesus; jabatan ini tidak mungkin dipegangnya jika umurnya belum mencapai 30 tahun keatas.

Pertobatan Paulus
Paulus juga termasuk dalam kelompok orang Farisi “garis keras” (Kisah 26:5; Gal 1:14; Filipi 3:5-6), dimana kelompok ini memiliki perbedaan besar yang sangat mendasar dengan kelompok Saduki dalam hal kebangkitan tubuh (lih Kisah 23:6-8). Paulus pada mulanya dengan kesadaran sendiri meminta ijin untuk menganiaya dan berusaha menghalangi kekristenan (Kisah22:4; 26:9-11; Gal 1:13; Flp 3:6). Ia adalah seorang yang sangat ‘berkobar-kobar’ hatinya untuk membunuh murid-murid Tuhan (Kisah 9:1). Dalam perjalanan melakukan misi penganiayaan itulah Saulus mengalami peristiwa yang merubah arah hidupnya, dimana ia berjumpa dengan Yesus. Peristiwa itu terjadi ketika ia berjalan menuju ke Damsyik / Damaskus. Kisah pertobatan Saulus tercatat dalam tiga pasal, yaitu dalam Kisah Para Rasul 9:3-9; 22:4-11 dan 26:12-18.
Kata kunci dari ketiga cerita tersebut adalah: “…. Lalu kedengaranlah olehnya suatu suara…”, artinya berdasarkan pengalaman tersebut, Paulus tidak pernah merasa ragu bahwa dia memang pernah bertemu dengan Yesus yang telah bangkit. Dalam surat-suratnya ia bersaksi bahwa, dialah yang paling akhir dari semua rasul yang berjumpa dengan Yesus setelah KebangkitanNya, ”Ia menampakkan diri juga kepadaku” (I Kor 15:8). Demikian juga ketika ia ditanyai tentang kerasulannya (I Kor 9:1). Seorang prosecutor yang diubah menjadi pengkhotbah kaliber dunia dan menjadi rasul terbesar sepanjang abad (bnd. Kisah 9: 3-6; 22:6-11; 26:12-15; Galatia 1:15-16). Perubahan hidup Paulus adalah juga panggilan pelayanannya (Kisah 9:15; 22:15; 26:15-18 dan Gal 1:16).

Sumber pengajaran Paulus

Paulus meng-“claim” bahwa sumber berita yang diajarkannya adalah hasil pewahyuan Yesus Kristus (Gal 1:12) “apokalipseos Iesou Christou”. Hal ini dimulai dalam perjalanannya dekat Damsyik, saat ia memburu para pengikut Kristus. Paulus menjelaskan kepada jemaat di Galatia bahwa apa yang ia ajarkan kepada mereka datang dari peristiwa ini dan bukan ajaran manusia yang didengungkan, akan tetapi pengalaman pribadinya yang dahsyat dalam konteks perjumpaannya pribadi dengan Yesus Kristus (bnd I Kor. 15:1-3). Dalam surat-suratnya ia juga mengutip dari PL dimana ada 90 kutipan yang ia ambil dari PL dalam surat-suratnya. Paulus menggunakan PL secara selektif dan mentafsirkannya dalam konteks PL serta mengaplikasikannya dalam kehidupan Kristus sebagai penggenapan dari Hukum dan nubuatan para nabi. Demikian pula lingkungan Yunani mempengaruhi juga pola pikirnya dimana pengaruh Helinisme begitu kuat dalam hidupnya. Jadi dalam pribadi Paulus dua pengaruh besar yaitu Judaisme dan Helinisme begitu kuat mempengaruhi kehidupannya. Perubahan hidup Paulus bagaimanapun juga, membawanya untuk menilai kembali iman percayanya yang dulu.

Garis Besar Pelayanan Paulus

Dengan menggunakan data – data yang ada dalam catatan Lukas maupun dalam surat-surat Paulus, kita dapat merekonstruksi tahun-tahun pertama pekerjaan misi Paulus. Setelah perubahan dalam hidupnya, Paulus tinggal di Damsyik beberapa saat (Kisah 9:19b) sebelum meninggalkannya untuk pergi ke tanah Arab (Gal 1:17). Yang dimaksud disini bukanlah Arabian Peninsula, melainkan “Nabataean Kingdom”, Timur Laut dari Laut Mati (Northeast of the Dead Sea).
Beberapa ahli menduga bahwa keberadaan Paulus disana adalah dalam rangka bermeditasi atau mengasingkan diri karena peristiwa di dekat Damsyik yang mungkin membuatnya “shock” karena pengalaman yang luar biasa tersebut yang mengubah hidupnya (retreat). Kesulitan-kesulitan Paulus kemudian berhubungan dengan raja Nabataean, Aretas, adalah dugaan keras yang muncul berkaitan dengan kegiatan misinya selama waktu tersebut (II Korintus 11:32). Setelah masa-masa penyesuaian tersebut Paulus kemudian kembali ke Damsyik (Gal 1:17; Kisah 9:20-22), dimana pelayanannya di hambat oleh orang-orang Yahudi dan pemerintahan dibawah pimpinan raja Aretas yang berusaha untuk menangkap dan membunuhnya (II Korintus 11:32; Kisah 9:23-24). Dengan cara dimasukan dalam keranjang dan diturunkan lewat pintu tembok kota, Paulus dapat melarikan diri (II Korintus 11:33; Kisah 9:25). Kemudian ia mengunjungi Jerusalem untuk pertama kalinya sejak ia mengalami perubahan dalam hidupnya, mungkin dua tahun lebih sedikit sejak masa kebahagiaan tersebut. Dimana atas desakan Barnabas, Barnabas meminta para pengikut Kristus di Yerusalem untuk menerima Paulus sang penganiaya tersebut sebagai bagian dari mereka (Kisah 9 :26-27). Paulus tinggal 15 hari disana untuk diperkenalkan dengan Petrus tanpa bertemu dengan murid yang lain selain Yakobus, saudara Tuhan (Galatia1:18-19).
Diterima oleh saudara-saudara baru dari kekristenan mengakibatkan ia dibenci oleh kelompok lamanya yang berusaha untuk membunuhnya, namu ia dapat melarikan diri ke Tarsus (Kisah 9:28-30, lihat Gal 1:21). Beberapa waktu kemudian Barnabas dikirim dari Yerusalem untuk menyelidiki laporan tentang sejumlah besar orang Yunani yang menjadi Kristen di Antiokia, oleh karenanya ia memanggil Paulus dari Tarsus untuk bergabung dengannya (Kisah 11:25-26a). Sejak waktu itu Lukas mencatat, bahwa Paulus dan Barnabas bergabung dalam beberapa waktu di gereja Antiokia (Kisah 11:26b) dan selama waktu tersebut terjadi kelaparan di daerah tersebut (Kisah 11:27-30), Kehadiran Paulus di Antiokia kurang lebih 12-13 tahun sesudah pertobatannya. Dengan demikian berarti bahwa Paulus menyediakan waktu hampir satu “decade” di Tarsus, dimana pada masa - masa tersebut beberapa peristiwa menimpa hidupnya dan tidak tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul (lih. II Korintus 11:22-27).

Dari Perjalanan Misi Paulus yang pertama sampai pada Kematiannya

Mengikuti perjalanan misinya yang pertama, Barnabas dan Paulus menghabiskan cukup banyak waktu di Antiokhia (Kisah 14:28; bd Gal 2:11-14), sebelum pergi ke Yerusalem untuk sidang (Kisah 15:29). Sebelum perjalanan misinya yang kedua, terjadi perselisihan yang tajam antara Paulus dan Barnabas menyangkut Yohanes Markus yang dianggap Paulus tidak setia dalam pelayanannya yang berakibat terjadinya perpisahan diantara mereka (Kisah 15:36-41), dimana Paulus membawa serta Silas bersamanya dalam perjalanan misi yang kedua.

Perjalanan Misi Pertama
- Jemaat di Antiokhia di Siria (Kis 13:1-3)
            Jemaat di Antiokhia di Siria merupakan pusat pertama orang-orang Kristen bukan Yahudi. Gereja di Antiokhia ini mengutus Barnabas dan Paulus yang telah dikhususkan oleh Tuhan untuk melaksanakan tugas yang telah ditentukan bagi mereka (Kis 13:4-12).

- Siprus (Kis 13:4-12)
            Tujuan pertama Barnabas dan Saulus adalah Siprus (tempat asal Barnabas) melalui Seleukia. Lalu di Salamis mereka memberitakan Firman Tuhan disinagoge-sinagoge dan Yohanes Markus menyertai mereka sebagai pembantu. Ketika di Pafos mereka bertemu dengan Baryesus/Elimas seorang tukang sihir yang berusaha membelokkan iman Gubernur Sergius Paulus. Akhirnya Elimas dibutakan Tuhan sehingga gubernur itu menjadi percaya dan takjub. Sejak saat itu Saulus disebut Paulus, lalu Paulus meninggalkan Pafos menuju Perga di Pamfilia, tetapi Yohanes Markus meninggalkan mereka dan kembali ke Yerusalem.

- Antiokhia di Pisidia (Kis 13:13-49)
            Pada hari Sabat mereka pergi ke Sinagoge dan setelah pembacaan Taurat dan Kitab Para Nabi, Paulus berkotbah tentang bangsa Israel yang ditebus dari Mesir sampai dengan kisah Yesus Kristus. Ada dua macam reaksi yang timbul, disatu pihak ada tanggapan yang luar biasa terbukti dengan datangnya hampir seluruh kota itu. Pada hari Sabat berikutnya dilain pihak orang-orang Yahudi menghasut mereka, sehingga Paulus berpaling kepada bangsa-bangsa lain, yang sebagian dari padanya sudah menjadi percaya. Orang-orang Yahudi menghasut para pembesar kota dan mengusir Paulus dan Barnabas dari kota tersebut. Kemudian Paulus dan Barnabas mengibaskan debu kaki sebagai tanda peringatan bagi mereka.

- Ikonium, Listra dan Derbe (Kis 13:50; 14:20)
            Paulus dan Barnabas tinggal di Ikonium untuk beberapa waktu sambil mengajar di Sinagoge dan mengadakan mujizat serta tanda - tanda ajaib. Tetapi orang-orang Yahudi berusaha untuk merajam mereka dengan batu, sehingga mereka menyingkir ke Listra dan Derbe. Di Listra Paulus menyembuhkan seseorang yang lumpuh sejak lahir, sehingga Paulus dan Barnabas disembah sebagai dewa. Akan tetapi pikiran masyarakat tersebut kemudian berubah dan melempari Paulus dengan batu. Lalu Paulus pergi ke Derbe dan dikota ini ia mendapat banyak murid.

- Kembali ke Antiokhia (Kis 14:21-28)
            Paulus dan Barnabas kembali ke Listra, Ikonium dan Antiokhia di Pisidia untuk menguatkan hati murid-murid dan menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu. Lalu mereka memberitakan Injil ke Perga dan Atalia dan kembali ke Antiokhia di Siria.

- Sidang Yerusalem (Kisah 15:1-34)
Membicarakan masalah sunat dan kewajiban mematuhi Hukum Musa. Yudas dan Silas diutus untuk menemani Paulus dan Barnabas ke Antiokhia dengan membawa surat jawaban.
Sidang di Yerusalem ( +/- tahun 49 M) tercatat dalam Kisah 15 dan Galatia 2.
Ada satu masalah yang perlu dipecahkan sebelum pelayanan Misi diantara orang-orang kafir dapat dilanjutkan, yaitu tentang berlakunya Hukum Musa, dan khususnya tentang hal bersunat. Apakah hal tersebut harus dilakukan oleh orang-orang kafir yang sudah bertobat? Untuk membicarakan masalah ini dengan para rasul di Yerusalem, maka Paulus dan Barnabas memutuskan untuk pergi ke Yerusalem, karena sudah timbul perselisihan didalam jemaat di Antiokhia (Kisah 15:1-2).
Dalam sidang di Yerusalem, pelayanan Paulus diantara orang-orang kafir disahkan. Tuntutan golongan Farisi yang sudah menjadi Kristen tidak diterima. Keputusan sidang disampaikan kepada jemaat di Antiokhia melalui surat. Dalam surat tersebut juga ditegaskan supaya orang-orang kafir yang bertobat menjauhkan diri dari “makanan” yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati lemas dan dari darah” (Kisa 15:20, 28-29; Galatia 2:2, 6-10). Bahwa ini merupakan keputusan yang sulit diambil dapatlah dimengerti karena Petrus masih bertengkar dengan Paulus tentang keputusan tersebut setelah siding di Yerusalem (Gal 2:11-14). Meskipun demikian jelaslah bahwa keputusan tersebut membuka kesempatan yang luas untuk pelayanan misi diantara orang kafir. Tidak ada halangan prinsipiil lagi untuk melaksanakan perintah Tuhan, bahwa para murid Tuhan Yesus akan menjadi saksi Kristus “sampai ke ujung bumi (Kis 1:8).

Perjalanan Misi Paulus yang Kedua (+/- tahun 49-53 M)

1.  Antiokhia di Siria (Kisah 15:35-41).

Paulus ingin mengunjungi jemaat-jemaat yang telah dibangun. Barnabas ingin membawa Yohanes Markus, tetapi Paulus tidak setuju, karena Yohanes Markus pernah meninggalkan mereka pada saat perjalanan Misi Pertama. Akhirnya mereka berpisah, dimana Paulus membawa Silas ke Siria dan Kilikia sementara Barnabas membawa Yohanes Markus.

2.  Kunjungan ulang ke jemaat-jemaat di Galatia (Kisah 16:1-6)
Paulus pergi ke Derbe dan Listra dimana mereka (Paulus dan Silas) bertemu dengan Timotius dan memintanya untuk menyertai mereka.



3. Perubahan rencana Paulus (Kisah 16:6-7)
Roh Kudus mencegah mereka memberitakan Injil di Asia, demikian juga ketika hendak ke Bitinia.

4.  Penglihatan di Troas (Kisah 16:8-10)
Paulus mendapatkan penglihatan tentang orang Makedonia yang meminta tolong kepadanya agar menyeberang kedaerah itu

5.  Di Filipi (Kisah 16:11-40)
Lidia seorang penjual kain ungu yang menjadi percaya mendesak Paulus dan Silas untuk tinggal dirumahnya. Paulus mengusir roh tenung dari seorang gadis tetapi mengakibatkan mereka dipenjara. Melalui peristiwa gempa bumi, kepala penjara dan seluruh keluarganya bertobat dan dibaptis.

6.  Di Tesalonika (Kisah 17:1-9)
Disini Paulus mentobatkan banyak orang, tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri dan mengadakan kekacauan dikota. Yason dan beberapa saudaranya diseret kehadapan para pembesar kota, karena Paulus dan Silas tidak ditemukan dirumahnya dan dituduh melawan ketetapan Kaisar, setelah mendapat jaminan dari Yason, merekapun dilepaskan.

7.  Di Berea (Kisah 17:10-15)
Orang Yahudi dikota ini lebih baik daripada yang di Tesalonika dan banyak diantara mereka yang menjadi percaya. Tetapi karena hasutan dari orang Yahudi Tesalonika, mereka menjadi gelisah, sehingga Paulus disuruh berangkat menuju pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea.


8.  Di Atena (Kisah 17:16-34)
Dikota ini Paulus berkotbah disidang Aeropagus tentang kebangkitan dan banyak orang mengejeknya, sekalipun ada beberapa orang yang bertobat, diantaranya Dionisius dan Damaris.

9.  Di Korintus (Kisah 18:1-18)
Bertemu dengan Akwila dan Priskila yang bekerja sebagai tukang kemah, sama seperti Paulus. Silas dan Timotius datang dari Makedonia dan memberi kesaksian tentang Mesias. Walaupun ditolak oleh orang Yahudi tetapi banyak orang yang menjadi percaya, diantaranya Krispus, kepala rumah ibadat. Paulus tinggal selama satu setengah tahun.

10. Kembali ke Antiokhia di Siria (Kisah 18:18-22)


Perjalanan Misi Paulus yang ketiga (tahun 54-57 M)
1.        Antiokhia di Siria (Kisah 18:22)
2.        Galatia dan Frigia (Kisah 18:23), Paulus hanya mampir di daerah ini untuk meneguhkan hati para murid.
3.        Di Efesus (Kisah 19:1-40), Paulus membabtis 12 murid dalam nama Tuhan Yesus. Ketika Paulus menumpangkan tangan atas mereka, maka turunlah Roh Kudus dan mereka berbicara dalam bahasa Roh dan bernubuat. Selama tiga bulan Paulus mengajar dirumah Ibadat dan mengajar murid-murid diruang Tiranus selama dua tahun. Sapu tangan Paulus menjadi alat untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Peristiwa yang dialami oleh anak-anak Skewa juga menakjubkan orang banyak. Banyak orang bertobat dan membakar kitab-kitab sihir mereka dan menjadi percaya. Di Efesus juga terjadi kerusuhan yang ditimbulkan oleh Dometrius, seorang tukang perak di kuil Artemis.
4.        Dari Makedonia ke Troas (Kisah 20:1-12), di Troas terjadi peristiwa Eutikhus yang mati karena terjatuh dari loteng dan dibangkitkan.
5.        Dari Troas ke Miletus (Kisah 20:13-16), melalui Asos di Misia, Metileus, pulau Khios dan Samos, akhirnya Paulus sampai di Miletus.
6.        Perpisahan dengan tua-tua Efesus (Kisah 20:17-38), Paulus mengirim seseorang dari Miletus ke Efesus agar para penatua datang ke Miletus. Setelah mereka dating, Paulus mengucapkan salam perpisahan dan mereka sangat sedih karena Paulus berkata bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi dengannya.

Penahanan Paulus di Yerusalem, Kaisarea dan Roma (Kisah 21,22,23)
Sebelum kedatangannya di Yerusalem Paulus sudah mengetahui bahwa kedatangannya bersama dengan rombongannya tentu akan menimbulkan masalah, namun demi pelayanannya ia tetap kesana juga. Disana ia disambut dengan baik oleh para jemaat dan untuk menghindari masalah-masalah yang tidak berkenan, para jemaat menganjurkan Paulus untuk melakukan suatu kesalehan dengan mentahirkan dirinya di dalam Bait Allah bersama dengan empat orang yang sedang bernazar dan kebetulan pada waktu itu nazar mereka sudah hampir selesai. Paulus dianjurkan murid-murid agar bersama-sama dengan mereka yang telah bernazar untuk mentahirkan diri di Bait Allah dan menanggung semua biaya korban persembahan mereka.
Hampir tujuh hari lamanya Paulus menemani mereka didalam Bait Allah dan tidak diduga-duga ada beberapa orang Yahudi Asia (Efesus dan sekitarnya) yang mengenali Paulus dan menghasut orang banyak dengan tuduhan-tuduhan palsu atas Paulus. Pauluspun ditangkap saat itu juga dan dihajar oleh orang banyak dan untunglah peristiwa tersebut diketahui oleh pasukan benteng dan diserahkannyalah Paulus kepada Mahkamah Agama (Kisah 23:1-11).
Paulus-pun disidangkan dihadapan Mahkamah Agama dan didalam sidang tersebut terjadi keributan antara orang-orang Farisi yang mempercayai adanya kebangkitan tubuh dengan orang Saduki yang menolak ajaran tersebut. Sementara itu kepala pasukan mengutus anak buahnya untuk mengeluarkan Paulus dari ruangan sidang dan membawanya kemarkas serta menahannya disana. Ketika malam hari saat Paulus sedang seorang diri, Tuhan berdiri disampingnya dan berkata: ”Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian juga hendaklah engkau bersaksi di Roma.” (Kisah 23:11), artinya: hal ini memberi suatu kepastian bahwa keinginan Paulus untuk pergi ke Roma  terlaksana.
Orang Yahudi tidak puas dengan Paulus, sehingga mereka membuat rencana untuk membunuh Paulus, namun diketahui oleh pasukan itu, sehingga ia mengutus pasukannya untuk mengawal Paulus dan membawanya ke Kaisarea. Paulus dikawal oleh 400 prajurit, 70 orang berkuda dan 200 orang bersenjata lembing.
Selama dua tahun Paulus berada dalam penjara dibawah pengawasan wali negeri Felix. Pengganti Felix, yang bernama Festus didesak oleh orang-orang Yahudi untuk mengadili Paulus di Yerusalem. Tetapi Paulus sendiri menganggap itu sebagai ancaman terhadap hidupnya. Oleh sebab itu ia memakai haknya sebagai warga negara Roma untuk naik banding ke Kaisar. Dengan demikian dia mendapatkan haknya untuk diadili di Roma. Sebelum dia berangkat ke Roma, dia sempat bersaksi kepada raja Agripa (Kisah Rasul 24 – 26). Setelah suatu pelayaran yang cukup membahayakan karena kapal yang mereka tumpangi kandas dekat pulau Malta, maka akhirnya Paulus dengan rombongan tiba di Roma. Disana dia boleh bergerak agak bebas. Antara lain dia boleh tinggal dirumah sewaan dan melayani siapa saja yang datang menemuinya (Kisah 27 – 28).
Dirumah itulah Paulus mengajar orang-orang Yahudi Roma selama dua tahun lebih dan berhasil membangun jemaat disana. Selama dua tahun itu Paulus masih berstatus seorang tahanan namun ia mempergunakan waktu itu dengan sangat baik untuk mengajar. Selama di Roma itulah Paulus menulis beberapa surat yang kini dikenal dalam kitab PB sebagai surat-surat penjara, yakni:
- Surat kepada jemaat di Kolose
- Surat kepada jemaat di Efesus
- Surat kepada jemaat di Filipi
- Surat kepada Filemon.
PERJALANAN KE ROMA (MISI IV?)
IV. Perjalanan ke Roma
1.        Kaesarea
2.        Kreta, nasihat paulus untuk tidak berlayar diabaikan.
3.        Badai di Laut Mediteranian
4.        Malta, Kapal karam; Paulus mengibaskan ular tedung dari tanggannya dan tidak berakibat apa-apa terhadap dirinya atas gigitan ular tersebut.
5.        Roma, Paulus menyewa rumah sebagai tempat tahanan dirinya, berkotbah dihadapan orang-orang yahudi dan non-Yahudi; dan selama 2 tahun menunggu sidang dihadapan Nero.
6.        Dilepaskan dari penjara, melakukan perjalanan berikutnya.
7.        Dipenjara kembali dan mati sebagai martir (64 M).


Tahun-tahun Terakhir Paulus
Tradisi mengatakan bahwa setelah bebas dari Roma, Paulus pergi ke Spanyol sesuai dengan kerinduannya yang semula (Roma 14:24), namun ia tidak berlama-lama, karena ia juga pergi ke Makedonia, Kreta dan Asia Kecil antara tahun 61 – 64. Didalam masa itulah ia menulis surat kepada Timotius dan Titus. Setelah itu ia ditahan kembali dan dibawa ke Roma. Dalam penjara di Roma inilah Paulus menuliskan surat kedua bagi Timotius (surat ini dianggap sebagai nasihat terakhir pada anak didiknya). Pada akhirnya disitu pulalah Paulus dihukum mati oleh Kaisar. Ada yang berpendapat Paulus mati dipenggal kepalanya kira-kira tahun 64 M. Seorang Bapa Gereja mengatakan bahwa pada jamannya, masih ada terdapat kuburan Rasul Paulus di Via Ostensis (jalan ke Ostai) di Roma.


Karakter Paulus Dalam Hidup dan Pelayanannya
  1. Paulus bukanlah orang yang gagah kelihatannya ataupun penampilannya. Hal ini membawa dia dapat melayani dengan rendah hati (II Korintus 10:10; 12:5-10; I Korintus 2:1). Dia tidak menganggap dirinya hebat.
  2. Dari segi lain jelaslah bahwa Paulus bukanlah seorang yang penakut, melainkan seorang yang pemberani (II Korintus 11:23-27)
  3. Paulus mempunyai kemauan yang keras. Tidak begitu mudah untuk menyelewengkan dari keyakinannya. Dia tidak mengenal kompromi (Kisah 15; Gal 2:11-14).
  4. Paulus seorang yang bersemangat, ulet dan teliti (Kisah 18:25)
  5. Sebelum bertobat, Paulus adalah seorang penghujat dan penganiaya jemaat (I Timotius 1:12-13). Tetapi setelah bertobat dan mengenal Yesus, Paulus seorang yang penuh rasa belas kasihan dan mempunyai hati seorang gembala terhadap orang-orang yang diselamatkan melalui pelayanannya (Efesus 1:15 dst; Fil 1:3-11; Galatia 1:6-10; 3:1 dst Gal 4:19)
  6. Paulus melatih diri untuk disiplin rohani (I Kor 9:24-27)
  7. Paulus memiliki pengetahuan Teologis yang sangat tinggi (Kisah 22:3 dan isi surat-suratnya).
  8. Dalam hal agama, Paulus tidak bercacat (Fil 3:6)
  9. Keberhasilan Paulus dalam pelayanan dilatar belakangi oleh tiga hal penting:
a.    Penyataan Roh Kudus (Galatia 1)
b.    Panggilannya ( Kisah 9:15-16; 22:21; 26:15-19)
c.    Pengetahuannya (Kisah 22:3)
  1. Dalam pelayanannya, Paulus bukanlah seorang “single Fighter”. Dia selalu melayani dalam suatu kelompok, bersama-sama dengan hamba-hamba Tuhan yang lain.
  2. Paulus tidak melayani dengan sembarangan, tetapi ada rencana dan strategi yang mantap dibalik setiap pelayanannya.
  3. Beberapa pokok pengajaran Paulus yang penting untuk sekarang ini:
a.    Agama Kristen yang sesungguhnya tidak berpusat pada hukum dan peraturan. Tuhan Yesus menerima setiap orang yang datang kepadaNya oleh karena anugerahNya. Dan setiap orang yang menerima Yesus sekaligus diberikan RohNya didalam hati mereka supaya mereka dapat memancarkan kasih Kristus kepada orang lain.
b.    Didalam Kristus kita menjadi ciptaan baru (II Korintus 5:17). Ini dimungkinkan karena kematian dan kebangkitanNya.
c.    Paulus lebih memperhatikan orang daripada prinsip-prinsip.
d.   Didalam Kristus tidak ada perbedaan antara manusia. Semua mempunyai hak yang sama untuk menerima kasih karunia Allah secara cuma-cuma. “Dalam hal ini tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah sati didalam Kristus Yesus” (Galatia 3:28)

Sumber Pemikiran Paulus
- Warisan Yahudi dalam diri Paulus
- Prakarsa Ilahi: hasil dari perjumpaan Paulus dengan Kristus
- Timbulnya masalah-masalah dalam gereja mula-mula
- Pola pikir dunia Yunani – Romawi saat itu.
Daftar Penanggalan Berdasarkan Perhitungan Dugaan
- Pembanguanan Jemaat di Yerusalem; tahun 30
- Stefanus dirajam dan jemaat dianiaya; tahun 31
- Saulus bertobat, tahun 32
- Kunjungan Paulus yang pertama ke Yerusalem, tahun 35
- Kornelius bertobat, tahun 35
- Pembentukan jemaat pertama dari orang-orang kafir di Antiokhia, tahun 42
- Kunjungan Paulus yang kedua ke Yerusalem, tahun 44
- Ke Galatia ; tahun 45-48
- Sidang di Yerusalem , tahun 50
- PI Paulus ke Yunani, tahun 50-53
- PI Paulus ke Efesus, tahun 54-57
- Paulus berangkat dari Efesus, (I Kor 16:8) (tahun 57)
- Paulus di Makedonia, musim panas dan gugur, (I Kor 16:5-8), tahun 58
- Paulus di Korintus selama 3 bulan; (Kisah 20:6), musim dingin tahun 58
- Paulus berangkat dari Filipi, (Kisah 20:6), tahun 58
- Kedatangan Paulus di Yerusalem (Kisah 20:16), tahun 58
- Paulus di Kaisarea, musim panas tahun 58 hingga musim gugur tahun 60
- Perjalanan Paulus ke Roma, musim dingin tahun 60-61
- Paulus di Roma, tahun 61-63
- Kematian Paulus, tahun 64.

KISAH PARA RASUL

Latar Belakang
Kitab ini merupakan kelanjutan dari kitab Lukas, yang ditujukan untuk Teofilus. Ada beberapa kemungkinan mengenai sebutan/nama Teofilus, ada yang menyebutnya sebagai nama seseorang, ada juga yang menyebutnya sebagai suatu nama jabatan, dan ada juga yang berpendapat bahwa ini adalah nama dari sekelompok orang. Tetapi agaknya anggapan pertamalah yang paling banyak dianut oleh orang, tapi yang pasti bahwa teofilus adalah seorang bangsawan pada jamannya. Kitab ini ditulis oleh Lukas, seorang non-Yahudi, teman seperjalanan Paulus. Lukas adalah seorang tabib, dan dia baru bergabung dengan Paulus pada perjalanannya yang kedua (Kisah 16:9) – digunakan kata kami, kitab ini ditulis pada tahun 60-70 M.
Kedua kitab (Lukas dan Kisah Rasul) dimaksudkan untuk memenuhi suatu tujuan yang sama yaitu: untuk meneguhkan iman dan memberikan suatu catatan sejarah yang dapat dimengerti tentang pernyataan Allah kepada manusia dalam karya Kristus, baik melalui jalan kehidupan pribadiNya maupun melalui gereja-Nya. Kisah Para Rasul disusun secara logis diseputar ikhtisar perkembangan geografis: Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai keujung bumi (Roma); Kisah 1:8.
Kisah Para Rasul juga dibuat berdasarkan catatan perkembangannya, yaitu: pertumbuhan jumlah serta peningkatan mutu kehidupan rohani umat Kristen yang menunjukkan bahwa Kisah Para Rasul menaruh perhatian pada perkembangan yang progresif dari agama Kristen. Pada bagian akhir dari kitab ini, tekanannya lebih bersifat pribadi daripada umum, artinya menekankan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Paulus sebagai seorang pribadi bukan gereja sebagai suatu lembaga (Kisah 19:20 ff).
            Kitab Kisah Para Rasul secara selektif meliputi tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Lukas menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma, sambil menyebutkan 32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan yang tepat. (dari palestina ke sebelah Utara (Antiokhia) dan dari sana kesebelah Barat (Roma) melalui Asia Kecil dan Yunani, yang meliputi wilayah kekaisaran Romawi.
            Dalam pengkanonan, Injil Lukas ditulis terpisah dari kitab Kisah Para rasul, karena kitab Kisah Para Rasul bukanlah kitab yang menceritakan tentang pelayanan Yesus dimuka bumi ini, melainkan justru berbicara karya dan pekerjaan Allah lewat murid-murid Kristus dalam menyebarkan berita Injil keseluruh dunia, sekaligus juga mencatat berdirinya gereja mula-mula. Dalam penulisannya, kitab Kisah Para rasul memakai codex Capital (berhuruf besar), untuk kepentingan umum berjemaat.

 

Ciri Khas

5.    Gereja,dari kata eklesia yang berarti dipanggil dari gelap menuju terangnya yang ajaib.

  1. Amanat gereja, yaitu menjadi saksi Kristus keseluruh dunia (Kisah 1:8)
  2. Rasul-rasul Kristus, mereka banyak mengalami tantangan dan aniaya, tetapi sejak hari Pentakosta mereka tidak pernah gentar dan terus menjadi saksi Kristus memberitakan injil.
8.      Peranan Roh Kudus, nyata sekali dalam gerakan kebangunan rohani dan perkembangan gereja mula-mula yang dimulai dari perubahan secara radikal dalam diri para murid untuk berani bersaksi dan memberitakan injil.

Isi Kitab
1.      Perkembangan gereja mula-mula terutama dari peralihannya dari Yudaisme
2.      Tantangan yang dihadapi oleh jemaat mula-mula
3.      Cara hidup jemaat mula-mula yang menjadi teladan ditempat mereka berada.
4.      Penyebaran injil yang meliputi seluruh daerah Asia, Eropa dan sampai dikota Roma. Penyebaran ini dilakukan secara khusus oleh Paulus untuk orang non Yahudi dan Petrus melakukannya untuk orang Yahudi.
5.      Karya Roh Kudus yang menjadikan Injil tersebar keseluruh dunia, manifestasi kuasa Roh Kudus yang mengherankan bangsa-bangsa dengan mujizat.
6.      Pintu kasih karunia Allah tentang keselamatan yang hanya terdapat didalam Tuhan Yesus dibukakan juga kepada bangsa-bangsa non Yahudi.

Kronologis Kitab Kisah Rasul
Roh Kudus turun pada hari Pentakosta bagi murid-murid, kemudian tersebar keseluruh dunia. Paulus PI bagi orang-orang non-Yahudi, sementara Petrus bagi orang-orang Yahudi.
Mengapa Kisah Para Rasul terkesan hanya berbicara tentang Petrus dan Paulus?
1.      Karena penyebaran Injil melalui Petrus dan Paulus menggambarkan maksud kehendak Allah mengenai karya keselamatan yang dikerjakan-Nya didunia ini. Keselamatan bagi bangsa Yahudi (dilambangkan oleh pekabaran Injil yang dilakukan oleh Petrus bagi orang Yahudi), setelah itu pintu keselamatan terhadap bangsa lainpun terbuka (dilambangkan dengan penyebaran Injil oleh Paulus bagi bangsa non-Yahudi). Mereka hanya alat Tuhan untuk penyebaran Injil, dan penekanan yang sebenarnya adalah karya Roh Kudus yang sedemikian dahsyatnya dalam penyebaran Injil dan perkembangan Gereja Tuhan.
2.      Karena Lukas yang menulis kitab ini adalah teman seperjalanan Rasul paulus dalam penyebaran Injil, oleh karena itu Pauluslah yang paling banyak ditulis oleh Lukas.
3.      Karena pelayanan kedua orang inilah yang membawa dampak yang besar dalam sejarah perkembangan gereja, tanpa mengecilkan rasul-rasul lainnya yang turut bekerjasama menjadi alat Tuhan dalam menyebarkan Injil keseluruh dunia.
Kisah Para Rasul sebenarnya sebuah kitab yang memiliki pemahaman-pemahaman intelektual yang tinggi dan dari sini kita boleh melihat adanya persamaan yang kuat dengan Injil Lukas. (cat: Injil Lukas ditujukan kepada kaum intelektul demikian juga halnya dengan Kisah Rasul).

PENULISAN KITAB
Kitab Kisah para rasul seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang bernama”Teofilus” (Kisah 1:1). Jelas sekali dinyatakan dalam Kisah 1:1, Teofilus merupakan nama simbolik yaitu orang yang mengasihi Allah. Dalam Injil Lukas 1:1, rupanya Teofilus adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terkemuka, sebab ia bergelar “yang mulia”, sebuah gelar yang diberikan kepada wali negeri orang Roma di Yudea (Kisah 23:36; 24:2; 26:25).
Sementara itu seperti yang sudah disampaikan diatas, pengarang kitab ini adalah Lukas (bd Kisah 1:1 dg Lukas 1:1-4). Ia seorang dokter (tabib)… bd Kolose 4:14, dan digolongkan pada orang kafir (:11); Filemon 24 dan II Timotius 4:11. Lukas bukanlah seorang Yahudi, dan kira-kira seusia dengan Paulus dan menjadi kawan tetapnya selama 20 tahun terakhir daripada kehidupan Paulus.
Eusebius mengatakan bahwa Lukas berasal dari Antiokhia, dimana sesudah menjadi anggota jemaat di Antiokhia kemudian mengikuti perjalanan Paulus. Lukas adalah orang Siria dari Antiokhia, seorang murid rasul-rasul kemudian mengikuti Paulus sampai mati sahid. Lukas meninggal di Boiotia (ditanah Yunani), penuh dengan Roh Kudus, pada usia 84 tahun, tanpa isteri maupun anak, melayani Tuhan dengan tidak menyimpang dan menuliskan kitabnya dengan dorongan Roh Kudus. Selain seorang tabib, Lukas juga seorang cendekiawan dalam lapangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, guru bahasa Ibrani dan Yunani kuno. Ia menggabungkan diri dengan Paulus di Troas (Kisah 16:10, sebab sejak saat itu dalam catatannya dipakai kata ganti orang ketiga “kami.”). Ia tinggal di Filipi hingga Paulus kembali enam atau tujuh tahun kemudian (kisah 16:20 “mereka”), dan ketika ia menggabungkan diri lagi bersama Paulus, istilah “kami” dipakai kembali (Kisah 20:6). Keberadaannya seangatlah berguna bagi Paulus mengingat ia seorang tabib, dan terkesan bahwa pengarang Kitab Kisah Para rasul ini selalu berdekatan dengan Paulus (Kisah 24:23), perlu ditambahkan bahwa tidak ada bukti yang tepat dimana Kitab ini dituliskan (disusun).


Masa Kejadian Kisah Para Rasul
Kisah Para Rasul memiliki jangka waktu kira-kira 31 tahun, dimulai dengan kenaikan Yesus ke sorga (tajun 30) dan diakhiri dengan pemenjaraan Paulus (tahun 61 M). Jika diterima bahwa tahun 30 sebagai titik berangkat dengan kematian Herodes yang tercantum pada pasal 12 sebagai tahun 44, dan pengangkatan Festus (Kisah 24:27) sebagai tahun 60 dengan beberapa keterangan dalam Kisah Para rasul dan Galatia, maka dapat disusun urutan waktu yang bersifat kira-kira. Kesukaran terbesar adalah persoalan tentang masa 3 tahun (Gal 1:18) dan masa 14 tahun (Gal 2:1), apakah 14 tahun tersebut termasuk yang 3 tahun, ataukah merupakan tambahan lagi? Dan apakah kunjungan ke Yerusalem sebagaimana disebut dalam Gal 2:1, berkenaan dengan apa yang tercantum dalam Kisah 11:27-30 atau dengan yang terdapat dalam Kisah 15:2?
Berangkat dari praduga tersebut, maka dapat disusun daftar penanggalan sbb:
1. Pembangunan Jemaat di Yerusalem (th 30)
2. Stefanus dirajam batu dan jemaat tersebar (th31 atau 33)
3. Saulus bertobat (th 32 atau 35)
4. Kunjungan Paulus ke Yerusalem (I) setelah ia bertobat (th 34 atau 37)
5. Kornelius bertobat (antara th 35 dan 40)
6. Pembentukan jemaat dari orang-orang kafir di Antiokhia (th 42)
7. Kunjungan Paulus ke Yerusalem (II) th 44
8. Perjalanan PI Paulus pertama (Galatia, th 45-48)
9. Musyawarah di Yerusalem (th 50)
10 Perjalanan PI Paulus Kedua (Yunani, th 50-53)
11 Perjalanan PI Paulus Ketiga (Efesus, th 54-57)
12 Kedatangan paulus di Efesus (th 54)
13 Paulus berangkat dari Efesus (I Kor 16:8; Juni th 57)
14 Paulus di Makedonia (musim panas dan rontok, I Kor 16:5-8 th 57)
15 Paulus di Korintus selama 3 bulan (Kisah 20:2-3, musim dingin th 57-58)
16 Paulus berangkat dari Filipi (April, Kisah 20:6; thn 58)
17 Kedatangan Paulus di Yerusalem (Juni, Kisah 20:16, thn 58)
18 Paulus di Kaisarea (musim panas th 58 hingga musim rontok th 60)
19 Perjalanan Paulus ke Roma (musim dingin th 60-61)
20 Paulus di Roma (tahun 61-63)

Maksud dan Tujuan Kisah para Rasul
Dalam mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan:
1. Lukas menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Judaisme yang sempit kedunia kafir (bagi segala bangsa)
2. Lukas mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan Baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus dimuka bumi yang dikerjakan oleh para murid-Nya.

Dalam pembahasan Kitab Kisah Para rasul ini terkandung maksud penulis, sbb:
1.        Dalam arti yang umum dapat dikatakan bahwa tujuannya adalah menulis sebuah karya yang sifatnya membangun hidup bagi orang-orang Kristen, dimana pada saat yang sama akan menjelaskan arti kekristenan bagi orang-orang non-Yahudi, yaitu untuk menunjukkan sifat universal kekristenan.
2.        Tujuan akhir dari penulis kitab ini bukanlah semata-mata untuk menyajikan kehidupan dimasa lampau, melainkan juga berbicara tentang kehidupan dimasa sekarang ini. Penulis berhasil mengubah ‘sejarah’ menjadi ‘cerita-cerita’, dan dengan cara inilah gereja ‘dibangun’ karena gereja telah belajar bagaimana Firman Allah mengalahkan segala tantangan.
3.        Penulis ingin menggambarkan bahwa kekristenan bukanlah sesuatu yang terjadi ditempat terpencil (Kisah 26:26), dimana keberhasilannya diungkapkan dengan banyaknya pertobatan (Kisah 2:41; 4:4; 6:7; bdg Kisah 11:21; 18:10; 21:20).
4.        Tampaknya pengertian keberhasilan menyeluruh tidak lagi dalam misi kepada orang-orang Yahudi (Kisah 28:28), melainkan menekankan kenyataan bahwa berita tentang Kristus tidaklah bertentangan dengan keyakinan Yahudi (Kisah 23:6; 26:5-6). Pada akhirnya tidak ada alsan bagi ketegangan Kristen_ Yahudi, karena semua itu muncul dari rasa iri melihat keberhasilan kekristenan (Kisah 13:45; 17:5), karena itu orang-orang Yahudilah yang selalu mendalangi penindasan.
5.        Untuk membesarkan hati para murid supaya mereka tetap melanjutkan tugas dan panggilanNya untuk memberitakan berita Injil bagi segala bangsa.

Pentingnya Kitab ini
1.        Merupakan suatu kelanjutan (kesimpulan) dari Injil ketiga yaitu Injil Lukas. Kisah Para rasul menjelaskan apa yang terjadi sesudah kenaikan Yesus kesurga (bd Luk 24:50-53 dan Kisah 1:6-11).
2.        Melatar belakangi surat-surat Paulus, tentang bagaimana gereja didirikan.
3.        Memberikan informasi mendasar tentang gereja. Dalam hal ini seperti: cara hidup, bentuk pemerintahan, doktrin, kegiatan dan persoalan gereja kuno.
4.        Menyuguhkan tantangan yang aktual terhadap gereja masa kini. Penghiburan untuk gereja yang sedang mengalami penganiayaan dari agama lain (bd. Kisah 5:41)


SURAT ROMA


PendahuluanSurat Roma adalah surat Paulus yang paling panjang diantara surat-surat yang ditulisnya, dan sangat teologis, Martin Luther mengatakan:” the very purest gospel.” Surat ini memiliki bentuk risalat teologi sebagaimana biasanya Paulus menulis surat kepada jemaat-jemaat yang dimulai dengan kata salam pembuka (1:1-17) dan kata penutup  (15:14 – 16:27). Pada kata pembuka berisi seperti biasanya pengantar surat (1:1-7), dan ucapan syukur (1:8-15) dan ditutup dengan kalimat pengantar dari tema surat tersebut yaitu: “injil sebagai pewahyuan dari kebenaran Allah, dimana kebenaran tersebut hanya dapat dialami karena iman” (1:16-17).
Tema Kitab Roma Tema utama dari surat Roma adalah “Pembenaran karena iman”. Penjabaran dari tema tersebut yang menjadi sub-tema adalah “tabiat asasi pekerjaan Kristus” dan “dasar kedudukan manusia di hadapan khaliknya.”Korban pendamaian yang dahulu dipersembahkan oleh Kristus, diuraikan sebagai dasar untuk pembenaran dan penyucian orang percaya, sehingga apabila hal tersebut dipahami dengan tepat, maka orang percaya dapat mengalami kemerdekaan didalam Kristus serta hidup dalam kemenangan.
Penulis Surat Roma ditulis oleh paulus bagi jemaat yang berada di Roma (Roma 1:1,7) dimana sejak abad kedua, surat Roma ini tidak diragukan keasliannya.
Waktu dan Tempat Penulisan Perkiraan waktu penulisan surat ini menurut catatan Kisah para rasul 20:6 adalah pada musim dingin dibulan-bulan pertama tahun 57-58M. Saat itu Paulus berada di Korintus selama tiga bulan dirumah seorang yang bernama Gayus (Roma 16:23), yang telah dibaptis oleh Paulus sendiri (I Korintus 1:14), sesudah Paulus diusir dari Efesus (Kisah 20:3), yaitu pada akhir perjalanan Pekabaran Injilnya yang ketiga, pada waktu menjelang keberangkatannya ke Yerusalem dengan membawa persembahan bagi orang-orang miskin (Roma 15:22-27) hasil pemberiaan jemaat Makedonia dan Akhaya.
Seorang wanita bernama Febe dari Kenkrea (tidak jauh dari Korintus) sedang menuju ke Roma (Roma 16:1-2). Paulus menggunakan kesempatan ini untuk menitipkan suratnya kepada Febe. Jadi berhubungan dengan catatan Kisah 20:3, ditarik kesimpulan bahwa surat ini dikirim dari Kenkrea saat paulus terpaksa mengambil keputusan untuk menempuh jalan darat. Agaknya surat yang panjang dan teratur ini sudah didektekan terlebih dahulu, yaitu dalam jangka waktu 3 bulan, ketika paulus berada di tanah Yunani (Kisah 20:2), antara lain juga di Korintus.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Paulus mengirimkan surat ini dari Filipi, sebelum berlayar ke Troas, karena Paulus menyatakan dalam pasal-pasal terakhir bahwa ia sudah memberitakan Injil sepenuhnya sampai Ilirikum (Roma 15:19), bahwa ia membawa serta sumbangan dari jemaat Makedonia dan Akhaya bagi orang-orang miskin di Yerusalem (Roma 15:26), dan bahwa ia sedang akan berlayar ke Yerusalem untuk membawa sumbangan tersebut (Roma 15:25).
Alamat Surat Surat Roma ini terutama dialamatkan kepada bangsa non-Yahudi, yaitu kepada “kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus” (Roma 1:7).
Tujuan Penulisan Tujuan surat ini ditulis adalah untuk memperkanalkan dirinya (Paulus), isi pemberitaannya dan rencananya, sebab paulus menghendaki agar jemaat Roma suatu saat nanti akan membantunya, bahkan pada saat kerinduannya untuk mengunjungi Spanyol. Jadi maksud Paulus yang utama adalah untuk memberitahukan kepada orang-orang Kristen di roma bahwa Paulus tengah berada dalam perjalanan menuju ke Roma.
Ini terjadi sebelum Paulus diberitahukan Allah bahwa ia akan disuruh Allah untuk pergi ke Roma (Kisah 23:11), dan Paulus masih belum yakin bahwa ia dapat meninggalkan Yerusalem (Roma 15:31).
Struktur Kitab Roma
a.              PENDAHULUAN (Roma 1:1-17)
               i.          Salam (Roma 1:1-7)
             ii.          Hubungan antara Paulus dan para pembacanya (Roma 1:18-15)
           iii.          Tema (Roma 1:16-17)
b.             BAGIAN AJARAN (Roma 1:18 – 11:36)
               i.          Pembenaran karena iman (Roma 1:18 – 8:39)
a.    Latar belakang: manusia terjual dibawah hokum dosa (Roma 1:18 – 3:20).
b.    Tentang keselamatan/pembenaran karena iman (Roma 3:21-5:21).
c.    Akibatnya dalam kehidupan Kristen (Roma 6:1-8:39)
             ii.          Penyelamatan Israel (Roma 9:1-11:36)
III.    BAGIAN PRAKTIS (Roma 12:1-15:13)
A.  Nasihat-nasihat yang bersifat umum (Roma 12:1 -13:14)
1.    Aspek-aspek social dari hidup Kristen (Roma pasal 12).
2.    Aspek-aspek kewargaan dari hidup Kristen (Roma pasal 13)
B.  Nasihat-nasihat yang khusus (Roma 14:1-15:13)
IV. PENUTUP DAN SALAM (Roma 15:14 -16:27)
Latar Belakang Kitab Roma
Jemaat ini bukanlah jemaat yang didirikan oleh Paulus, karena memang Paulus belum pernah kesana sebelumnya. Suetonius memberitakan bahwa pada tahun 49 M terjadi pengusiran orang-orang Yahudi oleh Kaisar Claudius dari kota Roma karena adanya pertengkaran diantara mereka (bnd. Kisah 18:2). Orang-orang Kristen Yahudipun tidak lepas dari masalah ini termasuk didalamnya Akwila (Roma 16:3), sehingga jemaat disana hanyalah tinggal orang-orang Kristen non-Yahudi, namun demikian jemaat tersebut masih terus hidup. Pada pergantian kaisar, yaitu Kaisar Nero (th 54) kembalilah berangsur-angsur orang Yahudi termasuk didalamnya orang Kristen Yahudi. Ketika Paulus berkirim surat jemaat disana kebanyakan orang non-Yahudi (1:5, 6, 13; 6:17,18; 11:13,28) namun demikian sudah ada pula orang Kristen Yahudi (4:1; 7:4; 14:1 – 15:13).
Hal-hal lain yang melatar belakangi penulisan surat Roma yang sekaligus merupakan tujuan penulisan Surat Roma adalah:
1.    Paulus merasa tergerak untuk melayani diantara orang-orang kudus di Roma (Roma 1:10-11), agar melalui kunjungannya mereka saling menguatkan (Roma 1:12-13). Mungkin juga Paulus telah mendengar tentang persoalan-persoalan yang ada didalam jemaat, sehingga ia mau mengarahkan mereka (Roma 16:17-19). Disini terlihat bahwa Paulus berani memakai wibawanya sebagai seorang rasul. Dia mau mengarahkan jemaat yang belum pernah dikunjunginya dalam masalah-masalah doktrin. Hal ini hanya mungkin karena ia menyadari akan tugas dan fungsinya sebagai seorang rasul.
2.    Paulus bermaksud untuk memperkenalkan dirinya, isi pemberitaannya dan rencananya, sebab ia ingin mencari pertolongan dan dukungan dari jemaat di Roma (secara material/financial) untuk perjalanannya ke Spanyol (Roma 15:22-29) bd Kisah 19:21).
3.    Harapan Paulus untuk kunjungan ke Roma adalah bahwa jemaat disana dapat mengantarkan dia ke Spanyol
4.    Paulus mempunyai rencana untuk menjadikan kota Roma sebagai pusat misi Pekabaran Injilnya di Eropa, sama seperti Antiokhia di Asia (Kisah 13).
5.    Mengingatkan agar orang yahudi sebagai umat pilihan Allah tidak menjadi sombong. (Roma 9-11).
6.    Paulus bermaksud untuk menerangkan pokok-pokok dasar dari iman Kristen, karena ia mau memperkenalkan diri dan teologinya dengan sungguh-sungguh sebelum ia berkunjung kesana.
7.    Ada kemungkinan Paulus merasa bahwa dia akan segera mengakhiri masa pelayanannya. Dan surat ini ditulis menjelang akhir perjalanan misinya yang ketiga. Melalui kesaksiannya:”Sekarang aku pergi ke Yerusalem sebagai tawanan Roh…, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku” (Kisah 20:22-23).
SURVEY
Pada saat Paulus menulis Surat Roma, jemaat di Roma belum pernah dikunjungi Paulus. Ia tiba tiga tahun kemudian setelah surat itu selesai ditulisnya. Kemungkinan besar bahwa jemaat di Roma didirikan oleh orang-orang Roma yang berada di Yerusalem pada hari Pantekosta (Kisah 2:10). Selam selang waktu 28 tahun, banyak orang Kristen telah pindah ke ibukota dari pelbagai daerah Timur karena pelbagai sebab, beberapa diantaranya adalah orang-orang yang telah ditobatkan Paulus, dan kawan-kawannya yang akrab (Roma pasal 16). Pandangan Roma Katolik bahwa Petrus adalah pendiri jemaat di Roma (landasannya Kisah 12:17 dengan istelah “tempat lain” yaitu Roma) adalah tidak terbukti karena Petrus tidak berada disana, tetapi ada di Yerusalem dan di Antiokhia (Kisah 15:7; Galatia 2:11). Apabila Petrus berada disana pada waktu surat ini ditulis, maka pastilah namanya dicantumkan dalam kata-kata salam.
Beberapa alas an mengapa Paulus menaruh perhatian besar pada jemaat di Roma adalah:
1.    Hasratnya untuk melihat kota kekaisaran Roma.
2.    Kebutuhan umat Kristen disana akan pengajaran.
3.    Keinginannya untuk mencegah masuknya pengaruh Judaisme dalam suatu kelompok yang berpengharapan besar.
4.    Harapannya untuk mendapatkan dukungan dari mereka sebelum meneruskan perjalanannya ke Spanyol (Roma 5:24)
Paparan Singkat Surat Roma.
I. Injil sebagai kebenaran Allah oleh iman (1:18-4:25)
Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Roma (1:7) tentang Anak Allah yang berkuasa (1:3-4). Tema surat ini terdapat dalam 1:16-17, dimana Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi dengan pokok utamanya adalah “orang benar akan hidup oleh iman”. Murka Allah, dan hukuman yang diberikanNya mengalir dari “kemarahan kudus” (karena kasih setia-Nya) kepada orang berdosa (1:18-19). Allah memperkenalkan diri-Nya lewat ciptaanNya kepada semua orang dan mengingatkan bahwa semua orang telah berpaling dari padaNya kepada ilah dunia ini , demikian juga umat pilihanNya, sehingga tidak ada satupun yang terlepas dari murka Allah (2:1-3:8). Dan Paulus mengatakan baik orang Yahudi maupun non-Yahudi, kedua-duanya menjadi budak dosa dan tidak dapat dibawa masuk kembali dalam hubungannya dengan Allah lewat usaha apapun juga yang datang dari diri mereka sendiri (3:9-20). Dan hanya Allah yang mampu mengubah kondisi ini, dan Ia telah mengerjakannaya lewat korban Anak-Nya yang tunggal (3:21-26). Pembenaran ini, Paulus menekankan, dapat dinikmatai hanya oleh iman percaya manusia (3:27-31), dan sebagai ilustrasi ia mengambil contoh kehidupan Abraham (4:1-25).

II. Injil sebagai kuasa Allah untuk keselamatan (5:1-8:39).
Setelah memperlihatkan kondisi manusia yang berdosa dihadapan Allah, maka pada bagian yang kedua dalam surat ini, Paulus menggambarkan secara significant kondisi penghakiman dimasa yang akan datang dan pada saat sekarang ini ketika manusia ada dimuka bumi. Dibenarkan berarti  “damai sejahtera bersama Allah” atau rekosiliasi bersama Allah, dan khususnya ada perasaan aman pada saat penghakiman nanti (5:1-11). Dasar dari pengharapan ini adalah hubungan orang percaya dengan Kristus, yang meruntuhkan akibat dosa Adam, dan yang memberikan hidup kekal bagi para pengikut-Nya (5:12-21). Oleh karena itu, maka sekarang Allah menjadi tuan kita, yang mana hidup kita harus memancarkan pribadi-Nya (6:15-23). Demikian juga, Torat, yang mana karena dosa menjadikan kondisi manusia semakin jahat bukannya semakin benar (7:1-25) dan lewat anugerah Allah, orang Kristen boleh mengalami kemenangan dari kematian kekal dan kekuasaan daging (8:1-13). Dan spirit yang sama menjadikan kita anak-anak Allah (8:14-17) mendapatkan tambahan kepastian bahwa pekerjaan Allah telah dimulai didalam kita dan akan membawa pada kemanangan, dimana pembenaran akan memimpin pada kemuliaan (8:18-39).
III. Injil dan pilihan atas bangsa Israel (9:1-11:36).
Motif kunci dari Roma 1-8 adalah pertanyaan atas hubungan antara hukum Torat dan gospel, orang Yahudi dan non-Yahudi, Allah dalam perjanjiannya yang lama dengan umatNya, dan dalam perjanjiannya yang dibaharui. Ini adalah tema major yang ketiga dalam surat Roma ini. Apakah berpindahnya hak “priveledge” dari bangsa Israel kepada gereja dewasa ini berarti Allah telah menolak perjanjian yang telah dibuatNya kepada Israel (9:1-6a)? Tidak semua Paulus menjawab. Yang pertama, janji Allah tidak pernah bermaksud untuk memberikan jaminan keselamatan bagi Israel untuk setiap keturunannya yang baru lahir (9:6b-29). Yang kedua, bangsa Isarel sendiri telah menuduh bahwa Kristus telah merusak kebenaran Allah, meskupun FirmaNya sangat jelas bagi mereka (9:30-10:21). Namun demikian, beberapa keturunan Israel, seperti Paulus diselamatkan, dan dalam mereka janji Allah digenapi (11:1-10). Puncaknya terhadap argumen ini Paulus meng”counter” kesombongan mereka, orang-orang Kristen non Yahudi, dengan mengingatkan mereka bahwa hanya lewat Israel keselamatan akan datang kepada mereka dan bahwa saat itu janji Allah kepada Israel akan digenapi dan “seluruh Israel akan diselamatkan” (11:12-36).
IV. Berita Injil dan Transformasi kehidupan (12:1 – 15:13)
Bagian utama dari pandangan teologi Rasul Paulus yang terakhir adalah setia terhadap pekerjaan nyata dari anugerah Allah yang bisa dilihat dalam injil. Dalam kalimatnya, Paulus mengingatkan para pembacanya bahwa anugerah Allah ini harus diimbangi dengan korban ucapan syukur mereka dalam ibadah mereka kepada Allah (12:1-2). Melayani Allah menurut Paulus tidak berarti bahwa Orang Kristen dapat mengabaikan hukum pemerintahan yang “legitimate” bagi kita (13:1-7), tidak juga terbebas dari hukum yang ada melainkan harus mengasihi sesama sebagaimana diri kita sendiri (13:8-10). Kekristenan melayani Allah dalam hal mengakui bahwa keselamatan telah menjadi bagian dalam hidup kita dan menerangi kehidupan kita, sehingga kehidupan kita harus mencerminkan terang itu (13:11-14). Dalam bagian terakhir Paulus mengingatkan kepada jemaat di Roma bahwa ada beberapa diantara mereka yang terlalu sombong rohani dengan berpikir bahwa dirinya seorang beriman yang hebat dengan memandang rendah iman orang lain. Hal ini berkaitan dengan berbagai makanan dan mengabaikan tentang hari ibadah. Mereka telah dihukum oleh “iman kuat” mereka sendiri. Paulus menambahkan bahwa memang kita harus membangun iman yang kuat akan tetapi kita juga membangun respek disisi yang lain dan belajar untuk membangun toleransi dengan orang lain.
Bagian penutup dari surat ini (15:14 – 16:27) berisi informasi tentang situasi dan rencana perjalanan Paulus (15:14-29), permohonan doa bagi dia yang mempersiapkan untuk membawa persembahan bagi jemaat di Jerusalem (15:30-33), dan juga ucapan perpisahan (16:1-16) dan yang terakhir peringatan terhadap pengajaran sesat, dan diikuti dengan catatan pribadi dan doa berkat (16:17-27).

Penulis, sumber dan tanggal penulisan

Kitab Roma sendiri menjelaskan bahwa penulis dari kitab tersebut adalah Paulus (1:1). Ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa kitab tersebut bukan ditulis oleh Paulus, akan tetapi mereka tidak dapat membuktikan dengan tegas bukti-bukti pendapat, ataupun argumentasi mereka. Menurut Roma 15:22-29, ada tiga lokasi tempat yang menggambarkan rencana perjalanan Paulus: Jerusalem, Roma dan Spanyol. Dalam pasal 15:25-30, dijelaskan bahwa ia merindukan berjumpa dengan jemaat di Jerusalem dan rindu membawa persembahan dari jemaat-jemaat bukan Yahudi bagi jemaat di Jerusalem (hal ini mungkin berkaitan dengan penindasan yang mereka alami pada waktu itu).
Rencana Paulus berikutnya, ia akan singgah di Roma, akan tetapi hanya sekedar singgah dalam perjalanannya menuju ke Spanyol (15:24, 28). Hal ini menurutnya bukanlah mengecilkan pelayanan di Roma, akan tetapi merupakan suatu pemikiran Paulus untuk memberitakan injil dimana Kristus belum dikenal (15:20). Pandangan Paulus sangat jauh kedepan ke Spanyol karena tugas panggilan gereja di daerah Mediteran Timur harus segera dipenuhi: “dari Jerusalem keseluruh daerah menuju Illyricum, aku telah memproklamasikan injil Kristus” (15:19). Sebagai hasil dari perjalanan misi pertama dari ketiga misinya, gereja yang sedang berkembang telah dicanangkan di pusat metropolitan diwilayah tersebut. Gereja-gereja tersebut dapat membawa tugas penginjilan dalam wilayah kegiatan mereka sementara Paulus mengejar didaerah-daerah yang belum terjangkau.
Korintus adalah tempat yang sangat memungkinkan bagi Paulus untuk menulis surat Roma ini. Ketika Lukas menceritakan kepada kita bahwa Paulus menyediakan waktu tiga bulan di “Greece” (Kisah 20:3), itu sangat memungkinkan bahwa Korintuslah tempat Paulus tinggal (lih 2 Korintus 13:1, 10). Ada konfirmasi bahwa Korintus adalah tempat yang dekat dengan “Cenchrea” (16:1-2; Gaius yang mengirim salam dalam 16:23 mungkin adalah Gaius yang sama yang dibaptis Paulus di Korintus (I Korintus 1:14). Beberapa orang juga berpendapat bahwa Erastus bendahara negeri (16:23) dapat di identifikasikan dengan Erastus yang ditemukan di Korintus. Jadi kesimpilannya kemungkinan besar bahwa surat Roma ini ditulis dikota Korintus.
Tentang tanggal penulisan surat Roma, hal ini sesuai dengan waktu atau saat dimana Paulus tinggal selama 3 bulan di “Greece”; untuk memastikan tanggal penulisan, kita kembali pada kronologi dari hidup Paulus dan pelayanan keseluruhannya, dan tahun AD 57 adalah alternative yang terbaik.
Tulisan ini ditujukan kepada “seluruh jemaat di Roma yang dikasihi Allah dan dipanggil menjadi orang-orang kudus” (1:7 bnd 1:15). Kita tidak memiliki bukti-bukti yang akurat tentang gereja asli di Roma atau tentang komposisinya pada saat Paulus menulis surat tersebut. Kurang lebih tahun AD180, Ireneus mengidentifikasikan bahwa Paulus dan Petrus adalah pendiri gereja mula-mula di Roma, dimana tradisi berikutnya menyatakan bahwa Petrus menjadi pemimpin gereja yang pertama. Akan tetapi tidak ada satupun tradisi lisan yang dapat diterimanya. Surat itu sendiri sangat jelas menyatakan bahwa Paulus sendiri adalah orang asing bagi gereja di Roma (lih. 1:10, 13; 15:22) dan sepertinya Paulus sedang merencanakan kunjungan ke Roma yang dijelaskan dalam 1:8-15 ke gereja yang didirikan oleh Petrus. Tidak juga dijelaskan apakah Petrus pergi sebelumnya dan memiliki waktu untuk mendirikan jemaat disana. Apabila ada kesepakatan bahwa tidak ada satupun rasul yang membangun jemaat di Roma, maka hal yang paling memungkinkan berdirinya jemaat disana adalah gereja berdiri setelah peristiwa Pentakosta dimana orang-orang Yahudi dari Roma juga dating pada saat itu. (lih Kisah 2:10) dan membawa berita tersebut kembali ke Roma. Dan mungkin benar suatu pemikiran bahwa jemaat di Roma dimulai oleh orang-orang Yahudi pada saat itu yang tinggal disana. Namun demikian surat Roma ditujukan kepada semua jemaat di Roma, yang berarti didalamnya termasuk orang Yahudi dan non-Yahudi (1:7).
Tahun Penulisan
Ada 2 pendapat, yaitu:
1.      Berdasarkan perhitungan terhadap pemerintahan Claudius +/- 42 (masa Petrus), setelah 15 tahun kemudian (menurut pandangan Katholik) Paulus menulis surat kepada jemaat di Roma (+/- 57), waktu itu terdapat Akuila dan Priskila yang membawa api kebangunan rohani (Roma 16:3).
2.      Berdasarkan misi Paulus yang ketiga, yaitu +/- 52 – 57, penulisan kitab tersebut adalah saat-saat terakhir dalam misi Paulus yang ketiga.
Kesimpulan:  pendapat yang kedua ini lebih mendekati kebenaran dalam Alkitab.
Alasan Penulisan
            Paulus tidak mendirikan jemaat di Roma, namun ia meneruskan apa yang sudah ada (Roma 15 : 28) dan goal pelayanan Paulus adalah Roma 1:11-13. Sehingga maksud dan penulisan kitab ini adalah:
1.    Paulus ingin memperkenalkan dirinya kepada jemaat di Roma, karena jemaat di Roma secara umum tidak mengenal siapa dirinya.
2.    Paulus ingin menjadikan Roma sebagai basis penginjilannya, dengan harapan kelak Paulus mendapat pertolongan atau dukungan untuk pelayanannya ke Spanyol serta dukungan doa baginya dari jemaat Roma (Roma 15:30:32).
3.    Paulus menyampaikan salam dan Injil Kristus (ps. 9 – 11), yaitu kepada Israel, supaya sebagai umat pilihan mereka tidak menjadi sombong.
Usaha-usaha yang dilakukan Paulus untuk memenuhi tujuannya:
a.    Paulus mencantumkan salam (ps. 16) kepada orang-orang yang dikenalnya supaya ia bisa dipercaya oleh jemaat Roma yang belum mengenalnya.
b.    Paulus menuliskan Injil Kristus didalam suratnya.


Kesatuan (unity) Surat Roma
Menilik dalam ke 16 pasal yang ada dalam kitab Roma, sampai saat ini terjadi perdebatan, khususnya pasal 16, benarkah pasal tersebut termasuk dalam kesatuan kitab Roma? Ada anggapan atau pendapat bahwa Surat Roma tidak sampai pada pasal 16 pendapat ini dikarenakan beberapa alasan:
a.    Paulus menulis begitu banyak salam kepada orang-orang (tidak sesuai dengan kebiasaan Paulus dalam menulis surat kepada suatu jemaat).
b.    Paulus banyak menulis salam padahal ia belum pernah dating ke Roma.
c.    Akwila dan Priskila berhubungan dengan paulus di Asia dan bukannya di Roma
d.   Sangatlah aneh bila dicantumkan himbauan untuk menghormati Febe.
Sanggahan atau tanggapan tentang hal tersebut.
a.    Salam kepada banyak kenalan Paulus bukanlah hal yang aneh karena mengingat bahwa Paulus sudah cukup terkenal pada perjalanan misi ketiga.
b.    Salam kepada banyak orang padahal ia belum pernah ke Roma, hal ini dibuat paulus supaya dirinya dapat diterima dan dipercaya oleh jemaat Roma yang belum mengenalnya. Diharapkan jemaat Roma yang belum mengenalnya dan meragukannya dapat bertanya kepada mereka yang menjadi kenalan Paulus sekaligus jemaat di Roma.
c.    Ada kemungkinan Akwila dan Priskila setelah dijamah Roh kudus, mereka merubah hidup untuk menyebarkan Injil sambil tetap bekerja. Jadi ada kemungkinan bahwa hidup mereka berpindah-pindah tempat karena mereka harus keliling untuk menjadi saksi bagi Kristus.
d.   Himbauan untuk menghormati Febe bukanlah hal yang aneh mengingat dia adalah pelayan Tuhan juga, jadi sudah sepatutnyalah hal itu terjadi. Dan himbauan ini dicantumkan juga supaya jemaat Roma menerima Febe.

Tempat dan tahun Penulisan.
            Ada beberapa perbedaan diantara para ahli tentang tempat penulisan Surat ini. Disatu pihak mereka menyatakan bahwa Surat ini ditulis di Efesus, ada juga yang berpendapat bahwa surat ini ditulis di Korintus dan bahkan ditulis di Kengkrea (sebelah Timur Korintus). Bagaimana mengatasi hal ini ? Mari kita kembali melihat peta perjalanan Paulus dalam perjalanan misinya yang ketiga, sebab dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu surat ini ditulis, Paulus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus (bnd. II Korintus 9:1-5; 13:1).
Apabila kita melihat isi dari Surat Roma, maka kita kadang merasa bahwa jalan pikiran dalam Roma kadang-kadang terputus dan terganggu sedikit dan rasanya kurang lancar. Misalnya apa kaitan Roma 5:1-11 dengan 4:25, Pasal 4:25 lancar bila diteruskan dengan pasal 5:12. Demikaian juga hubungan Roma 13:11-14 dengan Roma 13:10. Roma 12:1-21 yang dilanjutkan dengan Roma 13:9-10. Roma 8:1 dst sukar dilihat sebagai kelanjutan dari Roma 7:1-26. Dari hal-hal tersebut boleh disimpulkan bahwa penulisan Surat Roma terkesan terputus-putus, dan ini dapat dijelaskan bahwa penulisan Surat ini memerlukan waktu yang banyak dan tidak sekali jadi ditulis (butuh waktu).
            Dari hal itu pula dapat ditarik satu garis yang dapat diterima oleh akal bahwa penulisan Surat inipun ada kemungkinan tidak pada satu tempat saja. Kemungkinan surat ini mulai ditulis ketika Paulus ada di Efesus (selama lk 3 tahun), yang kemudian dilanjutkannya ketika ia berada di Korintus (selama 3 bulan berada ditanah Yunani) dan setelah selesai surat tersebut dititipkan oleh Febe ketika di Kenkrea artinya surat tersebut.
dikirim dari Kenkrea lewat Febe kepada jemaat di Roma, dengan kata lain surat ini ditulis bertahap-tahap.
            Tentang tanggal penulisannya hampir semua para ahli berpendapat antara tahun 54 sampai awal 59, dan kemungkinan besar antara akhir tahun 54 dan awal 57, dan kebanyakan mereka lebih condong pada tahun 57, hal ini didasari bahwa perjalanan misi Paulus yang ketiga berkhisar tahun 52-57, dan surat ini ditulis dan diselesaikan pada sekitar akhir perjalanan Paulus yang ketiga (th 57).
Maksud Penulisan Surat Roma
1.    Ia mau berkenalan dengan jemaat disana berkaitan dengan kerinduannya untuk memberitakan injil sampai keujung bumi (Spanyol)( 1:10-13; 15:32) dan kerinduannya untuk ke Roma selalu gagal seperti apa yang dikatakannya (1:8; 13).
2.    Kerinduannya untuk menjadikan Roma sebagai pangkalan misi Paulus sebagaimana di Antiokhia, (bnd. 15:24) …..kamu dapat mengantar aku kesana.
Dengan kata lain ia menuliskan dengan satu maksud untuk perkenalan (ingat bahwa bukan Paulus yang mendirikan jemaat disana) atau memperkenalkan diri kepada jemaat di Roma sekaligus menceritakan maksudnya yang lain yaitu mengharapkan pertolongan mereka, ia mencari dukungan untuk ke Spanyol, selain itu ia juga minta dukungan doa bagi perjalanannya menuju Yerusalem dalam menghadapi bahaya yang mengancam dirinya (lih. 15:30-32).
Untuk memperoleh apa yang diharapkan itu, maka ia menjelaskan Injil Kristus, yaitu baik murka yang mengancam manusia maupun anugerah yang Allah telah siapkan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Dengan pengertian yang benar tentang injil, diharapkan jemaat di Roma mau mendukung apa yang  menjadi kerinduannya untuk memberitakan kabar keselamatan bagi seluruh bangsa (Yahudi maupun non-Yahudi).
Jadi akhirnya saya pribadi berkesimpulan bahwa pasal-pasal yang diragukan ke-“unity” annya sebenarnya kurang beralasan. Sehingga Surat Roma adalah satu kesatuan yang memang dalam penyusunannya tampak bertahap dan terkesan terpecah-pecah namun sebenarnya merupakan satu kesatuan yang ditulis oleh Paulus.  Dan kita juga mengingat bagaimana proses penyalinan Alkitab itupun juga berpengaruh terhadap bagian-bagian dalam Surat tersebut. Sampai saat inipun beberapa naskah kuno tidak menyangkal akan kenyataan bahwa Surat Roma memang seperti apa yang kita miliki saat ini, tentang berkurangnya ataupun diragukannya pasal-pasal terakhir sebenarnya bermula dari salinan-salinan yang dipotong oleh Marcion  l.k 140 dan karena itu naskah Marcion menjadi akar dari silang pendapat tentang Roma.

I dan II KORINTUS
TEMA, Tema I Korintus adalah “Masalah-masalah jemaat dan pemecahannya,” sedangkan II Korintus adalah “Kemuliaan dibalik penderitaan”
PENULIS, Surat I Korintus ditulis oleh Rasul Paulus pada sat dia berada di Efesus, sedangkan II Korintus ditulis oleh Paulus pada saat dia berada di Makedonia.
WAKTU DAN TEMPAT PENULISAN
Surat I Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanan Paulus di Efesus (Kisah 20:31) pada misi perjalanannya yang ketiga (Kisah 18:23 – 21:16). Dan perkiraan waktu penulisan surat I Korintus adalah pada saat musim dingin tahun 55M, sekitar Paskah, sebelum Pentakosta ( I Korintus 16:18), sementara II Korintus ditulis sekitar akhir tahun 55M.
ALAMAT SURAT
Paulus menuliskan surat kiriman ini ditujukan kepada jemaat di Korintus dan kepada orang percaya diseluruh Akhaya (II Korintus 1:1), dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua kali (II Korintus 1:1; 10:1)
ALASAN PENULISAN
Terjadinya surat I Korintus kira-kira tiga tahun setelah keberangkatan paulus dari Korintus, yaitu padawaktu ia berada di Efesus (+/- 370 km disebelah Timur, diseberang laut Aigia). Paulus mendengar kabar mengenai masalah jemaat di Korintus dari keluarga Kloe (I Korintus 1:11) dan beberapa orang lainnya ( I Korintus 5:1; 11:18). Setelah itu dating utusan pemimpin-pemimpin jemaat Korintus menjumpai Paulus di Efesus (I Korintus 16:17 yang menyebutkan bahwa mereka adalah Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus, yang mungki juga adalah pembawa-pembawa surat yang disebutkan dalam I Korintus 7:1), yang menyampaikan sepucuk surat untuk memohon petunjuk kepada Paulus atas pelbagai masalah, kekacauan dan kesulitan-kesulitan yang timbul di jemaat. (I Korintus 7:1; 8:1; 12:1; 16:1), karena hal itulah maka Paulus membalas dengan menuliskan surat I Korintus ini.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan I Korintus adalah:
1.      Untuk menyelesaikan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus, yaitu masalah pelanggaran-pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, sementara hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang serius bagi Paulus, karena membawa perpecahan jemaat. Terjadinya perpecahan karena kurangnya atau dangkalnya pemahaman akan Kristus, yang terpecah dalam 4 golongan:
a.    Golongan Paulus, dari kaum Libertin, pandangan mereka:
                           ii.          Menyatakan bahwa begitu mereka meresponi berita Injil mereka dapat hidup sesukanya, maksudnya tanpa tuntutan agar orang mentaati hukum Torat.
                         iii.          Jemaat agar tidak cemas terhadap terjadinya percabulan secara terang-terangan (I Kor 5:1-13)
b.    Golongan Apolos, terdiri dari orang-orang yang mengukuti pandangan Yunani klasik. Mereka disebut sebagai kaum Filsuf, dan memilik pandangan:
                         iv.          Hikmat itu lebih unggul dari apapun juga termasuk dengan pengajaran yang telah diberitakan oleh Paulus (I Kor 1:18-25)
                           v.          Semua yang terdapat dalam filsafat Yunani sudah dibayangkan sebelumnya oleh Musa dan penulis-penulis Perjanjian lama lainnya.
c.    Golongan Kefas, dari kaum Legalis, kebanyakan dari mereka adalah orang Kristen Yahudi dan non yahudi yang “takut akan Allah” sebelum menjadi Kristen, dengan pandangan:
                         vi.          Kehidupan Kristen berarti mengikuti Hukum Torat dengan ketat, baik menurut upacara agama maupun secara moral.
                       vii.          Mempersoalkan persoalan lama tentang jenis makanan yang boleh dimakan orang Kristen dan yang tidak; khususnya makanan yang dipersembahkan di kuil-kuil kafir sebelum dijual kepada umum (I Kor 8-9)
d.   Golongan Kristus, dari kaum Mistis – terdiri dari orang-orang yang menganggap dirinya diatas kelompok lain yang berpusatkan pada pribadi-pribadi biasa. Pandangan mereka menyangkut hal-hal sebagai berikut:
                     viii.          Menghendaki hubungan langsung dengan Kristus sendiri, sama seperti hubungan mistik yang telah mereka alami secara langsung dengan dewa-dewa dalam agama misteri dari Timur. Apabila Serapis dapat disebut “tuhan” begitu juga Kristus.
                         ix.          Mereka menyatakan keberadaan hidup mereka adalah super rohani, jauh melebihi dari apa yang dapat dicapai oleh pengikut-pengikut Paulus, Kefas dan Apolos ( I Kor 4:8).
                           x.          Kebangkitan telah berlangsung dan mereka telah dibangkitkan secara mistis bersama Kristus (I Kor 15:12-19).
                         xi.          Menyatakan tidak perlu cemas dengan kegiatan percabulan yang telah mereka lakukan (I Kor 10:1-13)


2.        Untuk memberikan jawaban dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus, hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian iman mereka baik secara pribadi maupun dalam berjemaat.
Situasi dan Keadaan Kota Korintus
1.        Merupakan kota Bandar yang terbesar.
2.        Mempunyai letak yang strategis, Kengkrea disebelah Timur dan Likaionia disebelah Barat.
3.        Kota perdagangan yang menghubungkan Asia Barat dan Italia (Eropa).
4.        Menjadi pusat pemerintahan, ibukota Akhaya.
5.        Tempat proconsul Romawi.
6.        Menjadi pusat Ilmu pengetahuan, filsafat dan Olah raga
7.        Selain itu juga terkenal karena kebejatan dan kejahatannya, karena merupakan kota perniagaan yang menjadi tempat bertemunya banyak orang dari berbagai bangsa, maka pengaruh agama terhadap penduduk kota sangat kuat dan penyembahan berhala menjadi sebab bertambah-tambahnya kejahatan. Berhala-berhala yang disembah penduduk korintus antara lain:
a.         Dewi Venus, seperti penduduk Efesus menyembah Dewi Diana, merupakan dewi cinta dimana ada 1000 gadis cantik yang melayani para peziarah dan tinggal dikuil-kuil dan bekerja sebagai pelacur bakti.
b.         Dewi Minerva, penduduk Athena
8. Mayoritas penduduk Korintus adalah penyembah berhala, selain itu pengaruh Yudaisme tidak nampak dikota ini.

Berdirinya Jemaat Korintus
1.    Dikunjungi Paulus pada misi kedua.
2.    Dikota ini bertemu dengan Akwila dan Priskila (Kisah 18:2).
3.    PI pada orang Yahudi ditolak, maka Paulus berpaling pada bangsa lain (Kisah 18:4-6).
4.    Paulus diteguhkan Tuhan dalam suatu penglihatan (Kisah 18:9-10).
5.    Paulus tinggal dengan jemaat Korintus selama 1 tahun 6 bulan (Kisah 18:11).
6.    Setelah Paulus pergi, datang Apolos (Orang Yahudi dari Aleksandria) namun ia tidak tinggal lama (Kisah 18:28- 19:1)
Dimungkinkan aliran “gnostik” muncul dari gabungan pandangan-pandangan yang ekstrim ini, tetapi pada jaman Paulus tidak disebut tentang kelompok “gnostik”. Meski terjadi perselisihan ini, namun hubungan Paulus dengan Apolos tetap akrab (16:12).
Isu-isu yang menarik dalam I Korintus
1.    Jemaat Korintus sombong atas hikmat yang dimiliki (1:18; 2:16; 8:1-2), tidak memelihara persatuan, memegang kebebasan pribadi, hal ini nyata dalam sikap orang terhadap daging persembahan (8:7, 9-13).
2.    Tentang tudung wanita (11:5), untuk membedakan dengan wanita penghibur kelas tinggi (hetaire).
3.    Tentang wanita yang tidak boleh bicara dalam pertemuan jemaat untuk membedakan dengan wanita-wanita yang ada dikuil sebagai pelacur bakti, dimana mereka bebas berbicara dalam acara ritual (14:34).
4.    Glosolalia, dimungkinkan karena banyaknya manifestasi yang terjadi seperti dikuil-kuil yang menimbulkan kegaduhan, maka Paulus menegur mereka, diayat 14:12 “membangun jemaat” ; 14:40 “harus berlangsung dengan tertib” ; 14:26-40 “menjelaskan tentang pertemuan jemaat”.
5.    Tentang perkawinan, Rasul paulus mengijinkan perkawinan (7:1-9), melarang perceraian (7:10-11), kecuali bila seorang pasangan kafir meninggalkan seorang Kristen (7:12-16) dan untuk tetap tinggal pada keadaannya (7:17-24).
6.    Proses perdata/pengadilan, dengan tegas tidak disetujui (6:6), lebih disukai penyelesaian secara intern (6:5), daripada mencari keadilan pada orang yang tidak percaya.
7.    Nasehat tentang percabulan, criteria mereka dan bagaimana mensikapinya (5:10-110 dan apa artinya bagi hidup dalam Kristus (6:12-20).
8.    Tentang rupa-rupa karunia (12:1-11), dari semua karunia yang terbesar adalah kasih (12:13)

LATAR BELAKANG
Bersama dengan Priskila dan Akwila (I Korintus 16:19) dan rombongan (Kisah 18:5), Paulus datang ke Atena dan mendirikan jemaat Korintus, dimana Paulus tinggal disana selama 18 bulan pada misi perjalanan yang kedua sekitar tahun 50M (Kisah 18:1-17) dan berjumpa dengan Akwila dan Priskila dimana mereka memiliki keahlian yang sama yaitu  sebagai pembuat tenda. Sebenarnya Akwila dan Priskila berasal dari Roma, akan tetapi karena peristiwa pengusiran orang Yahudi dari Roma oleh Kaisar Klaudius, maka mereka berada dikota tersebut.
Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi, dan kebanyakan dari mereka adalah orang non-Yahudi yang memiliki latar belakang penyembahan berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam jemaat yang masih sangat muda ini, yang membutuhkan pengajarannya dan kehadirannya ditengah-tengah mereka.
Kronologis penulisan Surat I dan II Korintus
Ada anggapan bahwa Paulus menulis empat surat (I - IV Korintus) kepada jemaat di Korintus, hal ini didasari pada suatu anggapan atau pandangan sebagai berikut: (rekonstruksi surat Korintus)
1.    Pada Perjalanan Misi III Paulus tiba di Efesus dan bekerja +/- 2 thn lamanya (KPR 19:10). Pada waktu itu Paulus mendengar kabar berita yang buruk tentang jemaat di Korintus tentang bahaya percabulan yang telah memasuki kehidupan jemaat, sehingga paulus menuliskan suratnya yang pertama (I Korintus) (lihat I Kor 5:9-11) dimana surat ini dinyatakan hilang. Perlu ditambahkan bahwa surat Paulus yang pertama ini dibawa oleh Sostenes.
2.    Dari keluarga Kloe Paulus mendengar tentang persoalan-persoalan yang ada di Korintus (I Kor 1:11) juga dari orang lain (I Kor 5:1; 11:18), yaitu tentang perpecahan jemaat, keraguan akan kerasulan Paulus (I Kor 1:11).
3.    Sementara itu Paulus berada di sekitar Efesus (I Kor 16:19; Kisah 19:20,26) serta mengalami berbagai penderitaan dan penganiayaan (bdg I Kor 15:30 dst). Paulus juga mendengar berita tentang jemaat Korintus (I Kor 16:17 bdg I Kor 7:1) dimana mereka meminta nasihat dari Paulus dan Paulus segera menjawabnya dengan mengirimkan Timotius dan Erastus yang melalui jalan darat ( Kisah 19:10, 26 ; I Kor 4:17).
4.    Karena Paulus menganggap perjalanan mereka (Timotius dan Erastus) terlalu lama maka Paulus segera menuliskan suratnya yang kedua lewat jalan Laut (I Kor 16:10) dengan suatu pengharapan bahwa suratnya akan lebih dulu sampai dibandingkan dengan kehadiran Timotius dan Erastus yang melewati jalan darat. Paulus masih tinggal di Efesus 2 bulan (Paskah – Pentakosta I Kor 16:9).  Surat inilah yang sekatrang kita kenal dengan surat I Korintus. Paulus juga berencana untuk segera menyusul Timotius.
5.    Surat paulus yang kedua ini ( I Korintus sekarang) dan kunjungan Timotius – Erastus, tidak membawa hasil yang maksimal seperti yang disampaikan sendiri oleh Timotius ketika mereka kembali ke Efesus ( I Korintus 16:11), sehingga Paulus memutuskan untuk segera dating ke Korintus lewat jalan Laut , inilah yang disebut dengan kunjungan singkat Paulus ke Korintus (meskipun tidak ada laporan dalam KPR, akan tetapi tersirat  dalam II Kor 2:1; 12:14; 13:1-2) – Kunjungan yang mendukakan. (bdg dg pernyataan Paulus dalam I Kor 4:21 – “akan datang dengan cambuk”.
6.    Ketika paulus kembali ke Efesus, Paulus merencanakan kembali kunjungannya ke Korintus dengan jalur  Korintus –Makedonia – Korintus (II Kor 1:15-16), akan tetapi Paulus membatalkan niatnya ini (II Kor 1:23). Sebagai gantinya Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di Korintus dengan nada yang keras dan tegas, yang ditulisnya dengan hati yang sesak (II Kor 2:4) yang biasanya disebut dengan surat kesedihan (II Kor 4:9). Surat ini kebanyakan oleh para ahli dinyatakan hilang, inilah surat ketiga Paulus untuk jemaat di Korintus. Surat yang hilang ini kemungkinan diantar oleh Titus dan atas bujukan  Titus jemaat bertobat (II Kor 2:9; 7:6-15). Surat ini terpelihara dalam II Kor 10-13  yang merupakan pembelaan Paulus atas kerasulannya.
7.    Sebelum mendapatkan balasan atupun jawaban dari suratnya yang ketiga terjadi huru hara di Efesus (Kisah 19:23-40). Paulus meninggalkan Efesus (Kisah 20:1) untuk berencana menyusul Titus. Menurut kesepakatan Titus dan Paulus akan bertemu di Troas, entah karena Titus terlambat ataupun Paulus yang sudah lebih dulu sampai di Troas, ternyata Paulus tidak dapat menjumpai Titus di Troas (II Kor 2:12-13), yang menjadikan Paulus khawatir / tidak tenang.
8.    Baru setelah di Makedonia, paulus merasa terhibur karena ia bertemu dengan Titus yang membawa laporan dari Korintus tentang keadaan jemaat yang bertobat dan sekaligus undangan jemaat kepada Paulus untuk memintanya dating ke Korintus (II Kor 7:15-16). Untuk memberikan jawabannya maka Paulus kemudian memutuskan untuk mengirim kembali Titus ke Korintus untuk mengantarkan suratnya yang keempat yang sekarang kita kenal dengan II Korintus dimana isinya lebih bernada iba dan menyatakan pula sukacitanya yang besar. (Ada asumsi bahwa surat yang keempat ini hanyalah surat yang ada pada II Korintus pasal 1-9).
Lima ciri utama yang menandai Surat I Korintus adalah:
1.    Surat ini paling berpusat pada persoalan jemaat dibandingkan dengan surat lain dalam PB. Dalam menangani masalah di Korintus, Paulus memberikan prinsip yang jelas dan tegas dimana prinsip-prinsip tersebut dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (missal (I Kor 1:10; 6:17,20; 7:7; 9:24-27; 10:31-32; 14:1-10; 15:22-23).
2.    Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat local sebagai tubuh Kristus, suatu focus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus dan karunia-karunia rohani.
3.    Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok permasalahan seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang, dll.
4.    Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala siding berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5).
5.    Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh karena perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang pada Kristus dengan sungguh-sungguh.





SURAT II KORINTUS
Latar Belakang Sejarah
            Paulus tinggal selama 18 bulan di Korintus dalam perjalanan misinya yang kedua (Kisah 18:1-8). Agaknya segera setelah berangkat ia menulis surat yang pertama, yang diacu kedalam surat I Korintus 5:9, tetapi kini telah hilang. Surat ini berisi peringatan agar orang Korintus tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak bermoral. Dalam perjalanan misi ke III Paulus menulis surat yang kedua yang kita miliki sebagai surat I Korintus dan Timotius diutus dari Makedonia untuk mengunjungi Korintus (I Korintus 4:17; 16:10), setelah mendapatkan informasi tentang penulisan surat Korintus yang baru dia (Paulus) tulis menyebabkan dorongan pada diri Paulus untuk dia kembali ke Korintus. Dalam perjalanannya yang kedua ini Paulus mempunyai “kunjungan yang penuh duka” ke Korintus (II Kor 1). Pada kunjungan itulah ia mendapat konfrontasi yang menyedihkan dengan salah seorang anggota jemaat di Korintus (2:5), tidak lama kemudian ia kembali ke Efesus lalu menulis surat kepada jemaat di Korintus kembali. Tetapi surat ini hilang dimana ada anggapan tidak semuanya hilang dan bagian yang tertinggal itulah dikemudian hari digabungkan dengan surat Paulus berikutnya yang menjadi kitab II Korintus sekarang ini. Pengantar surat yang ketiga ini adalah Titus yang kemudian kembali ke Makedonia untuk bertemu dengan Paulus, dimana sebagai tanggapannya Paulus menulis surat yang keempat yang sekarang kita kenal dengan II Korintus.
Pengarang, tempat dan waktu
a.    Pengarang surat II Korintus sudah bias dipastikan adalah Paulus, hal ini bias kita lihat dari gaya bahasa yang merupakan isi hati Paulus sendiri.
b.    Dalam II Korintus 8:17-24; 12:18, disebutkan bahwa surat ini dibawa oleh Titus dan Paulus menjumpai Titus di daerah Makedonia. Setelah mendengar kabar yang dibawa oleh Titus tentang jemaat Korintus, maka Paulus menuliskan suratnya ini melalui perantaraan Titus, jadi bisa dipastikan bahwa surat ini ditulis di Makedonia.
c.    Kurang lebih tahun 56 (sebelum paulus pergi ke Yerusalem untuk mengikuti perayaan hari raya tidak beragi)
Masalah sastra
Banyak orang yang mergukan kesatuan kitab II Korintus ini sebagai satu kesatuan yang utuh, dimana mereka beranggapan bahwa II Korintus pasal 10-13 ditulis lebih awal daripada pasal 1-9. hal ini karena terkesan tidak ada kesatuan tema antara pasal-pasal tersebut. Pasal 1-9 menjelaskan tentang hubungan Paulus dengan jemaat Korintus, sementara pasal 10-13 berisi mengenai pembelaan dan serangan Paulus kepada lawan-lawannya. Hal inilah yang menyebabkan pandangan beberapa orang bahwa kemungkinan surat ketiga tidak hilang seluruhnya tetapi sebagian dari padanya digabungkan dengan surat yang keempat. Seperti dalam surat-suratnya yang pertama (I Korintus) tidak ada bukti-bukti eksternal yang mendukung adanya perbedaan dalam II Korintus (Ketidak samaan) yang cukup meyakinkan untuk membagi II Korintus menadi dua bagian. Jadi kesatuannya tidak dapat digugat berdasarkan perbedaan-perbedaan naskah saja karena tidak adanya bukti eksternal yang dapat membuktikan adanya perbedaan dalam 2 bagian pasal tersebut (1-9 dengan 10-13).
Maksud dan Tujuan penulisan II Korintus
1.      Paulus ingin memberikan ketegasan bahwa jemaat Korintus tidak memerlukan surat-surat pujian yang diberikan orang lain, karena jemaat Korintus itu sendiri yang harus merupakan surat pujian (II Korintus 3:1-3)
2.      Mendorong jemaat Korintus untuk tetap setia kepada pengajarnannya dan tetap menjadikan dirinya sebagai bapa rohani bagi mereka
3.      Menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus menerus menentang dirinya yang bermaksud untuk menjatuhkan wibawanya dan kerasulannya (apologetic)
4.      Menegur sebagian jemaat yang terpengaruh oleh lawan-lawan Paulus dan yang terus menerus menolak pengajarannya.
5.      Mengajak jemaat untuk merenung kembali atas perselisihan yang telah terjadi diantara mereka, agar tidak terulang kembali
Persamaan dan perbedaan Kitab I dan II Korintus
1.      Sama-sama ditulis oleh Paulus
2.      Ditujukan kepada jemaat di Korintus
3.      Terdapat salam pembuka dan penutup
4.      Berisi tentang bagaimana seharusnya kehidupan orang yang sudah mengenal Kristus ;
Perbedaan kedua surat tersebut
1.      Surat I Korintus menangani masalah yang bersifat menyeluruh dalam jemaat di Korintus (global).
2.      Surat II Korintus lebih bersifat pribadi karena berisi pembelaan Paulus tentang kerasulannya
Garis Besar Surat I Korintus
a.    Kesalahan yang ada dalam jemaat (1-6).
b.    Masalah dan pertanyaan yang dikemukakan jemaat Korintus dalam surat kepada Paulus dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu (7-14).
c.    Kebangkitan Kristus serta nasihat dan salam (15-16)


Struktur II Korintus
1.      Salam Pembuka (1:1-2)
2.      Penjelasan tentang perilaku pribadi (1:3 – 2:13)
3.      Pembelaan pelayanan paulus (2:14 – 7:4)
4.      Komentar tentang pengaruh dari suratnya (7:5-16)
5.      Karunia memberi (8:1 – 9:15)
6.      Persiapan kunjungan (12:14 – 13:10).
7.      Salam penutup (13:11-14)

Empat ciri yang menandai kitab II Korintus:
1.    Merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup Paulus. Petunjuk mengenai dirinya banyak diungkapkan dengan rendah hati, minta maaf bahkan dengan rasa malu.
2.    Surat ini melampaui surat kiriman lain dari paulus dalam hal menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak rohaninya.
3.    Surat ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai penderitaan Kristen, hal memberi secara kristiani.
4.    Surat ini unik dengan munculnya istilah istilah kunci seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan dan kemuliaan.










SURAT GALATIA
Tema: Kemerdekaan Kristen oleh Injil
Penulis Surat Galatia
Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di Galatia dengan penuh perasaan sedih dan marah. Hal ini disebabkan karena:
1.    Jemaat Galatia begitu cepat berbalik darai Injil yang ia beritakan (1:6-10).
2.    Jemaat Galatia meragukan dan mempertanyakan kerasulannya.
Setelah Paulus menjelaskan posisinya, ia kembali menegaskan bahwa keselamatan hanya diperoleh berdasarkan anugerah yang bekerja melalui iman, bukan karena menjalankan hukum Taurat. Taurat diberikan untuk menunjukkan bahwa dosa merupakan pelanggaran terhadap Allah dan sebagai penuntun sampai Kristus datang supaya orang percaya dibenarkan karena iman.
Para ahli tidak meragukan lagi tentang siapa penulis surat Galatia, mereka sepakat bahwa penulisnya adalah Paulus dengan bukti internal yang mendukung yang terdapat pada pendahuluan surat yang mengiukuti format surat pada jaman itu dengan mencantumkan nama pengiringnya.
Yang menjadi perdebatan sampai saat ini adalah kepada siapa surat ini ditujukan. Apakah kepada masyarakat Galatia Selatan atau Utara. Perbedaan inilah yang menimbulkan munculnya dua teori yaitu Southern Galatia theory atau Northern Galatia theory, keduanya memiliki argumen yang cukup kuat.

THE DESTINATION OF THE LETTER

TO THE GALATIANS

NORTHERN GALATIA THEORY


Bukti yang mendukung

1.    Lukas menyebutkan “Galatia” dalam Kisah Rasul bicara tentang “wilayah” dan bukan bicara tentang propinsi Roma. Hal tsb (Galatia) untuk menjelaskan daerah-daerah yang menjadi rencana perjalanan Paulus (Kisah 13:14; 14:6; 16:6; 18:23). Ketika ia menyebutkan, sebagai contoh Pisidia (Kisah 13:14) dan Likaonia (Kisah 14:6) dalam perjalanan tersebut, hal ini sangat masuk akal ketika ia menggunakan terminology wilayah saat menyebut perjalanan rasul melewati daerah Galatia.

Sanggahan.
Sangatlah sukar untuk menjelaskan dengan sesungguhnya arti dari perkataan Lukas tersebut. Secara harafiah ia mengatakan bahwa Paulus pergi melintasi “daerah atau negara Frigia-Galatia” (Kisah 16:6) dan kemudian melewati “daerah atau negara Galatia Frigia” (Kis 18:23), suatu penunjukkan yang dapat berarti apakah itu “wilayah”, atau suatu Propinsi atau bisa juga dua-duanya. Juga, Kisah Rasul tidak memberikan referensi yang jelas tentang pekerjaan Paulus di daerah Galatia Utara. Tidaklah sebagaimana biasanya bahwa materi yang tidak lengkap diberikan berkaitan dengan gereja yang bermasalah seperti Galatia ini, (biasanya penjelasan atau keterangannya lengkap).

2. Dalam perjalanan pertamanya tidaklah disinggung tentang penyakit yang diderita oleh Paulus (Kisah 13-14), lalu kenapa hal tersebut muncul dalam surat Galatia (Gal 4:13)

Sanggahan.
Lukas tidak pula menyinggung dalam catatannya baik dalam perjalanan kedua maupun ketiga tentang sakit yang diderita oleh Paulus tersebut. Banyak sekali penderitaan dan sakit penyakit yang tidak dicatat oleh Lukas ataupun oleh Paulus sendiri (bdk. 2 Kor. 11-12).

3. Paulus pasti akan menunjuk kepada penganiayaan terhadap dirinya, termasuk dalam peristiwa pelemparan batu, jika ia menulisnya untuk jemaat di Galatia bagian Selatan.

Sanggahan
Paulus mengatakan tanda-tanda yang menyertai dalam tubuhnya karena imannya dan kesaksiannya (Gal 6:17). Hal ini diperkirakan adalah masalah mata (Gal 4:13-15) yang disebabkan atau semakin parah karena peristiwa pelemparan batu atasnya.

4. Galatia asli ini merupakan suatu pandangan gereja sampai pada abad 18.

Sanggahan.
Dalam abad kedua, daerah Likaonia Galatia terpisah dari Galatia dan bergabung dengan Sisilia dan menjadi propinsi yang lebih besar lagi. Lebih lanjut kemudian pada akhir abad ketiga wilayah sisa dari Galatia Selatan menjadi propinsi dari Pisidia, dengan Antiokhia di Pisidia sebagai ibukotanya dan Ikonium sebagai kota kedua-nya. Propinsi Galatia secara meyakinkan kemudian berkurang dan menjadi bagian diwilayah Utara. Maka para penulis gereja mula-mula menyebut Galatia 1:2 dalam pemikiran yang sudah terbiasa bagi mereka dan menyatakan “Galatia” untuk menyebut daerah Utara pada masa itu. Kondisi yang membingungkan seperti itulah yang selama ini terjadi dalam bagian besar sejarah gereja.

5. Jika surat Galatia dikirimkan kepada gereja-gereja yang Paulus dirikan pada perjalanan misinya yang pertama, Paulus tidak akan pernah berkata, “kemudian aku pergi ke Syria dan Kilikia”(Gal 1:21) tetapi seharusnya ia berkata,”Kemudian aku pergi ke Syria, Kilikia dan kepadamu”

Sanggahan
Dukungan dengan menggunakan penyusunan kata-kata Paulus seperti tersebut diatas adalah merupakan suatu speculative yang terlalu sederhana.

6. Paulus tidaklah mungkin mengatakan “hai kamu orang-orang Galatia yang bodoh” kepada jemaat di Likonia atau Pisidia” (Gal 3:1). Para penulis tentang Paulus dewasa ini dengan jelas membedakan orang-orang Galatia dari rumpun (kelompok) mereka yang berdekatan.

Sanggahan.
Jika Likonia dan Pisidia adalah benar bagian dari Roma Galatia dan jika mereka benar telah mendapatkan pengajaran rasul, maka kemudian kalimat “Hai kamu orang-orang Galatia yang bodoh” adalah biasa bagi mereka dan tidaklah menjadi masalah bagi mereka.

7. Penggunaan yang sebenarnya (aslinya) tentang nama Galatia ditujukan pada wilayah bagian Utara . Hal ini dapat disamakan seperti tempat-tempat yang lain, sebagaimana Misia, Frigia dan Pisidia, dimana semuanya adalah merupakan gambaran geografi dalam kaitannya dengan arti politik. Demikian pula halnya dengan Galatia ini harus dilihat dalam koridor yang demikian.

Sanggahan
Bahwa nama Galatia asli ditujukan bagi Galatia Utara adalah poin tambahan. Paulus sering menggunakan propinsi Roma sebagai sebutan ataupun ungkapan untuk surat-suratnya, dimana didalamnya terdapat daerah-daerah yang menjadi bagian dari wilayah propinsi Roma tersebut.

8. Paulus sering mengungkapkan suatu daerah dengan nama daerah itu sendiri dibandingkan dengan menggunakan nama yang berkaitan dengan kondisi politik, dan daerah  atau diwilayah bagian Galatia Utara, sebagai contoh Roma 15:31; II Kor. 1:16; Gal 1:17, 21; I Thes 2:14

Sanggahan
Paulus bagaimanapun juga sering menyebut nama suatu propinsi. Dalam konteks propinsi Makedonia ( I Kor. 16:5), Akhaya (I Kor. 16:15), dan Asia ( I Kor. 16:19),  ia menyinggung kepada jemaat Galatia ( I Kor 16:1), biasanya lebih sebagai nama propinsi.

9. Orang-orang yang tinggal di Galatia Utara pindah kedaerah tersebut dari tempat wilayah Barat Jauh, mereka asli “Celtic”, tetapi mereka disebut sebagai orang “Galate” oleh orang-orang Yahudi dan “Galli” oleh orang Roma. Karakter dari orang-orang yang dimaksud paulus seperti orang-orang tersebut diatas. Mereka suku yang tidak tetap (gampang berubah), dimana “sesuai” dengan apa yang dikatakan Paulus dalam ucapannya “ kamu berubah dengan cepat.” Ini adalah sesuai dengan penjelasan yang ditemukan dalam “Caesar and Cicero”

Sanggahan.
Sangat sukar untuk bisa memahami atau menerima argumentasi ini hanya dengan ungkapan “fickle (gampang berubah)” dengan menyelaraskan dengan ungkapan Paulus dalam Gal 1:6.

Southern Galatia Theory


1. Kisah Rasul berisi penandaan wilayah dimana Paulus memilih untuk menggunakan penyebutan Propinsi. Dalam I Korintus Paulus menyinggung kepada gereja-gereja Galatia (16:1), dalam konteks yang sama ia menunjuk kepada wilayah lain dengan menggunakan nama-nama propinsi mereka sendiri: Makedonia (16:5), Akhaya (16:15) dan Asia (16:19). Jadi Paulus lebih sering juga menggunakan sebutan “Galatia” sebagai sebutan bagi Propinsi, ketimbang hanya pada satu suku atau kelompok tertentu.

Sanggahan
Paulus sering menggunakan sebutan territorial dari pada nama official, sebagai contoh Syria (Galatia 1:21) untuk menyebut “Seleucidian Syria” yang dimaksud adalah Antiokhia yang menjadi bagian propinsi Roma dimana Jerusalem juga termasuk didalamnya. Dalam penunjukannya kepada orang-orang Kristen di Judea, ia berpikir atau bermaksud tentang wilayah Judea (II Kor 1:16; I Tes 2:14); Arabia adalah suatu wilayah atau daerah dan bukan nama suatu kerajaan dari Nabatian ( Gal 1:17).

2. Paulus, lebih sering menulis kepada gereja-gereja yang telah berdiri dalam catatan di Kisah Para Rasul (ch. 13-14) daripada kepada gereja-gereja yang mana kita hanya sedikit mendapatkan informasi tentang mereka.

Sanggahan
Juga, sedikit diketahui tentang pendirian terhadap gereja Kolose.

3. Orang-orang Yahudi, musuh-musuh Paulus telah memasuki daerah-daerah yang telah padat penduduknya diwilayah Selatan Galatia, dibawah  pegunungan Taurus, dimana orang-orang Yahudi dan synagoge – sinagoge berada disana lebih banyak dibandingkan diwilayah Utara.

Sanggahan.
Tidak ada yang diketahui tentang utusan dari Yerusalem. Mereka mungkin meninggalkan wilayah Galatia tanpa mereka memahami tentang hal ini (daerah-daerah ini).

4. Penunjukan nama Barnabas khususnya penyeberangannya di Antiokhia (Gal 2:1, 9; cf. 2:13), akan sangat  berarti hanya bagi jemaat Galatia di bagian Selatan karena Barnabas bersama dengan Paulus pada pejalanan misi pertama, dan bukan pada dua perjalanan berikutnya.

Sanggahan
Dalam I Korintus 7:6 Paulus menunjuk kepada Barnabas sebagaimana dikenal di Korintus, dan disana tidak ada bukti ia telah mengunjungi gereja tersebut.

5. Selama tidak ada keterangan yang menunjukkan tentang keputusan sejarah yang dibuat sidang Jerusalem (Kisah 15), keputusan tentang penulisan buku seharusnya ditulis sebelum peristiwa tersebut terjadi. Dalam kasus ini Paulus kemungkinan hanya menulis kepada Jemaat Galatia bagian Selatan, seperti Antiokhia, Ikonium, Listra dan Derbe.

Sanggahan
Penunjukan tentang sidang Yerusalem tidaklah berhubungan dengan beberapa surat Paulus, selain daripada masalah hubungan Yahudi dan non-Yahudi dan tentang Injil itu sendiri. Dalam hal ini mungkin juga Paulus tidak terlalu memperhatikan tentang hasil keputusan nyata sidang atau akhir kemenangan bagi dirinya dan berita Injil.

6. Meskipun Petrus bukanlah seorang yang stabil pada waktu itu, penyeberangannya ke Antiokhia (Gal 2:11-14) akan lebih berarti dalam pengalaman pribadinya sebelum sidang Yerusalem daripada sesudahnya.

Sanggahan
Mengapa keputusan sidang Yerusalem lebih memfokuskan terhadap penyeberangan Petrus ke Antiokhia (teguran Paulus kepada Petrus berkaitan dengan makan semeja dengan orang Yahudi) daripada kesaksian akan Roh Kudus dirumah Kornelius beberapa tahun sebelumnya.

7. Disana (dalam surat Galatia) orang-orang Yahudi berada didalam gereja-gereja dari propinsi Galatia, akan tetapi hampir tidak ada orang-orang Yahudi yang dikenal berada diwilayah Galatia. Maka hal ini sepertinya menjelaskan bahwa Paulus akan mengunjungi pada kelompok orang Yahudi di Galatia Selatan (propinsi Galatia)

Sanggahan
Penunjukan tentang orang-orang di Galatia ditujukan kepada orang Kristen Yahudi (3:2-3, 13-14, 23-24; 4:2, 5; 5:1)dengan ungkapan kalimat yang umum sebagai orang Kristen. Orang-orang Galatia adalah orang Kristen non Yahudi (4:8; 5:2-3; 6:12-13).

8. Menurut Kisah Rasul 20:4, Paulus mendirikan kekristenan dari propinsi Galatia (Gaius dari Derbe dan Timotius dari Listra) dengan membawa sumbangan dan tidak seorangpun berasal dari wilayah Galatia (Galatia Utara), dipertegas menurut I Kor 16:1 dimana sumbangan tersebut dikumpulkan di Galatia.

Sanggahan.
Kisah Rasul 20:4 juga mengungkapkan tidak ada pembawa surat dari Akhaya, meskipun diharapkan, menurut I Kor 16:1. Juga Gaius mungkin telah berada di Makedonia (Kisah 19:29; 20:4, codex D)

9. Surat kepada jemaat Galatia menyatakan secara tidak langsung bahwa rasul Paulus yang mendirikan gereja di Galatia yang dilakukannya pada waktu transit melewati wilayah mereka. Galatia Selatan adalah daerah yang sangat padat, memiliki jalan utama, dimana Galatia bagian Utara jauh dari rute perjalanan yang biasa digunakan, hanya satu kemungkinan alasan untuk mengunjungi Galatia Utara akan menjadikan pertobatan bagi orang-orang. Galatia bagian Selatan lebih tepat merupakan kesaksian tentang pendirian gereja di Galatia.

Sanggahan
Keinginan untuk pergi ke Galatia untuk suatu pertobatan sesungguhnya adalah baik dalam strategi Paulus. Catatan, keinginannya untuk pergi memasuki Bitinia, juga diluar jalur. Selain itu, siapa yang tahu motivasi yang paling dalam, dalam diri rasul Paulus?

Dari apa yang nampak diatas, sampai saat ini pertentangan dari dua kelompok tersebut belum mendapat kepastian yang akurat tentang kepada siapa surat Galatia dikirimkannya, akan tetapi dengan melihat argumen dan sanggahan yang ada maka menurut saya bahwa teori Shoutern Galatian lebih cocok, hal ini disebabkan dengan argumen-argumen yang ditampilkannya secara lengkap dan akurat.

Waktu dan tempat penulisan
Menurut teori Galatia Utara, jemaat di Galatia didirikan pada perjalanan misi yang kedua / ketiga melalui Galatia Utara (KPR 16:6) sekiranya kota Yunani (Galatia 4:13) dapat diterjemahkan (seperti terjemahan tata bahasa Indonesia) dengan “pertama kali”, maka kesimpulannya adalah Paulus menulis Surat Galatia setidaknya setelah kunjungan keduanya ke Galatia, yaitu pada perjalanannya yang ketiga (setelah Kisah 18:23), mungkin setelah ia tinggal di Efesus (+/- tahun 53-56M).
Menurut teori Galatia Selatan, jemaat di Galatia didirikan pada perjalanan misi Paulus yang pertama. Surat Galatia ini disusun sebelum siding di Yerusalem (KPR 15), sehingga kunjungan yang diceritakan dalam Galatia 2:1-10 sama dengan KPR 11:30; 12:24). Jadi kemungkinan surat ini ditulis di Antiokhia di Siria (?) sekitar tahun 48M, yang merupakan tulisan Paulus yang pertama dan tertua dari semua kitab tulisannya.

Hubungan Galatia dengan Yakobus

Paulus
  1. Justification before God (pembenaran / dasar kebenaran dihadapan Allah)
  2. Iman adalah akar dari pembenaran (The root of justification)
  3. Iman adalah sesuatu yang menghasilkan perbuatan (as producer)
  4. Pembenaran oleh iman (justification by faith)
Yakobus
  1. Justification before human (pembenaran dihadapan manusia psl 2:18)
  2. Perbuatan adalah bukti iman
  3. Perbuatan adalah buah dari iman (the fruit of justification)
  4. Pembenaran atas pekerjaan/perbuatan (justification for work)

 

Garis Besar Galatia

  1. Pasal 1-2  :  Pembelaan diri Paulus
  2. Pasal 3-4  : Menjawab permasalahan-permasalahan dari sudut teologis
  3. Pasal 5-6  : Intisari surat Galatia

Ciri khas Surat Galatia

  1. Surat perjuangan Paulus untuk menolak ajaran lain
  2. Surat pembelaan Paulus mengenai kerasulannya
  3. Surat kasih
  4. Berisi ajaran yang mudah diingat.

PERISTIWA

Kebangkitan : Pentakosta
Pertobatan Paulus di Damsyik
   Kunjungan ke Arab
   Kembali ke Damsyik
Kunjungan Paulus pertama ke Yerusalem
   Paulus diterima oleh Barnabas
   Percakapan dengan Kefas dikota ini
   Tinggal 15 hari di rumah Kefas
   Berangkat ke Siria dan Kilikia
Paulus ke kaisarea, lalu ke Tarsus
Barnabas diutus dr Yerusalem ke Antiokhia
   Barnabas mencari Paulus di Tarsus dan                  
   membawanya ke Antiokhia di Siria
   Pelayanan pertama Paulus di Antiokhia
Kunjungan yang kedua ke Yerusalem
   Disertai Barnabas dan Titus
   Bantuan dr jemaat Antiokhia u/ jem Yerusalem
   Didorong oleh suatu pernyataan
   Percakapan pribadi
   Keluhan ttg “saudara-saudara palsu”
   Persetujuan dengan Yakobus, Kefas & Yohanes
Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia
   Membawa Yohanes Markus
Perjalanan Misi pertama: Siprus, Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra & Derbe di Likaonia
Kembali ke Antiokhia
   Kunjungan Kefas
   Perdebatan
   Org-org dr Yudea mempermasalahkan sunat
   bagi org Gentile
   Menulis surat kpd Jemaat Galatia
Kunjungan yang ketiga di Yerusalem
   Sidang Yerusalem

REFERENSI

KPR 1:3, 5; 2:1
Kisah 9:1-18
Galatia 1:17

Gal 1:18; KPR 9:26


Gal 1:18
Gal1:21
Kisah 9:30
Kisah 11:22
Kisah 11:25-26


Gal 2:1-10

KPR 11:29-30




KPR 12:24-25

KPR 13:1 – 14:20

Gal2:11; KPR 14:21-28

KPR 15:1-2



KPR 15:1-35

WAKTU

Tahun 30
Tahun 30/31


Tahun 33/35



























Tahun 48/49

 

Alasan Penulisan
Surat Galatia jelas ditulis bagi orang-orang yang bertobat karena pekerjaan paulus, tetapi sekarang mereka dalam bahaya besar karena ada orang-orang yang memutar balikkan kebenaran Injil tentang kemerdekaan Kristen, bertentangan dengan ajaran Paulus, dengan peraturan-peraturan yang telah disahkan orang yahudi. Kebenaran Injil yang diputar balikan tersebut antara lain:
  1. Sunat menduduki tempat terpenting. Mereka mengajarkan bahwa untuk mencapai keselamatan, maka iman kepada Kristus memerlukan keharusan sunat dan penyesuaian diri kepada peraturan-peraturan Yahudi lainnya.
  2. Dalam peraturan itu juga termasuk perhatian akan penanggalan yahudi (Galatia 4:10).
  3. Ketentuan makanan yang diperbolehkan.
  4. “Jemaat-jemaat Galatia” ternyata telah dikunjungi orang-orang Yahudi yang berusaha membuat anggota jemaat itu meragukan status kerasulan Paulus.
Oleh sebab itu Paulus merasa perlu menulis suratnya kepada jemaat Galatia, karena ia melihat bahwa ajaran yang berkembang telah mencampur adukkan antara anugerah dengan Hukum taurat yang dinilainya salah. Ajaran itulah yang dikatakan sebagai Injil lain yang diberitakan diluar pemberitaan Injil yang telah disampaikan oleh Paulus dalam nama Kristus. Dalam suratnya Paulus menghimbau jemaat untuk tetap berdiri dalam kemerdekaan yang baru diperoleh itu dan jangan menaruh hidup mereka dibawah perhambaan.dosa yang mengatas namakan Hukum taurat.

LATAR BELAKANG
Kota-kota dimana Paulus memberitakan Injil pada perjalanan Misi yang pertama antara lain Antiokhia, Ikonium, Listra dan Derbe (KPR 13-14) terdapat di propinsi Galatia ini. Wilayah ini sangat menarik bagi orang Romawi-Yunani dan yahudi karena letaknya yang strategis.
Surat Galatia adalah satu-satunya surat Paulus yang dialamatkan pada kumpulan jemaat (Galatia 1:2). Dilatarbelakangi tentang kabar yang diterima Paulus berkenaan dengan keadaan jemaat di Galatia yang menyangkut relasi antara Injil dan ketentuan-ketentuan dalam Torat khususnya tentang masalah sunat. Ada orang-orang yang memberikan suatu Injil lain daripada Injil yang telah diberitakan oleh Paulus, yang mana dikatakan Paulus injil tersebut trelah memutar balikkan Injil Kristus (Gal 1:6 dst). Injil lain tersebut menuntut semua jemaat harus menuruti hokum Musa dan segala hal peraturannya, khususnya menyangkut bagian sunat, hari-hari tertentu, bulan-bulan dan masa-masa yang tetap (Gl 3:6 dst 4:10). Orang-orang tsb mempersoalkan isi pemberitaan Paulus dengan menekankan bahwa apa yang disampaikan Paulus tidaklah cukup.
Penyesat-penyesat tersebut kemungkinan bukanlah orang beragama Yahudi melainkan orang Kristen Yahudi (Gal 5:12; 6:13). Paulus merasa perlu untuk menolong dan mengarahkan jemaat Galatia, karena ia cukup mengenal ajaran-ajaran yahudi dari pengalamannya sendiri (Gal 1:13-14). Dan dalam surat Galatia ini paulus membela kemerdekaan orang Kristen didalam Yesus Kristus. Itu sebabnya surat ini seringkali disebut sebagai “surat kemerdekaan orang-orang Kristen.”

CIRI KHAS SURAT GALATIA
1.    Pembelaan paling semangat tentang sifat hakiki Injil, dengan nada keras dan bersemangat serta mendesak dalam menghadapi para lawannya (Galatia 1:8-9; 5:12) juga menegur jemaat Galatia (Galatia 1:6; 3:1; 4:19-20).
2.    Banyak petunjuk kehidupan Paulus, setelah surat II Korintus.
3.    Satu-satunya surat yang dialamatkan oleh Paulus kepada jemaat secara tegas.
4.    Berisi daftar buah Roh (Galatia 5:22-23) dan daftar paling lengkap tentang perbuatan dosa (Galatia 5:19-21).

BEBERAPA POKOK PENGAJARAN DALAM SURAT GALATIA
1.        Injil yang diberitakan oleh Paulus adalah Injil yang diterima langsung dari Kristus, bukan dari dirinya sendiri..
2.        Paulus menyatakan pengutusannya langsung dari Kristus (Gal 1:15 – 2:10).
3.        Bila perkenanan Allah dapat diperoleh melalui sunat dan pengamalan peraturan Yahudi, maka kematian Kristus adalah sia-sia (Gal 2:21).
4.        Kehidupan Kristus seperti yang diketahui, dialami dan dihayati oleh orang Kristen Galatia dalam hidup mereka, adalah pemberian dari Roh Allah pada saat mereka menerimanya dan sangat disayangkan mereka menjadi rapuh (Galatia 3:2).
5.        Janji Allah kepada Abraham digenapi dalam Kristus dan bukan dalam Taurat (Gal 3:6-9, 15-22).
6.        Hukum Taurat menerangkan kutuk bagi yang gagal melakukannya, tetapi Kristus telah menanggung kutuk Hukum Taurat tersebut (Galatia 3:10-14).
7.        Kedewasaan sebagai anak-anak Allah didapatkan bukan pada melakukan Hukum taurat melainkan pada keyakinannya terhadap karya Kristus (Gal 3:23 – 4:7).
8.        Hukum taurat membawa pada kuk perhambaan, sementara iman dalam Kristus membawa pada kemerdekaan.
9.        Iman dalam Kristus bekerja karena kasih dan karena itu dank arena itu memenuhi Hukum Kristus (Galatia 5:6; 5:13-16)







 

 

 

 

































EFESUS


Latar Belakang Kota Efesus

            Efesus merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala kuil Dewi Diana (Artemis), selain itu dikota ini juga banyak terdapat praktek ilmu sihir. Surat ini merupakan surat yang ditulis oleh rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Efesus, dimana pembawa surat ini adalah Tikikhus yang disertai oleh Onesimus (Ef6:21; Kol 4:7-9). Sementara itu yang mendampingi Paulus pada saat ia menulis suratnya adalah Aristarkhus, yang pernah menjadi salah satu orang utusan ke Yerusalem (Kisah 20:4), Eprafas, seorang Asia “tabib Lukas yang kekasih” dan Demas. Pada saat yang bersamaan pula Markus telah bergabung kembali dengan Paulus dan rupa-rupanya tengah merencanakan suatu perjalanan ke Asia (Kol 4:10), sebab Paulus memuji dia pada jemaat di Kolose. Hanya dalam surat Efesuslah nama “jemaat” berarti gereja yang universal dan bukanlah sebuah kelompok lokal.

 

Penulisan

            Dalam gereja mula-mula tidak ada keraguan tentang Paulus sebagai penulis surat ini. Ada timbul pandangan-pandangan baru yang menyanggah bahwa Paulus adalah penulis surat Efesus tersebut. Pandangan yang mendukung bahwa Paulus adalah penulis kitab tersebut didukung oleh:
  1. Surat ini mencantumkan bahwa Pauluslah penulisnya, tidak hanya dalam pembukaan (1:1) tetapi juga dalam tubuh.
  2. Pada jaman gereja mula-mula keaslian surat ini tidak diragukan lagi. Surat tersebut diterima oleh Marsion (sebagai surat Laodikia); termasuk dalam kanon Muratori dan digunakan oleh golongan heretik dan ortodok.
  3. Tema-tema dalam kitab Efesus tidak diragukan lagi berisi pengajaran-pengajaran Paulus, misalnya: pembenaran oleh iman, anugerah karya pendamaian oleh Kristus.
  4. Terjadi pengembangan dalam surat tersebut dibandingkan dengan surat Paulus yang sebelumnya.
  5. Hubungan Kolose dengan Efesus dapat ditinjau dari satu sisi. Para ahli yang menolak Paulus sebagai penulis surat Efesus berpendapat bahwa tidak mungkin satu orang menulis dua kitab yang memiliki kesamaan sekaligus. Hal ini disanggah dengan argumen bahwa tidak beralasan Paulus menulis Kolose dengan pikiran yang khusus, dan tak lama sesudah itu ia menulis surat Efesus dengan pengembangan yang lebih luas.
Pandangan yang menolak Paulus sebagai penulis surat Efesus memiliki argumen-argumen sebagai berikut:
  1. Gaya penulisan Paulus dalam surat itu sangat berbeda dengan surat-surat sebelumnya, diantaranya:
    1. Terdapat kata-kata yang tidak ditemukan dalam surat-surat yang lain.
    2. Kalimat-kalimatnya panjang
    3. Terdapat banyak penggunaan sinonim
  2. Kitab Efesus berisi doktrin yang tidak biasanya ditulis oleh Paulus, seperti fungsi kosmik gereja (3:10)
  3. Hubungan antara Efesus dan Kolose menunjukkan bahwa tidak mungkin kedua surat ini ditulis oleh orang yang sama, dimana surat Kolose dianggap yang asli dari Paulus, sedangkan Efesus adalah hasil tiruan dari Kolose.

Dalam Efesus 1:1 tertulis sebagai berikut: “Orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus,” dalam naskah-naskah yang terbaik dan tertua kata “Efesus” tidak ditemukan. Ada beberapa versi modern Perjanjian Baru menempatkan kata “Efesus” sebagai catatan kaki, hal tersebut menimbulkan persoalan mengenai alamat surat tersebut, masalah kata “di Efesus” kita juga tahu bahwa surat itu tidak menuliskan salam pribadi kepada jemaat di Efesus.

Dari hal tersebut diatas ada beberapa kemungkinan:
  1. Surat tersebut adalah surat umum kepada jemaat-jemaat yang berlatar belakang agama kafir (3:1)
  2. Surat itu adalah surat edaran umum yang dikirim ke beberapa jemaat di propinsi Asia di antaranya kepada jemaat di Efesus
  3. Surat itu adalah surat kiriman kepada jemaat Efesus dengan terjemahan LAI
Dari kebanyakan penafsir sepakat bahwa surat tersebut adalah surat edaran yang dialamatkan kepada jemaat yang berbeda-beda. Kata Efesus dicantumkan pada salinan surat yang dikirim ke kota, sedangkan salinan yang lain (Kol 4:16) memakai kata-kata “Laodikia.”

 

Waktu dan tempat penulisan

Efesus 3:1; 4:1 menyebutkan bahwa Paulus berada di dalam penjara, hal tersebut menunjuk pada Paulus yang ditahan di penjara Roma sekitar tahun 60-61M. Mereka yang menolak Paulus sebagai penulis surat Efesus menyatakan bahwa surat itu ditulis sekitar tahun 70-90, ketika surat-surat Paulus telah dikumpulkan.

Tujuan Penulisan
Surat ini ditujukan kepada jemaat di Efesus, akan tetapi tidak bersentuhan dengan masalah-masalah yang khusus, dimana tujuannya adalah untuk meninggikan nama Kristus serta pentingnya gereja Allah dimuka bumi ini. Seperti halnya surat-surat paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan yang praktis, agar iman dan kehidupan kekristenan dapat berjalan seimbang.

Isi dan Tema
Kitab ini berisi tentang sifat, cirri-ciri dan tujuan dari gereja berdiri, dimana tujuan Allah yang utama dalam mendirikan gereja terdapat dalam setengah bagian yang pertama dalam surat ini (Ef 1:4,5,9,11,13,20 ; 2:4,6,10 ; 3:11), dalam bagian ini rencana ilahi tentang penebusan dosa dibahas dengan sangat terinci. Pada bagian selebihnya tingkah laku orang-orang yang percaya ditekankan dalam kata “hidup” yang menggambarkan bentuk perilaku mereka (Ef 4:1,17 ; 5:1,8,15) sebagaimana sangat berlawanan dibandingkan dengan kelakuan mereka sebelumnya didalam dunia (Ef 2:1).
Penggerak kehidupan gereja adalah Roh Kudus yang merupakan meterai penerimaan (Ef 1:13), jalan masuk kepada Allah (2:18), sumber kebenaran yang diberitakan (Ef 3:5), rahasia kekuatan semua bangsa ( Ef3:16), pengikat kesatuan (4:3-4) penuntun pikiran dan ucapan (4:30), perangsang sukacita (5:18) dan perisai penahan pertikaian (6:17). Bila Roma merupakan contoh dari suatu bentuk pengajaran yang akan diberikan oleh Paulus , maka Efesus adalah contoh dari teknik “musyawarah Alkitab.”



Struktur Surat Efesus
  1. Sebuah pesan untuk orang-orang kudus yang setia kepada Kristus (Efesus 1:1-2)
  2. Warisan kita sebagai orang Kristen (Ef 1:3 – 2:22)
- Efesus 1:3-6              Dipilih untuk suatu maksud
- Efesus 1:7-14            Diselamatkan untuk suatu maksud
- Efesus 1:15-23          Diterangi untuk suatu maksud
- Efesus 2:1-10            Dihidupkan untuk suatu maksud
- Efesus 2:11-22          Didamaikan untuk suatu maksud
  1. Suatu misteri yang disingkapkan (Ef 3:1-21)
- Efesus 3:1-6              Orang-orang yang bukan yahudi juga diikutsertakan
- Efesus 3:7-12            Pelayanan Paulus yang strategis
- Egesus 3:13-21         Pengertian penuh sangat penting
  1. Sifat gereja (Ef 4:1-32)
- Efesus 4:1-6              Dipersatukan dalam Roh
- Efesus 4:7-12            Diberkati dengan karunia-karunia Roh
- Efesus 4:13-16          Diperlengkapi untuk bertumbuh
- Efesus 4:17-24          Ciri-ciri diperbaharui
- Efesus 4:25-32          Diubahkan penampilannya
  1. Cir-ciri, tingkah laku dan konflik Kristen (Efesus 5:1-6:24)
- Efesus 5:-21              Mengikut Kristus
- Efesus 5:22 – 6:9      Hidup dengan sesama
- Efesus 6:10-24          Menghadapi musuh.
Kontribusi
  1. Betapa besar hak kita untuk menjadi anggota keluarga Allah yang mendapat bagian didalamnya.
  2. Kitab ini mengajarkan kepada kita tentang sikap kita terhadap orang lain dan hubungan dengan dengan sesame
  3. Perlunya persiapan dengan perlengkapan senjata Allah dan doa

 

 

 

 

 

 

 

 

 










 

 



FILIPI


Penulisan Surat Filipi

            Surat Filipi ditulis oleh paulus ditujukan kepada jemaat di Filipi. Paulus mendirikan jemaat di Filipi ini pada misi yang ke 2. Paulus dalam perjalanannya disertai oleh Silas dan Timotius, mereka juga mendapat penglihatan di Troas untuk dating ke Makedonia dan merekapun berangkat kesana. Filipi merupakan kota pertama di Makedonia yang mendengar berita Injil (Kisah 16:6-12). Dulu kota Filipi bernama Krenides. Kota tersebut dikalahkan oleh Raja Filip II sekaligus ayah dari Alexander Agung dari Makedonia (359-336 BC), dalam Kisah 16:12 Filipi merupakan kota perantauan orang Roma. Dalam surat ini tidak terdapat permasalahan jemaat yang kompleks, dan Paulus menyebutkan bahwa jemaat ini memiliki keharmonisan yang sangat baik. Bahkan dalam doanya ia selalu mengucap syukur bila mengingat jemaat di Filipi (Filipi 1:3-4), selain itu banyak ungkapan-ungkapan mesra dari hati Paulus kepada jemaat di Filipi (Flp 1:7-8; 4-1).
            Surat Filipi adalah surat paling pribadi yang ditulis oleh Paulus diantara surat surat untuk jemaat. Dapat dikatakan sudah 10 tahun berlalu sejak Paulus, Silas dan Lukas pertama kali memasuki Filipi. Jemaat Filipi banyak memiliki anggota wanita, mungkin teman-teman Lidia yang telah berjuang bersamanya dalam Pekabaran Injil (Flp 4:3). Beberapa diantara mereka seperti Sintikhe dan Euodia tidak selalu sehati sepikir seperti yang tertuang dalam Flp 4:2). Kabar tentang musibah yang menimpa Paulus di Yerusalem yang berakhir dengan pemenjaraan dirinya di Roma telah menghidupkan kembali simpati mereka (Flp 4:10-14) dan segera mereka mengumpulkan dana bagi Paulus. Eprafoditus yang diutus jemaat untuk menyerahkan persembahan tersebut malah jatuh sakit dan kesembuhannya dikemudian hari merupakan jawaban doa Paulus dan segera sesudah itu paulus menirimkannya kembali ke Filipi bersama surat yang ditulisnya

Tempat dan Waktu Penulisan

            Waktu penulisan surat ini, ketika Paulus berada di penjara (Flp 1:7, 13-14). Dalam kitab Kisah rasul dicatat ada 3 tempat dimana Paulus pernah dipenjarakan, yaitu di Filipi, Kaisarea dan Roma. Ada beberapa pendapat dari para ahli yang menyetujui bahwa surat Filipi ditulis dipenjara Roma, alasannya adalah sebagai berikut:
  1. Kata “istana kaisar” (Kisah 4:22) menunjuk kepada Roma
  2. Kesempatan untuk menerima dan merawat Eprafoditus lebih tepat dilakukan di Roma (Kisah 28:30)
  3. Kemajuan injil yang terjadi pada saat Paulus dipenjarakan lebih menunjuk kepada Roma sebagai tempat penulisan surat ini (Kisah 28:31)
  4. Dalam Filipi 2:23 Paulus menunggu panggilan dalam waktu singkat serta mengharapkan keputusan yang jelas mengenai perkaranya.

Maksud dan tujuan penulisan

1.      Ucapan terima kasih kepada jemaat di Filipi atas pemberian bantuan kepada Paulus yang dikirimkan melalui Eprafoditus (Filipi 4:10-20)
  1. Paulus memberitahukan keadaannya di penjara
  2. Memberitahu kemajuan Injil akibat pemenjaraannya
  3. Memberi kabar tentang Eprafoditus
  4. Menasihatkan jemaat di Filipi untuk hidup berpadanan dengan Injil Kristus dan saling merendahkan diri dan juga adanya kesatuan
  5. Mengcover pengaruh Judaisme

 

Ciri Khas dari Surat Filipi

1.      Sifat surat Filipi sangat pribadi dan mencerminkan hubungan yang akrab antara Paulus dengan jemaat Filipi
  1. Surat Filipi banyak menyinggung tentang Kistus sebagai tujuan hidup orang percaya.
  2. Surat ini disebut sebagai surat sukacita
  3. Menyajikan standart hidup kekristenan yang kuat

 

Isi Ajaran

1.      Sukacita dalam segala hal (Flp 1:4, 18; 2:17-18; 4:4)
  1. Hidup bagi kristus (Flp 1:21)
  2. Sikap rendah hati seprti Kristus (Flp 1:1-11)
  3. Kebenaran sejati (Flp 3:1b-16)
  4. Teladan hidup Kristus (Flp 3:17; 4:11)

 

Masalah Kesatuan kitab Filipi

Ada beberapa pendapat tentang kesatuan surat Filipi
  1. Ada pendapat yang berkata bahwa pasal 3:1; 4:4 merupakan bagian surat yang lain dan bukan merupakan satu kesatuan
  2. Ada beberpa pendapat bahwa ada tiga surat yang terdapat pada surat Filipi
  3. Ada pula pendapat tentang gaya penulisan Paulus yang sering beralih kepokok yang lain secara mendadak.

Garis Besar Surat Filipi

  1. Sukacita dalam penderitaan (Flp 1:1-30)
  2. Sukacita dalam pelayanan (Flp 2:1-30)
                                                        xii.            Hidup bersama dalam keharmonisan (2:1-4)
                                                      xiii.            Teladan Kristus ( 2:5-11)
                                                      xiv.            Mempertahankan keselamatan ( 2:12-13)
                                                        xv.            Berhenti mengeluh (2:14-18)
                                                      xvi.            Menghormati pelayan Tuhan Timotius (2:19-24), Eprafoditus (2:25-30)
  1. Sukacita dalam Kristus (Flp 3:1-21)
                                                    xvii.            Yang dulu dibanggakan dianggap sampah (Flp 3:1-11)
                                                  xviii.            Pertandingan yang belum selesai (Flp 3:12-16)
                                                      xix.            Kewargaan yang harus dijunjung tinggi (Flp 3:17-21)
  1. Sukacita dalam kepuasan (Flp 4:1-20)
                                                        xx.            Sumber sukacita (Flp 4:1-4)
                                                      xxi.            Rahasia sukacita (Flp 4:5-9)
                                                    xxii.            Pemberian sukacita (Flp 4:10-20)
                                                  xxiii.            Salam perpisahan (Flp 4:21-23)
           


Topik utama dalam surat Filipi ini:
1.      Berita Injil, disebut sebanyak sembilan kali, (1:5 Yun; 1:7; 1:12; 1:16; 1:27; 2:22; 4:3; 4:15), untuk menunjukkan suatu bentuk iman. Tidak ada definisi tentang Injil dalam buku ini, tetapi hakikat Injil dirangkum dalam 2 ayat “taat sampai mati, bahkan mati dikayu salib” (2:8) dan  “ kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus” (3:9). Yang pertama adalah kabar baik bahwa Kristus telah mati untuk manusia, dan yang kedua adalah meyakinkan bahwa manusia dapat memiliki kebenaran dihadapan Tuhan. Inilah kedua aspek Injil.
2.      Sukacita. Kondisi atau keadaannya di Roma sebenarnya tidak mendukung dia, sebab setiap saat dia bisa dijatuhi hukuman mati bila hasil sidang memutuskan demikian, dan juga musuh-musuhnya berusaha merongrong hidupnya (org-org Yahudi). Akan tetapi itu semua tidak membuat Paulus menjadi menyesal akan tetapi malah membuat semangatnya berkobar dalam sukacita ilahi.
3.      Filipi 3 memberikan suatu pengertian yang mendalam tentang motif pendorong didalam diri Paulus. Pengabdian dan semangatnya yang luar biasa menempatkan dirinya pada jajaran pemimpin-pemimpin besar dunia yang telah mengabdikan seluruh hidupnya bagi sesuatu yang mereka yakini dengan sepenuh hati. Bagi dia, seluruh kehidupan berpusat pada Kristus. Untuk “mendapatkan”, “memahami,” “berada” didalam Kristus, Paulus telah mencurahkan seluruh perhatiannya. Surat ini meguraikan totalitas hidup dalam Kristus.(bd. Flp 1:21).

4.      Bgm memproleh KEBENARAN YANG SEJATI (Flp 3:1-15)
-          Tidak bergantung pada tradisi kepercayaan yang dimiliki turun temurun.(3:5)
-          Tidak bergantung pula semata-mata pada kegiatan/ tata cara ibadah yang dilihat manusia. (3:6)
-          Tidak didapat/diperoleh lantaran profesi atau jabatan dan gelar yang diberikan oleh manusia (organisasi) (3:5 akhir)
Melainkan,
-          Pengabdian kepada Kristus dengan hati yang tulus (Flp. 3:7-9)
-          Mengenal Dia dan memahami Dia bukan kata orang, tapi lewat pengalaman pribadi bersama Kristus (Flp. 3:10-11)
-          Mengarahkan hidup dan mencurahkan kita kepada Kristus (Christo-centris) (Flp.3:12-15).
                       













KOLOSE
Latar Belakang Kolose
            Kolose adalah sebuah kota di propinsi Romawi, diwilayah Asia, yang pada saat ini kita mengenal sebagai Turki. Letak Kolose +/- 15 km kearah Timur lembah Likus dari Laodikia. Kota Kolose menjadi kota yang penting karenat terletak di pangkal jalan bercabang Ke Sardis dan Pergamus. Dibawah pemerintahan Roma, peranan kota ini berkurang dan malah Laodikia menjadi kota yang lebih besar dan makmur. Penduduk asli orang Kolose adalah orang Frigia, selain itu kota Kolose berjarak +/- 160 km dengan kota Efesus.
Kemungkinan jemaat Kolose telah didirikan sebagai akibat 3 tahun pelayan Paulus di Efesus (Kisah 20:31). Pengaruh dari pelayanan paulus yang begitu luar biasa dan luas jangkauannyan sehingga semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang yahudi maupun orang Yunani” (Kisah 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah mengunjungi Kolose, namun ia telah memelihara hubungan dengan jemaat tersebut melalui Epafras, dimana Eprafas sendiri bertobat mungkin dari pelayanan Paulus di Efesus.
Latar Belakang Penulisan
            Alasan untuk menulis surat ini adalah :munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose (Kol 2:8). Ia mengerti hal ini karena laporan Eprafas yang dibawanya saat ia dipenjara dan Epafras mengunjunginya, yang kemudian paulus tanggapi dengan menulis surat kepada jemaat Kolose ini.
Penulis: Paulus ( Kolose 1:1; 4:18), tahun penulisan +/- 62 M
Tema: Keunggulan Kristus
Alamat: “untuk saudara-saudaraku yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose” (Kol 1:2)
Tujuan/ Maksud
1.    Untuk memberantas ajaran palsu yang ada membahayakan jemaat Kolose.
2.    Untuk menekankan sifat dan arti sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan tuntutannya pada orang percaya
Makna Teologis Kitab ini
Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus
1.    Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (1:15).
2.    Kepenuhan ke-Allahan dalam bentuk jasmaniah (2:9).
3.    Pencipta segala sesuatu (1:16-17).
4.    Kepala gereja (1:18).
5.    Sumber dari keselamatan kita (1:14; 20-22)
Implikasinya dewasa ini
1.    Hidup yang kita jalani sekarang ini didasarkan pada kecukupan dari Kristus saja.
2.    Realitas Kristus yang hidup didalam kita harus tampak dalam prilaku kekristenan.
Pembawa surat: Tikhikus (Kol 4:7)
Hubungannya dengan Efesus (Persamaan):
1.    Topik-topik yang dibahasnya dan banyaknya kata yang khas antara lain: hikmat, pengetahuan, kepenuhan Allah, rahasia Allah yang sekarang dinyatakan, dll.
2.    Efesus 5:22-27 dengan Kol 3:18-19.
3.    Manusia baru dalam Efesus dengan manusia baru dalam Kolose (topik).
4.    Efesus 6:21-22 dengan Kol 4:7-8
Perbedaan
1.    Surat Efesus bersifat mengajar, semantara Kolose bersifat memperbaiki (yang rusak).
2.    Surat Efesus bersifat menguraikan, sedang kolose bersifat mengoreksi dan membetulkan.
3.    Surat Efesus memberi tekanan pada gereja sebagai tubuh Kristus, sedang Kolose menekankan Kristus sebagai kepala tubuh (Kepala Gereja).
4.    Surat Efesus bersifat umum karena tidak menyinggung masalah-masalah konkrit dalam jemaat, sedangkan Kolose lebih bersifat polemik, yaitu penuh  dengan argumen-argumen dan diskusi untuk mempertahankan kebenaran dalam jemaat.
Catatan:
1.    Jemaat Kolose dibangun oleh Eprafas.
2.    Eprafas mungkin mengenal paulus dan ajarannya dan bertobat dari penginjilan Paulus di Efesus dari ruang kuliah Tiranus (Kisah 19:8-10).
3.    Eprafas berlatar belakang kafir dan berasal dari Kolose (Kol 4:2).
4.    Surat Kolose, Filipi, Filemon dan Efesus dimasukan dalam kategori surat penjara.



SURAT   I TESALONIKA
Penulis
Meskipun surat I Tesalonika (seperti halnya juga dengan II Tesalonika) menyebut 3 nama sebagai pengirim surat ini, yaitu Paulus, Silwanus dan Timotius, akan tetapi bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa pauluslah sebagai penulis surat ini yang sebenarnya. Pendapat ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
1.    Paulus menyebut dirinya dlm bentuk kata ganti orang pertama, yaitu “aku” ( I Tes 2:18).
2.    Paulus menyebut Timotius dgn kata ganti orang ketiga, yaitu “dia” (I Tes 3:2-6).
3.    Bapak-bapak gereja mula-mula setuju bahwa Pauluslah yang menuliskan surat ini.
4.    Didalam II Tesalonika ditambahkannya tanda tangan Paulus sendiri dengan maksud untuk mengantisipasi adanya surat-surat palsu yang mengatas namakan dirinya.
Tema surat: Tema surat I tesalonika dan II Tesalonika adalah sama, yaitu tentang “Kedatangan Kristus kembali.”
Latar Belakang:
Latar belakang jemaat Tesalonika adalah orang kafir yang didirikan rasul  Paulus pada PI ke II (kedua). Kunjungan Paulus yang pertama ke Tesalonika kemungkinan pada awal musim panas, dimana ia dan teman-temannya menumpang dirumah Yason. Kota Tesalonika adalah ibukota propinsi Makedonia (kota pelabuhan) yang maju dan berkembang pesat, merupakan kota kedua di wilayah Makedonia yang dikunjungi oleh Paulus. Paulus dan teman-temannya tinggal selama 3 hari Sabat dan mengajar orang Yahudi di Sinagoge, dan dimana kemudian timbul keributan karena ajarannya yang membuat orang Yahudi marah, dan menimbulkan huru hara (KPR 17:1-9); maka Paulus segera meninggalkan Tesalonika dan pergi ke Berea. Dari Berea Paulus melanjutkan perjalanannya ke Atena dan kemudian ke Korintus, akan tetapi Paulus meninggalkan Silas dan Timotius di Berea dengan suatu maksud agar keduanya memperhatikan jemaat jemaat yang ada di wilayah itu (termasuk Tesalonika). Meskipun demikian khotbah Paulus dianggap berhasil karena beberapa orang Yahudi dan sejumlah orang Yunani serta orang-orang kafir lainnya bertobat dan beribadah kepada Allah (KPR 17:1-9 bdg I Tes 1:9, 2:14; 4:3). Kebanyakan dari mereka adalah masyarakat golongan bawah (tukang-tukang dan saudagar kecil).
Ketika Paulus berada di Korintus, datanglah Timotius membawa laporan tentang keadaan jemaat Tesalonika, yaitu tentang perkembangan rohani yang positif, dan juga tentang persoalan yang terjadi di jemaat tersebut. Masalah atau persoalan yang serius adalah mengenai kesalh pahaman jemaat terhadap ajaran Paraousia, yaitu tentang kedatangan Yesus kembali. Diantaranya mereka mempersoalkan tentang bagaimana nasib dari orang-orang (anggota jemaat) yang telah meninggal dunia terlebih dahulu sebelum Paraousia tersebut tiba; Adanya kecenderungan untuk memandang rendah segala kewibawaan hokum (I Tesalonika 5:12-14); Adanya keinginan untuk kembali hidup pada kehidupan amoral (I Tes 4:3-8), dll. Laporan yang dibawa Timotius inilah yang mendorong Paulus untuk menuliskan suratnya kepada jemaat di Tesalonika. Pengiriman surat ini dilakukan dengan perantaraan Timotius.
Waktu dan Tempat Penulisan
Surat ini ditulis oleh Paulus di Korintus sekitar tahun 51-52 pada perjalanan misi II (KPR 17:5, 18:5). Mengenai waktu penulisannya ini baik teori Galatia Utara maupun teori Galatia Selatan sama-sama menyetujuinya. Yang berbeda diantara mereka adalah bahwa menurut teori Galatia Utara, surat-surat Tesalonikalah yang merupakan surat Paulus yang pertama, sedangkan menurut teori Galatia Selatan berpendirian bahwa surat Galatia-lah yang merupakan surat pertama dibandingkan dengan surat Paulus yang lainnya.
Maksud dan Tujuan Penulisan
1.    Untuk menunjukkan rasa sukacita serta ucapan syukur Paulus atas berita yang dibawa oleh Timotius dan Silas tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka ditengah-tengah masa aniaya.
2.    Untuk mengajar lebih jauh kepada jemaat Tesalonika tentang kekudusan dan hidup benar.
3.    Untuk menjelaskan (meluruskan) kesalah pahaman jemaat tentang kepercayaan, khususnya mengenai keberadaan orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Ciri khas I Tesalonika
1.    Surat yang membahas kebangkitan orang mati dan hari Tuhan (psl 4:13-18; 5:1-11).
2.    Kelima pasalnya berisi petunjuk mengenai kedatangan Kristus kembali dan artinya bagi orang-orang percaya (psl 1:10; 2:19; 3:13; 4:13-18; 5:1-11,23).
3.    Memberikan wawasan yang unik tentang: kehidupan gereja pada tahun 50-an, yang belum dewasa akan tetapi penuh dengan semangat.








SURAT II TESALONIKA
Penulis
Berbeda dengan surat I Tesalonika dimana kepenulisan Paulus tidak diperdebatkan, maka surat II Tesalonika sempat menjadi bahan perdebatan oleh para ahli. Ada beberapa ahli menolak Paulus sebagai penulis surat II Tesalonika denga argumentasi sebagai berikut:
1.    Tentang pengajaran eskatologi dalam I Tesalonika berbeda dangan II Tesalonika. Dalam I Tesalonika diajarkan bahwa Yesus segera datang kembali, sedangkan dalam II Tesalonika kedatangan Kristus masih harus didahului dengan tanda-tanda tertentu..
2.    Penyebutan “manusia durhaka” dalam II Tesalonika sama sekali tidak disinggung dalam I Tesalonika.
Namun demikian alasan-alasan tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak Paulus sebagai penulis surat II Tesalonika ini. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Terdapat perbedaan penekanan pada kedua buah Surat tersebut, mengingat permasalahan yang melatar belakangi penulisan Surat ini berbeda.
2.    I dan II Tesalonika justru saling melengkapi. Surat II Tesalonika menambahkan beberapa pokok penting yang tidak tersentuh dalam surat I Tesalonika, khususnya mengenai pola hidup yang salah dari sebagian anggota jemaat dalam memahami paraousia.
Waktu dan Tempat Penulisan:
Surat II Tesalonika ini ditulis pada akhir pelayanan Paulus di Korintus dan diperkirakan pada permulaan tahun 52 M, segera setelah Surat I Tesalonika ditulis dan mendapat respon yang kurang tepat atas jemaat Tesalonika (salah penafsiran dari jemaat atas I Tesalonika).
Tema: Kedatangan Tuhan yang kedua
Latar belakang:
Penulisan II Tesalonika tidak lama tenggang waktunya dengan surat yang pertama. Surat II Tesalonika ditulis karena surat dari Paulus yang pertama disalah artikan atau disalah tafsirkan berkaitan dengan hari Tuhan sehingga orang-orang di Tesalonika menjadi malas dan tidak mau bekerja atau melakukan kegiatannya dengan beralasan bahwa hari sudah dekat. Ada juga orang-orang tertentu yang meresahkan jemaat dengan mengajarkan bahwa hari Tuhan telah tiba/sudah terjadi. Selain itu juga munculnya aliran gnostik di tengah-tengah jemaat (suatu ajaran yang mempengaruhi iman mereka yang mengajarkan bahwa Kristus hanyalah bayangan semata dan tidak real, (Khususnya berkaitan dengan ajaran Paulus tentang kebangkitan orang mati)).
Laporan inilah yang mendorong Paulus untuk segera menuliskan suratnya yang kedua kepada jemaat Teswalonika dengan asumsi dapat meredam gejolak yang ada ditengah-tengah jemaat dan sekaligus memberikan pengertian yang benar tentang apa yang telah dikatakannya pada suratnya yang pertama.
Paulus mengatakan bahwa ada 3 peristiwa penting yang akan memberi tanda akan datangnya Hari Tuhan, yaitu:
1.    Peningkatan yang tiba-tiba dari jumlah orang yang murtad terhadap jalan Tuhan ( II Tesalonika 2:3).
2.    Terlepasnya kekuatan yang menahan (II Tesalonika 2:6-7).
3.    Pernyataan terbuka, dimana si pendurhaka akan didukung oleh iblis yang akan memuliakan dan meninggikan dirinya melebihi segala sesuatu yang disebut sebagai allah (II Tesalonika 2:4, 9).
Maksud dan Tujuan Penulisan:
1.    Untuk menghibur orang-orang percaya yang teraniaya
2.    Menasehatkan kepada mereka untuk hidup disiplin dan bekerja untuk mencari nafkah sendiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain.
3.    Meluruskan beberapa pemahaman yang keliru tentang akhir jaman, khususnya yang berkaitan dengan “hari Tuhan.”
Pengirim Surat II Tesalonika
Sama seperti dengan surat I Tesalonika, maka surat inipun dikirim oleh Paulus melalui perantaraan Timotius. Diperkirakan Timotius kembali kepada Paulus untuk menyampaikan laporan terbaru mengenai keadaan jemaat Tesalonika, sehingga kemudian Paulus menuliskan surat keduanya ini.
Ciri Khas
1.    Berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai pelanggaran hukum yang tanpa terkendali dan penipuan pada akhir jaman (psl 2:3-12).
2.    Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan Kristus yang digambarkan dengan istilah apokaliptik, mirip dengan kitab Wahyu (psl 1:6-10; 2:8).
3.    Menggunakan istilah-istilah eskatologis untuk Antikristus yang tidak digunakan dalam kitab-kitab yang lain dalam Alkitab ( II Tes 2:3, 8).





SURAT-SURAT PASTORAL
Latar Belakang Surat –surat Pastoral
Menurut sumber tradisi gereja, Paulus sempat dibebaskan setelah menjalani tahanan rumah di Roma selama dua tahun. (KPR 28:1-30 bdg II Tim 4:16-17). Setelah dibebaskan ia kembali menjalankan perjalanan misinya dimana kemudian ia ditangkap kembali dan dihukum mati dikota Roma. Meskipun kebenaran dari kisah ini diragukan oleh beberapa ahli karena tidak terdapat rujukan dalam Kisah Para Rasul, namun gereja mula-mula mendukung pendapat ini. Klemen dari Roma (thn 96 M) dan Kanon Muratori (170 M) menyatakan dalam suratnya bahwa Paulus Sempat melayani sampai keujung bumi (Spanyol) sebelum ia mati syahid dibawah kekaisaran Romawi.
Pada periode inilah Paulus menuliskan Surat-surat Pastoralnya yang ditujukan kepada Timotius dan Titus yang adalah anak-anak rohaninya. Kronologi perjalanan misi Paulus pada periode ini termasuk kronologi penulisan ketiga Surat Penggembalaan dapat disusun sebagai berikut:
1.    Paulus berangkat dari Roma bersama-sama dengan Timotius ke Asia kecil yaitu Efesus (I Timotius 1:3), dimana Paulus meninggalkan Timotius disini dan Paulus kemudian melanjutkan perjalanannya ke Makedonia.
2.    Dari Makedonia Paulus menulis suratnya yang pertama kepada Timotius yang padawaktu itu sedang berada di Efesus.
3.    Paulus kembali ke Efesus bersama-sama dengan Titus (I Timotius 3:4).
4.    Dari Efesus, Paulus pergi ke Troas ( II Timotius 4:13), dimana ia menumpang dirumah Karpus dan meninggalkan jubah dan kitab-kitabnya (perkamen) disana.
5.    Paulus kembali lagi ke Efesus (I Timotius 4:3).
6.    Paulus kemudian pergi ke Miletus (II Timotius 4:20) dan meninggalkan Trofimus disana dalam keadaan sakit.
7.    Setelah itu Paulus pergi ke Kreta (Titus 1:5), dan meninggalkan Titus di Kreta serta kemudian melanjutkan perjalanannya ke Korintus (II Timotius 4:20).
8.    Dari Korintus Paulus berangkat ke Neapolis (Titus 3:12), dan dari kota inilah Paulus menuliskan suratnya kepada Titus yang berada di Kreta.
9.    Kemungkinan setelah itu Paulus pergi ke Spanyol sesuai dengan keinginannya (bdg Roma 15:24, 28), dimana hal ini diperkuat dengan tulisan Klement.
10.              Paulus kemudian kembali ke Roma dan akhirnya ditangkap serta dihukum mati dibawah kekuasaan Kaisar Romawi padawaktu itu. Sebelum menjalani hukuman mati inilah Paulus sempat menuliskan suratnya yang kedua kepada Timotius.
Surat I, II Timotius, dan Titus merupakan surat-surat yang dimasukkan kedalam kelompok “surat penggembalaan”. Penyebutan ini diusulkan pertama kali oleh Paul Anton pada tahun 1726 diakui di Jerman dan pada akhirnya mulai digunakan secara umum. Surat-surat ini bersifat nasihat kepada kawan sepelayanan yang masih muda, sehingga surat-surat ini bersifat surat pribadi Paulus kepada Timotius dan Titus, dan bukan merupakan surat umum kepada suatu jemaat dikota.
Keauntentikan Surat-surat Penggembalaan
Keauntentikan surat-surat Penggembalaan ini sebagai surat Paulus, disangsikan dalam eksegese sejak permulaan abad ke-19. Dikalangan Roma katolik menerima keontentikan surat ini didasarkan pada komisi kepausan untuk Kitab Suci pada 12 Juni 1913 dengan persetujuan Pius X, dimana surat-surat ini benar ditulis oleh Rasul Paulus.
Ada 3 macam pendapat yang berbeda mengenai keaslian Surat-surat Pastoral ini:
1.    Mereka yang menyangsikan bahwa Paulus pernah menulis Surat-surat Pastoral ini.
2.    Mereka yang berpendapat bahwa ada unsur-unsur dari tangan Paulus didalamnya, tetapi tidak ditulis oleh Paulus seluruhnya.
3.    Mereka yang berpendapat bahwa Surat-surat Pastoral merupakan tulisan Paulus sendiri.
Argumentasi mereka yang menyerang keaslian Surat-surat Penggembalaan karena beberapa alasan sebagai berikut:
1.    Historical Arguments.
Tidak ada catatan dalam Kisah Para rasul yang memberikan “referensi kronologis” kepada surat-surat Pastoral.
Sanggahan: Bagaimana mungkin menjadikan Kisah Para Rasul sebagai standart untuk menentukan “keautentikan – keaslian” sebuah kitab.
Sanggahan: yang lain dikemukakan, Kisah Para rasul diakhiri saat Paulus ada di penjara Roma (AD 61-62). Tentu saja jika Paulus dieksekusi di penjara Roma, maka Lukas pasti akan menceritakannya. Dengan kata lain ada anggapan bahwa th 62 AD Paulus dilepaskan dalam penjara/ dibebaskan dari penjara dan bebas melayani pekerjaan Tuhan. Menurut pandangan ini, Paulus banyak mengerjakan pekerjaan Misi sampai ia ditangkap kembali th 64 AD dan dieksekusi di Roma. Pada masa antara pembebasan dan penangkapannya kembali serta aksekusi yang dilakukan pemerintahan Roma itulah maka Paulus sempat menuliskan suratnya kepada Timotius dan Titus (dipenjara Roma).
2.    Stylistic Arguments
Berkaitan dengan “kosa kata-vocabulary” yang ada dalam surat-surat Pastoral yang tidak diketemukan dalam surat-surat Paulus lainnya malah ditemukan dalam surat-surat diluar surat Paulus (surat-surat lainnya).
Sanggahan: Menghitung “vocabulary-kosa kata” jelas tidak mendukung sama sekali untuk meragukan kepenulisan Paulus atas surat-surat Pastoral ini, sebab jelas kepada siapa surat ini ditujukan berbeda persoalan, pengalaman, faktos usia, tujuan, sasaran, dll. Yang mana kesemuanya itu pasti akan mempengaruhi “vocabulary” penulis dalam menuliskan suratnya.
3.    Ecclesiastical Arguments
Struktur keadaan gereja yang berbeda yang tidak diketemukan dalam abad pertengahan pertama (jaman kerasulan) namun justru diketemukan dalam abad kedua. Misal Gnosticism, organisasi gereja dll.
Sanggahan: Tidak ada perbedaan sebetulnya, baik dalam masa Para Rasul (dalam KPR) maupun dalam surat-surat Pastoral (Titus 1:5-7 bdg Kisah 20:17, 28). Organisasi gereja seperti “elder – bishop and deacon” telah ada pada masa Paulus dan para Rasul bekerja (Filipi 1:1). Juga pelayanan kepada janda-janda miskin (KPR 6:1-6) bandingkan dengan daftar janda yang juga disebutkan dalam I Timotius.
4.    Theological Arguments
Dibagi menjadi 2 bagian:
a.    Serangan bidat (ajaran sesat) dalam surat-surat Pastoral adalah berkaitan dengan Gnosticism yang ada pada abad 2
b.    Pandangan teologi penulis yang mengatas namakan Paulus adalah dalam beberapa hal tidak seperti seorang rasul besar dan malah terkesan seperti salah seorang pengikut / murid paulus yang hidup sampai pada abad 2.
 Sanggahan:
a.    Tentang Gnosticism sebetulnya sudah ada pada masa Paulus, dimana ia sering sekali menegur / memperingatkan seperti kepada jemaat Kolose melalui surat-suratnya. Guru-guru palsu yang mempengaruhi orang-orang Yahudi dijelaskan dalam I Tim 1:7; Titus 1:10, 14; 3:9.
b.    Tentang teologinya sudahlah jelas kepada siapa surat ini ditujukan, sehingga pastilah sangat berbeda, sebab ditujukan kepada pribadi yang memimpin sebuah jemaat sekaligus pribadi-pribadi tersebut adalah anak didik Paulus sendiri.






I    TIMOTIUS
Latar Belakang
Timotius adalah seorang pemuda keturunan Yunani-Yahudi yang lahir di Listra dan menjadi pengikut Paulus sejak perjalanan Misi paulus yang kedua (KPR 16:1-3), ada kemungkinan bahwa Timotius memiliki hubungan pribadi yang sangat dekat dengan Paulus. Hal ini nampak pada sapaan Paulus dalam suratnya yang menyebut Timotius sebagai “anakku yang sah… “ (I Timotius 1:1; II Timotius 1:1). Timotius juga menyertai paulus ketika paulus berada dalam tahanan di Roma (Fil 1:1; Kol 1:1; Flm 1)
Dalam perjalanan ke Asia Kecil, setelah pembebasannya dari tahanan rumah di Roma, paulus meninggalkan Timotius di Efesus untuk melayani jemaat di Efesus ini (I Timotius 1:3). Hal ini disebabkan karena ada beberapa penyimpangan yang terjadi didalam jemaat Efesus, dan Timotius ditugaskan untuk menasehati jemaat tersebut (I Timotius 1:3-4)
Surat I Timotius ini ditulis dengan maksud untuk menasehati dan membekali Timotius yang masih sangat muda untuk menangani masalah-masalah yang terjadi didalam jemaat tersebut ( I Tim 4:12). Diperkirakan Timotius berumur 15 tahun pada saat ia bertobat, sehingga berarti umurnya belum mencapai 35 tahun padaaaaaaa waktu ia ditugaskan untuk melayani jemaat di Efesus.
Alamat Surat I Timotius
Surat ini dialamatkan Paulus kepada Timotius yang saat itu berada dikota Efesus untuk menggembalakan jemaat dikota tersebut (I Tim 1:3) dan pada waktu itu Timotius berusia masih sangat muda sekali (I Tim 4: 12 ).
Waktu dan Tempat Penulisan
Kemungkinan besar kedua surat ini ditulis setelah Paulus dibebaskan dari penjara dikota Roma. Mengenai hal ini kita tidak memperoleh keterangan yang jelas, karena Kisah Para Rasul tidak mencatat kejadian-kejadian setelah Paulus dipenjara di Roma, apakah ia dibebaskan dan kemudian melanjutkan pelayanannya atau langsung dihukum mati. Jadi surat ini kemungkinan ditulis di daerah Makedonia pada tahun +/- 62 M (I Tim), sedangkan untuk surat II Timotius ditulis oleh Paulus kemungkinan di kota Roma (pada waktu ia dipenjarakan untuk kedua kalinya dikota ini ) pada tahun +/- 63 M.
Tema I Timotius : Doktrin yang benar dan kesalehan
Ringkasan isi surat
1.    Pasal 1: Paulus memberikan nasehat kepada Timotius untuk menghadapi ajaran-ajaran sesat tidak dengan akal budinya saja melainkan hanya dengan memberitakan Injil Kristus ( 1:3-20).
2.    Pasal 2-3: Memberikan nasehat prkatis tentang ibadah jemaat dan syarat-syarat pelayan Tuhan.
3.    Pasal 4-6: Lebih banyak berisikan nasehat-nasehat praktis tentang kehidupan seorang gembala jemaat.
Hal atau pokok-pokok lainnya yang menonjol dalam I Timotius ini adalah:
1.    Ajaran tentang soteorologi, yang menegaskan bahwa hidup kekal adalah akibat percaya kepada Kristus (1:16).
2.    Kristologi surat ini menjelaskan tentang status Kristus (2:5-6).
3.    Menunjukkan tentang jenis ajaran sesat yang membahayakan jemaat, yang disebabkan oleh orang-orang yahudi (1:7) dan oleh kelompok Gnostik (1:4).
Ciri khas:
1.    Surat ini bersifat sangat pribadi dengan emosi dan perasaan yang mendalam.
2.    Bersama dengan surat II Timotius surat ini menjelaskan tanggung jawab seorang gembala sidang untuk menjaga kemurnian Injil terhadap ajaran sesat.
3.    Surat ini memberikan pedoman yang jelas bagaimana seorang gembala berhubungan dengan anggota-anggota jemaatnya
Maksud dan tujuan penulisan
1.    Menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan pribadinya dan pelayanannya.
2.    Mendorong Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil dari serangan-serangan ajaran sesat.
3.    Memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan persoalan gereja di Efesus.










II TIMOTIUS
Latar Belakang
Surat ini ditulis pada hari-hari terakhir klehidupan paulus sebagai penulis surat ini. Paulus telah ditangkap kembali dan sudah dapat diperkirakan bahwa hukuman mati telah menantinya dan tidak dapat dihindarkan lagi. Karena itu ia menulis suratnya yang terakhir ini kepada Timotius sebagai anak didiknya yang dikasihi.
Tujuan utama dari suratnya yang kedua ini adalah menyampaikan harapannya agar Timotius segera dating menemani dirinya yang sedang menderita dalam pemenjaraannya yang kedua ini (psl 4:11), disamping juga berisi tentang nasehat-nasehat yang penting bagi pelayanan Timotius. Yang mengantarkan surat yang kedua ini adalah Tikhikus (II Timotius 4:12) Tema: Bertekun dengan ketabahan
Ringkasan Surat II Timotius, Surat ini berisi nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat bagi pelayanan Timotius, dan berguna pula bagi pelayanan setiap hamba Tuhan.
1.    Nasehat agar Timotius mengobarkan karunia yang ada padanya (psl 1:6). Rupanya Timotius mulai dihinggapi keputusasaan dalam menghadapi permasalahan yang komplek dalam jemaat. Karena itu Paulus menggugah kembali semangat Timotius melalui surat yang kedua ini.
2.    Timotius dinasehati tentang pentingnya melakukan kaderisasi dalam pelayanan (psl 2:2). Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pelayanan Timotius dan bagi kepentingan jemaat secara umum.
3.    Paulus juga memberikan nasehat kepada Timotius dalam menghadapi pengajar-pengajar sesat (psl 2:14-26)
Ciri khas Surat II Timotius:
1.    Surat ini merupakan surat terakhir Paulus sebelum ia dihukum mati oleh kaisar Nero.
2.    Sepanjang surat ini, banyak muncul nasihat-nasihat pendek namun tepat.
3.    Tema yang berulang-ulang kali muncul dalam surat ini adalah untuk tetap bertekun dan berpegang pada iman yang murni.
4.    Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu contoh yang mengharukan ketika menghadapi mati syahid yang sudah pasti (4:6-8)
Tujuan Penulisan
Menasihati Timotius agar tetap setia dalam memelihara Injil dan memberitakan Firman Tuhan meskipun bahaya akan penganiayaan, kesukaran dan adanya guru-guru palsu yang akan muncul.

TITUS
Latar Belakang
Titus adalah seorang Yunani (Gal 2:3) yang telah menjadi pengikut Kristus (Titus 1:4) dan melayani bersama Paulus dan menjadi muridnya. Hubungan Paulus dengan Titus sangatlah dekat, hal ini nampak pada sapaan yang khusus dalam suratnya kepada Titus. Ada kemungkinan Titus bertobat di Antiokhia dan kemudian dengan segera membantu pelayanan Paulus dalam berbagai misi perjalanannya. Paulus mengutus Titus untuk memprakarsai pemberian persembahan kepada jemaat Yerusalem oleh jemaat Korintus seperti dalam I Kor ; II Kor 8: 6, 10. Titus adalah seorang pribadi yang giat dalam melakukan pekerjaan Tuhan, tekun dan suka membantu (II Kor 2:13; 7:6, 13-14).
Pada saat Paulus dipenjarakan di Roma, Titus selalu mendampingi Paulus, setelahPaulus dibebaskan Tituspun masih tetap menyertai Paulus  dalam perjalanan misinya yang terakhir. Setibanya Paulus dan Titus di pulau Kreta, Paulus meninggalkan Titus dipulau tersebut dengan tujuan agar Titus mengatur jemaat disana (psl 1:5). Rupa-rupanya jemaat di Kreta baru dihidupkan kembali setelah terbengkelai dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu Titus ditugaskan untuk mengatur jemaat tersebut dan surat ini ditulis dengan maksud untuk melengkapi Titus dalam menjalankan tugasnya tersebut.
Keadaan di Kreta
1.    Kreta adalah pulau terbesar di Mediterania (panjangnya 156 mil dal lebarnya 30 mil).
2.    Penduduk Kreta mendapat reputasi yang buruk seperti yang disaksikan oleh Paulus (1:12-13).
3.    Tidak ada data yang menunjukkan bagaimana kekristenan pertama kali dibawa kepulau itu.
4.    Secara pengorganisasian, gereja di Kreta masih tidak tertib sehingga Paulus memutuskan untuk mengutus Titus pada jemaat tersebut (Titus 1:5).
5.    Jemaat disini penuh dengan pengaruh guru-guru palsu yang sebagian besar adalah bujukan orang Yahudi.
Waktu penulisan, ada dua pandangan:
1.       Paulus melayani di Asia Kecil sebelum ke Spanyol, dengan demikan tahun penulisannya adalah tahun 60-62 (Teori Galatia Selatan)
2.       Paulus ke Spanyol terlebih dahulu, maka tahun penulisannya adalah tahun 65-66 (teori Galatia Utara)


Ringkasan isi berita
Surat Titus memiliki persamaa dengan surat I Timotius, yaitu berupa nasehat kepada Hamba Tuhan yang masih muda dalam rangka melaksanakan tugas pelayanan mereka. Namun keduanya berbeda dalam penekanannya; dalam I Timotius lebih bersifat pesan, sedangkan Titus lebih bersifat peringatan; Timotius dinasehati untuk melindungi Injil dari ajaran sesat, sedangkan Titus dinasehati untuk mempraktekkan Injil tersebut.
Hal-hal pokok lainnya yang menjadi isi surat Titus adalah:
1.    Penjelasan tentang syarat-syarat bagi penatua dan penilik jemaat (psl 1:5-16), yang memberikan penekanan tentang kualitas hidup rohaninya.
2.    Pasal 2:1-10, berisi nasehat untuk seluruh anggota jemaat dengan berbagai latar belakangnya.
3.    Pasal 2:11-15, berisikan ajaran soteorologi yang penting, karena mengajarkan tentang kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia dan mengajarkan bagaimana sikap jaemaat dalam meresponinya.
4.    Pasal 3, menekankan tentang kewajiban orang percaya untuk berbuat baik
Tema, tema Surat Titus adalah: “Jemaat yang disucikan,” penekanan lain terdapat dalam pasal 3:8, yaitu “berusahalah melakukan pekerjaan baik.”














FILEMON
Pendahuluan
Surat ini sebenarnya termasuk pada surat penggembalaan, karena bersifat pribadi dan berisi tentang nasihat-nasihat pastoral. Itulah sebabnya dalam peletakkan pada proses pengkanonan, kitab ini diletakkan nsetelah surat-surat Penggembalaan. Oleh sebab di tulis di dalam penjara, maka surat ini dikategorikan sebagai surat-surat penjara. Surat ini ditulis oleh paulus dan dialamatkan kepada Filemon dan jemaat di rumahnya (Flm 1-2)
Siapakah Filemon itu?, Filemon adalah seorang Kolose yang merupakan buah Pelayanan Paulus (Flm 19). Ada kemungkinan Filemon ini dimenangkan takala Paulus berada di Efesus selama 2-3 tahun dan mengajar diruang kuliah Tiranus. Saat itu Efesus menjadi pusat PI Paulus diseluruh daerah/wilyah itu. Di kota Kolose Filemon memiliki kedudukan yang tinggi dimana di rumahnya dipakai sebagai pertemuan ibadah (Flm 2, 22). Paulus memanggilnya sebagai kawan sekerja Allah (Flm 1).
Latar belakang surat Filemon
Filemon juga memiliki banyak budak (Flm 15-16) termasuk didalamnya adalah Onesimus (Flm 18) yang telah melarikan diri daripadanya. Dikota Roma Onesismus bertemu dengan Paulus yang kemudian melayani dia. Akhirnya Onesismus bertobat dan melayani Paulus dalam penjara (Flm 10-13). Budak-budak yang ketahuan melarikan diri, apabila tertangkap kembali dikemudian hari, maka ia bisa saja di jatuhi hukuman mati. Namun demikian Paulus meminta Onesimus untuk kembali kepada tuannya. Karena secara hukum paulus mengakui bahwa Onesimus adalah milik Filemon. Untuk itu ia memberikan sepucuk surat untuk Filemon yang dibawa oleh Onesimus sendiri dengan permohonan agar Filemon mau menerima Onesimus kembali sebagai saudara dalam Kristus.
Inti Berita Surat Filemon
1.    Filemon adalah orang Kristen dan menjadi teman sekerja Paulus (:1). Dengan demikian Filemon seharusnya memiliki sikap yang baru terhadap budak-budaknya, termasuk kepada Onesimus yang telah melarikan diri darinya.
2.    Paulus memuji Onesimus karena perubahan hidupnya. Akan tetapi Paulus meminta supaya Onesimus kembali kepada Filemon tuannya untuk membereskan permasalahan yang telah dilakukannya.
3.    Paulus memiliki keyakinan atas pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang percaya, termasuk pada diri Filemon, sehingga memampukan nya untuk menerima Onesimus kembali. Sedangkan bagi Onesismus Roh Kudus bekerja sehingga Onesimus tidak lagi melarikan diri dari tuannya. (etika kristen yang baik)
Struktur Surat Filemon
1.    Doa bagi pelayanan Filemon serta pengucapan syukur (: 4-7).
2.    Permintaan supaya Onesimus dimterima kembali (:8-21).
3.    Kemungkinan kunjungan Paulus (:22).
4.    Penutup (:23-25)
Aplikasi
1.    Jika terjadi persoalan antar sesama, pakailah argumen rohani untuk pemecahannya. Percaya pada pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang lain, dan perlunya pemahaman bahwa didalam Dia tidak ada lagi perbedaan.
2.    Surat ini menjelaskan etika kristen yang baik, bagaimana sikap seseorang dalam menyelesaikan persoalan hidup. Onesimus yang melakukan tindakan salah, datang kepada tuannya dan Filemon sang tuan menerima kembali budaknya sebagai saudara dalam Kristus.
3.    Berita Kristus menjadi bagian untuk semua orang, apakah ia tuan atau hamba, budak atau orang kaya, yang memiliki kedudukan yang tinggi maupun rendah. Injil harus diberitakan kepada semua orang.

















IBRANI
PENDAHULUAN
Pembahasan tentang Surat Ibrani cukup rumit, hal ini disebabkan adanya beberapa persoalan yang timbul didalam kitab itu sendiri, khususnya berkenaan dengan siapakah penulis dari Surat Ibrani tersebut? dan kepada siapa surat ini ditujukan?.Sejak permulaan pertumbuhan gereja, hal ini telah menjadi perdebatan Bapak-bapak gereja dan nampaknya tidak ada satupun pemecahan permasalahan. Kesulitan ini terjadi disebabkan karena perkamen aslinya sudah tidak ada lagi dan sangat sedikit informasi yang didapatkan, baik dari bukti internal maupun bukti eksternalnya.
Sekitar tahun 200M, tulisan surat Ibrani ini mulai diberi judul “kepada orang-orang Ibrani.” Kemudian baru pada abad kelima, surat ini dapat diterima secara umum oleh gereja sebagai salah satu bagian dari Kitab Suci sengan menyebutkan Paulus sebagai penulis dari kitab tersebut. Meskipun demikian hal ini bukan berarti permasalahan tersebut selesai sampai disini, melainkan perdebatan sekitar kepenulisan surat ini masih terus berlangsung.
LATAR BELAKANG
Agaknya penulisan surat Ibrani ini dilator belakangi oleh perpecahan yang terjadi antara Kekristenan dengan Judaisme. Perpecahan tersebut menempatkan orang-orang Kristen Yahudi pada posisi yang sangat sulit. Mereka diperhadapkan kepada sikap keraguan, apakah terus bertekun sebagai orang Kristen atau kembali dalam kelompok Judaisme. Hal ini disebabkan bila mereka berpaling dari Hukum Taurat, maka mereka akan dianggap sebagai pengkhianat oleh kelompok Judaisme (Yahudi lainnya). Sebaliknya bila mereka kembali pada Hukum Taurat, berarti mereka meninggalkan Kristus dan kehilangan kasih karunia Allah yang telah dijanjikanNya itu. Dasar inilah yang menjadikan penulisan surat Ibrani, yaitu untuk memberikan jawaban atau nasehat mengenai dilemma yang sedang mereka alami pada saat itu.
PENULIS
Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan, baik dalam judul kitab pada awal penulisan maupun sepanjang isi surat tersebut, sekalipun penulis merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibrani 13:18-24). Selanjutnya dalam tradisi gereja mula-mula (abad ke 2 sampai abad ke 4) muncul berbagai pendapat mengenai kemungkinan siapa penulis dari kitab ini.
Terdapat beberapa petunjuk mengenai penulis surat Ibrani ini, antara lain:
1.    Penulis adalah seorang yang terpelajar dan memiliki pengetahuan bahasa Yunani yang tinggi. Seorang penafsir mengatakan bahwa bahasa Yunani dalam surat Ibrani adalah bahasa Yunani yang paling indah dalam kitab PB.
2.    Ia bukan seorang rasul melainkan seorang yang termasuk generasi kedua dari orang-orang percaya (Ibrani 2:3).
3.    Ia memiliki pengaetahuan yang mendalam tentang PL.
4.    Ia adalah seorang Yahudi yang mengenal tokoh-tokoh Kristen mula-mula dengan baik ( Ibrani 13:23)
Meskipun demikian, petunjuk-petunjuk tersebut tidak dengan serta merta dapat menyelesaikan permasalahan siapakah penulis dari kitab Ibrani ini. Perbedaan pendapat para Bapak gereja (bukti eksternal) menimbulkan beberapa asumsi, yaitu:
1.    Alexandria dan gereja ortodoks Timur
Pada abad kedua Pantaenus pemimpin Sekolah Teologia Alexandria menerima sepenuhnya bahwa surat ini ditulis oleh Paulus (130-190 M), yang kemudian dilanjutkan muridnya Clement (150-215 M). Dia menambahkan: surat ini ditulis Paulus dalam bahasa Ibrani dan diterjemahkan Lukas dalam bahasa Yunani. Origen, murid Clement (185-254 M) memberikan komentar, bahwa “pokok pikiran surat Ibrani memang berasal dari Paulus, tetapi ia bukan penyusun dan penulisnya” kemudian ia menambahkan, siapa sebenarnya penulisnya: “hanya Tuhanlah yang tahu.”

2.  Gereja Roma dan gereja-gereja Barat
Pada umumnya mereka berpendapat bahwa Paulus bukan penulisnya. Dalam kanon Muratorian (buku indeks Perjanjian Baru) yang dipakai Gereja Roma pada abad kedua, didalamnya terdapat indek tiap-tiap kitab PB sekarang, kecuali Kitab Ibrani, Surat Yakobus, Surat I dan II Petrus serta III Yohanes. Indeks tersebut menyebutkan bahwa paulus pernah menulis kepada tujuh jemaat yang seluruhnya berjumlah 13 surat, namun demikian surat Ibrani tidak termasuk didalamnya. Oleh karenanya Penatua Gereja Roma yaitu Gaius (awal abad 3), Irenaeus Bishop dari Lyon (130 – 202 M) menolak paulus sebagai penulisnya dan hal ini mempengaruhi Bishop gereja di kota Roma yaitu Hippolitus (170-237 M).
Pada wakto Jerome Hieronymus (347-420 M) menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Latin, yang disebut Vulgate, ia menerima Paulus sebagai penulisnya, dan sejak saat itu gereja-gereja di Barat baru mau menerima sepenuhnya bahwa pauluslah penulisnya.

3. Gereja-gereja Africa
Sebagian besar Bishop yang terkenal dari gereja-gereja Afrika Utara dengan Chartage sebagai pusatnya menolak anggapan bahwa pulus sebagai penulis Surat Ibrani. Tertulian mengatakan bahwa ada bagian dalam surat Ibrani yang menggambarkan karakter Barnabas, oleh karenanya surat ini ditulis oleh Barnabas (4:6-8). Pandangannya juga mewakili gereja Afrika Cypurian (195-258 M).
4.  Para ahli jaman sekarang
Finis J. Dake dalam bukunya yang berjudul “Tafsiran Surat Ibrani” mengatakan bahwa Paulus penulis kitab ini. Alasannya:
a.    Gaya penulisan yang dipakai Paulus adalah: “ia menulis kepada orang yahudi dalam statusnya sebagai orang yahudi, dan bukan kepada non Yahudi. Oleh sebab itu ketika Lukas menerjemahkannya kedalam bahasa Yunani, gaya penulisan tersebut masih berbekas.
b.    Petrus pernah mengatkan bahwa Paulus pernah menulis surat kepada orang Yahudi (II Petrus 3:15-19).
c.    Sejak tahun 70-730 M sedikitnya ada seratus tulisan dalam bahasa Yunani dan latin yang mengakui bahwa Surat Ibrani ditulis oleh Paulus.
d.   Sidang raya gereja Laodikia (363), gereja Syria (370), gereja Chartage, gereja Ortodoks Timur dan gereja Yunani lainnya menerima sepenuhnya  Paulus sebagai penulis kitab Ibrani.
e.    Tahun 500 M, dalam sebuah kodeks yang terdapat pada daerah gereja Alexandria, dibubuhi nama Paulus.

Bukti Internal
Ada persamaan antara surat-surat Paulus yang lainnya dengan surat Ibrani
1.    Penulis kedua surat tersebut mengharapkan segera berjumpa dengan pembacanya (Gal 4:20; Ibr 13:19).
2.    Paulus adalah satu-satunya rasul diantara penulis PB yang meminta jemaat untuk mendoakan dirinya (berdoa bagi dirinya) (Ef 6:19-20; Kol 4:3; 2 Tes 5:25; Flm 22; Ibr 13:18).
3.    Nasihat yang terdapat dalam surat Ibrani juga terdapat dalam surat-surat Paulus lainnya :
a.    Jangan jemu berbuat baik (Ibr 12:3; Gal 6:9).
b.    Berdamai dengan semua orang (Ibr 12:14; Rm 12:18).
c.    Hidup dalam kasih (Ibr 13:1-3 ;Ef 5:2-4).
d.   Persembahan orang kristen adalah korbany yang diperkenan Tuhan (Ibr 13:16; Flp 4:18).
e.    Orang Kristen yang tidak bertumbuh seperti bayi yang terus menerus minum susu (Ibr 5:12-13; I Kor 3:1-2).
f.     Kristus duduk disebelah kanan Allah (Ibr 8:1; Ef 1:20).
g.    Kristus adalah Pengantara Allah dan manusia (Ibr 8:8; 9:15;12:24 ; Gal 3:19-20; I Tim 2:5).
h.    Torat adalah baying-bayang sedangkan Kristus adalah hakikatnya (Ibr 10:23; Kol 2:17).
i.      Jangan disesatkan oleh pelbagai ajaran palsu (Ibr 13:9; Ef 4:14), etc.
4.    Paulus adalah penulis surat-surat dalam PB yang dipenjarakan dan mengharapkan untuk dibebaskan (Ibr 13:26; 19:23; Flp 1:1-7; 2:23-24).
5.    Selain paulus, dalam surat kiriman PB tidak ada yang pernah menyinggung nama Timotius (bnd Ibr 13:23), hal ini berbeda dengan sebutan dalam surat kirimannya yang lain II Kor 1:1; Gal 1:1; I Tes 3:2.
6.    Adanya kesamaan dalam bagian akhir Surat Ibrani dengan surat-surat paulus lainnya, terdapat salam dan berkat sebagai penutup (Ibr 13:18-25)

Adam Clark penulis Bible Commentary menyatakan bahwa Paulus-lah penulis kitab Ibrani. Para penafsir Alkitab liberal yang dipengaruhi kritik rasionalisme menentang bahwa Pauluslah penulisnya. Pertentangan tersebut dapat kita lihat dibawah ini:
1.    Mereka yang menerima Paulus sebagai penulis kitab Ibrani. Hal ini merupakan pendapat tradisi yang dinyatakan oleh Clement dari Alexandria dan didukung oleh Eusebius, Origenes dan gereja-gereja di Timur. Akan tetapi pendapat ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah bahwa jalan pemikiran umum dari argumentasi surat ini serta gaya bahasa dan pemilihan kata tidak bercirikan seperti tulisan Paulus lainnya.
(Note:Sebenarnya terdapat beberapa bukti internal yang mendukung pendapat tentang Paulus sebagai penulis surat Ibrani, yaitu:
      i.          Persamaan antara bagian-bagian tertentu dengan isi Surat-surat Paulus lainnya, misalnya: Ibrani 8:1 // Efesus 1:210; Ibrani 10:23 // Kolose 2:7; Ibrani 12:3 // Galatia 6:9; Ibrani 12:14 // Roma 12:18; Ibr 13:9 // Ef 4:14.
    ii.          Satu-satunya rasul yang meminta untuk didoakan oleh jemaat adalah Paulus ( Pasal 13:18 // Efs 6:19-20).
  iii.          Paulus adalah penulis kitab PB yang menginginkan pembebasannya dari penjara (Flp 1:1-7).
  iv.          Menyinggung nama Timotius (psl 13:23).
    v.          Ada salam dan berkat penutup (psl 13:24-25)
2.    Pandangan bahwa penulis surat Ibrani adalah Barnabas
a.    Dinyatakan oleh Tertulianus.
b.     Agaknya petunjuk-petunjuk diatas cukup mendukung pula untuk pendapat ini, akan tetapi sekali lagi bahwa pendapat ini tidak serta merta diterima secara umum.
3.    Asumsi bahwa penulisnya adalah Apolos
Hal ini dinyatakan oleh Martin Luther, meskipun demikian sama dengan halnya Tertulianus, pendapat ini tidak serta merta diterima oleh “public”
Selain daripada itu masih banyak deretan nama yang diasumsikan sebagai penulis kitab Ibrani, seperti Stefanus, Filipus, Yudas, Silas, Petrus, dll. Semua asumsi tersebut diatas sama sekali tidak memecahkan persoalan siapakah penulis sebenarnya dari kitab Ibrani ini, malah sebaliknya memperpanjang perdebatan. Origenes mencoba memberikan suatu solusi, meskipun solusi tersebut masih tetap belum memberikan jawaban yang memuaskan: “Hanya Allah yang mengetahui penulis surat Ibrani ini dengan pasti.”
SIAPAKAH PENULIS SURAT IBRANI?

Persoalan mengenai penulis surat Ibrani memang merupakan persoalan yang sangat rumit sebab di dalam surat ini tidak tertulis nama penulisnya melainkan hanya tercantum judulnya saja yaitu Kepada orang-orang Ibrani. Karena kesulitan inilah maka surat Ibrani mengalami proses pertimbangan yang cukup lama untuk dimasukkan ke dalam kanon Perjanjian Baru. Origenes mengatakan bahwa hanya Tuhanlah yang mengetahui siapa sebenarnya penulis surat ini. Sekalipun demikian, sepanjang sejarah gereja para ahli telah memberikan usul-usul tentang penulis surat tersebut.

USUL-USUL YANG PERNAH DIBERIKAN
Usul-usul yang pernah diberikan tentang siapa penulis surat Ibrani ini antara lain:
  1. Barnabas dari Siprus
    • Orang yang mengusulkan pendapat ini adalah Tertullian.
    • Alasannya :
      • Ia terkenal dengan kemahiran bahasa Yunaninya. Ini berkaitan erat dengan kualitas bahasa Yunani yang nampak dalam surat Ibrani.
      • Ia adalah seorang Lewi (Kis 4:36). Hal ini dikaitkan dengan dasar pemikiran surat Ibrani yang banyak menyinggung tata cara imamat dan korban.
      • Ia disebut anak nasihat. Ini dikaitkan dengan isi surat Ibrani yang sering disebut oleh penulisnya sebagai kata-kata nasihat
  2. Apolos
    • Yang mengusulkannya adalah Marthen Luther.
    • Alasan :
      • Ia seorang Yahudi (lahir di Alexandria). Ini dikaitkan dengan isi surat Ibrani
      • Ia sangat mahir dalam soal-soal kitab suci (Kis 18:24; 1 Kor 1:12; 3:4). Hal ini dikaitkan dengan cara berpikir dan latar belakang si penulis.
  3. Akwila dan Priskila
    • Yang mengusulkannya adalah Harnack
    • Alasan : Akwila adalah seorang guru (Kis 18:26) dan rumah mereka dipakai untuk beribadah (Roma 16:5). Hal ini dikaitkan dengan kemungkinan penerimanya adalah sekelompok orang terpelajar.
  4. Paulus
    • Yang mengusulkan adalah Clemens dari Alexandria dan juga sebagian Gereja Katholik (pasca reformasi)
    • Alasan : Bahan yang dibicarakan dalam surat Ibrani mirip dengan bahan-bahan dalam surat-surat Paulus yang lain yang bersifat menentang tradisi Yahudi.
Itulah beberapa nama yang pernah diusulkan sebagai penulis surat Ibrani. Manakah yang benar di antara Usulan-usulan ini? Baiklah kita simak dulu beberapa keberatan.

KEBERATAN TERHADAP USULAN-USULAN

Berikut ini ada beberapa keberatan terhadap usulan-usulan yang disebutkan di atas :
  1. Keberatan terhadap Barnabas
    • Dikemukakan oleh : Beberapa gereja pasca Reformasi
    • Keberatannya : Barnabas memang adalah orang Lewi tetapi penulis surat Ibrani lebih tertarik kepada kultus Biblika daripada kultus Bait Allah.
  2. Keberatan terhadap Apolos
    • Dikemukakan oleh : Saya sendiri (Esra)
    • Keberatannya : Menurut William Barclay, surat Ibrani ditulis oleh seorang guru saat terpisah dari murid-muridnya (Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Ibrani; Hal.10). Itu berarti sekurang-kurangnya ada hubungan pribadi yang cukup erat antara penulis dan penerima surat tersebut. Jika ini dikaitkan dengan pendapat mayoritas bahwa surat ini ditujukan kepada jemaat di Roma, maka Apolos tak dapat diterima sebagai penulis surat Ibrani sebab tidak ada bukti yang kuat dalam Alkitab mengenai hubungan pribadi yang erat antara Apolos dan jemaat Roma. Data Alkitab tentang Apolos hanya mencatat adanya hubungan antara Apolos dan jemaat Efesus (Kis 18:24) dan jemaat Korintus (1 Kor 1:12; 3:4).
  3. Keberatan terhadap Akwila dan Priskila
    • Dikemukakan oleh : Saya sendiri (Esra)
    • Keberatannya : Memang Akwila dan Priskila adalah pengajar dan rumah mereka dipakai untuk beribadah tetapi kedudukan sebagai pengajar belum dapat membuktikan bahwa mereka adalah penulis surat Ibrani. Apalagi jika dilihat dari latar belakang mereka di mana mereka hanya orang Yahudi awam saja (Kis 18:2).
  4. Keberatan terhadap Paulus
    • Dikemukakan oleh : Gereja Latin (menurut Hironimus dan Agustinus) dan Gereja Afrika Utara, Marthen Luther, Erasmus, Johanis Calvin, Hipolatus, Irenaeus, F.B. Clogg dan juga Gereja Katholik.
    • Keberatannya :
      • Surat Ibrani tidak mencerminkan pikiran Paulus
      • Gaya bahasa dan vocab, sikap terhadap hukum, konsep iman dan kedudukan Yesus sebagai imam besar, sungguh berbeda dengan konsep Paulus. Apalagi ps 2:3 memasukkan nama Paulus juga. Paulus tak mungkin mengakui bahwa ia menerima Injil dari orang lain sebagaimana yang tertulis dalam ps 2:3.
      • Gaya tulis dan bahasanya berbeda dengan surat-surat Paulus yang lain.
Demikianlah keberatan-keberatan terhadap usulan-usulan tentang penulis surat Ibrani.

SIAPAKAH PENULIS SURAT IBRANI?

Sekarang sampailah kita pada inti persoalannya yakni siapakah sebenarnya penulis surat Ibrani? Sebelum kita mencapai kesimpulan dan kejelasan dari persoalan ini, baiklah kita melihat dulu syarat-syarat yang perlu dimiliki oleh seseorang yang diusulkan sebagai penulis surat Ibrani ditinjau dari isi surat tersebut. Syarat-syarat ini antara lain :
  1. Ia haruslah seorang Kristen Yahudi sebab isi surat tersebut memberikan kesan bahwa penulisnya sangat menguasai tata cara peribadatan Perjanjian Lama.
  2. Ia percaya bahwa kematian Kristus cukup untuk menghapus dosa manusia.
  3. Ia adalah orang yang pandai :
    • menguasai bahasa Yunani dengan baik
    • mengerti kebiasaan orang Yahudi, logika dan rabi. Hal ini dapat dilihat dari kesusastraan surat tersebut. Barclay mengungkapkan hal ini dengan mengatakan bahwa surat Ibrani ditulis oleh seorang guru yang terkenal untuk sekelompok kecil orang Kristen atau suatu Perguruan Tinggi Kristen di kota Roma. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Ibrani; Hal. 10). Dengan demikian pastilah ia seorang yang terpelajar.
  4. Ia adalah Rasul atau sekurang-kurangnya seorang yang cukup dekat dengan rasul-rasul.
Dengan melihat syarat-syarat di atas, menurut saya penulis surat ini adalah seorang yang dekat dengan Paulus. Ada 3 kemungkinan yang menghubungkan kedua pihak tersebut (Paulus dan si penulis) yaitu :
  1. Kemungkinan ide/pemikiran Paulus ini ditulis oleh sekretarisnya yang lebih pandai dalam segi kesusastraan.
  2. Penulis menulis sendiri idenya, tetapi idenya itu adalah ide yang sudah terpengaruh oleh pemikiran Paulus. Dengan kata lain si penulis mendalami teologia Paulus.
  3. Seperti yang dikatakan oleh Clemens bahwa Pauluslah yang menulis surat tersebut dalam bahasa Ibrani karena ditujukan kepada orang Yahudi, tetapi Lukas menterjemahkannya ke dalam bahasa Yunani. (Nancy Gill; Kitab Ibrani; Hal. 4)
Saya sependapat dengan Clemens bahwa kemungkinan si penulis adalah Lukas. Kalaupun bahasanya berbeda dengan tulisan Lukas yang lain (Injil Lukas dan Kisah Para Rasul), itu tidak menjadi persoalan sebab bukanlah tidak mustahil bahwa Lukas mengalami kemajuan pesat dalam kepandaiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa munculnya surat Ibrani adalah hasil kerja sama antara Paulus dan si penulis (kemungkinan Lukas).
   
Mengenai keberatan-keberatan terhadap Paulus yang telah dibicarakan di atas seperti kata Luther bahwa surat Ibrani tidak mencerminkan pikiran Paulus sepertinya sulit diterima. Justru sebaliknya, pikiran Paulus banyak nampak dalam surat tersebut di mana ia begitu menentang upaya kaum Yahudi untuk mempengaruhi para jemaat agar kembali pada tradisi Yudaisme. Cobalah kita bandingkan teologia dalam surat Ibrani dengan teologia dalam surat Roma (khusus mengenai pengorbanan Kristus dan dampak dari pengorbanan tersebut).

Jika keberatan-keberatan terhadap Paulus dari segi isi surat dapat dijelaskan, maka keberatan-keberatan dari segi struktur dan penulisan yang mengatakan bahwa berbeda dengan surat-surat Paulus yang lain tak perlu dijelaskan lagi, sebab memang bukan Paulus yang menulis langsung. Termasuk keberatan yang didasarkan pada ps 2:3 tidak lagi merupakan persoalan sebab ini berhubungan dengan si penulis dan bukan dengan Paulus.


KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari pembahasan ini saya sepaham dengan apa yang dikatakan oleh Origenes yaitu bahwa ajarannya dari Paulus, tetapi susunan bahasa dan bahan dari orang lain yang mempunyai bahasa yang lebih halus daripada Paulus. (Nancy Gill; Kitab Ibrani; Hal.4) Sedangkan mengenai siapa penulisnya, saya condong ke pandangan Clemens yaitu Lukas, walaupun Origenes berkata bahwa ia tidak tahu siapa penulisnya (hanya tuhan yang tahu) (Nancy Gill; Kitab Ibrani; Hal.4). Jadi pilihan saya pada Paulus dan Lukas (terutama Paulus) didasarkan pada bukti yang cukup kuat dan bukan seperti pandangan beberapa orang sepanjang sejarah gereja yang mengaitkan surat Ibrani dengan Paulus hanya karena dugaan bahwa penulisnya mempunyai hubungan dengan salah satu rasul, dan bahwa surat Ibrani sudah dikenal dan disenangi banyak gereja. (William Barclay; Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Ibrani; Hal 11).



SURAT YAKOBUS
            Surat Yakobus merupakan salah satu dari tujuh surat dalam PB yang dikelompokkan sebagai “surat-surat Katolik”. Groenen menyebut dua kemungkinan pengertian dari istilah Katolik dalam hubungannya dengan ketujuh surat tersebut, yaitu:
1.      Karena surat-surat itu ditujukan/ dialamatkan kepada orang-orang kristen secara umum (katolik/am = umum).
2.      Karena surat-surat tersebut oleh umat kristen secara umum diterima sebagai Kitab Suci.
LATAR BELAKANG PENULISAN.
            Surat ini ditujukan kepada “kedua belas suku di perantauan,” istilah ini harus dimengerti secara kiasan, bukan secara harafiah. Hal ini menunjuk kepada orang-orang kristen Yahudi yang berada diluar wilayah Palestina. Hal-hal yang mendorong atau melatar belakangi penulisan surat ini adalah sebagai berikut:
1.      Penerima surat Yakobus ini sedang mengalami berbagai macam permasalahan didalam kehidupan mereka, yang mana kehidupan rukun jemaat mengalami gangguan yang disebabkan baik dari dalam maupun dari luar jemaat. Jemaat mengakui adanya Allah, akan tetapi pengakuan iman mereka tidak nyata dalam kehidupan sehari-hari (Yak 2:14-26). Mereka hidup dalam kesombongan (Yak 4:13-14) yang mana merencanakan segala sesuatau atas dasar keninginan diri sendiri.
2.      Permasalahan tersebut menjadikan sebagaian diantara mereka menjadi lemah dan berbalik daripada Kristus. Sikap salah lainnya adalah sikap menghormati orang-orang kaya dengan mengabaikan orang-orang miskin (Yak 2:1-4), tidak mampu mengendalikan lidah (Yak 3:1-12) serta sikap sombong atau congkak (Yak 4:6-10).
Hal-hal inilah yang menjadi faktor pendorong bagi Yakobus untuk menuliskan suratnya. Selain daripada itu penulis merasa bertanggung jawab untuk memberikan nasehat-nasihat kepada orang-orang kristen yang berlatar belakang agama Yahudi.
PENULIS KITAB YAKOBUS
            Dalam menentukan siapa yang menjadi penulis dari surat Yakobus ini memang diperlukan pertimbangan yang khusus, sebab data dan segala sesuatu yang menyangkut keadaan si penulis tidak banyak didapatkan selain dari dalam kitab itu sendiri yang menyebut tentang “ Yakobus hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus …” (Yak 1:1) tanpa penjelasan yang lebih rinci. Hal ini tentu saja menimbulkan polemik tentang siapakah penulis kitab Yakobus ini yang sebenarnya, mengingat nama tersebut merupakan nama yang umum digunakan orang pada masa itu.
            Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nama Yakobus yang tidak asing lagi dikalangan orang Yahudi yang mungkin dapat membantu untuk menentukan siapa penulis kitab Yakobus ini. Nama-nama tersebut diantaranya adalah:
1.         Yakobus anak Alfeus, salah seorang dari kedua belas murid Yesus (Matius 10:3, Markus 3:8; KPR 1:13). tidak sering disebut dalam PB. Dengan kata lain kurang memainkan pernan yang penting dalam perkembangan gereja mula-mula.
2.         Yakobus anak Zebedeus, juga salah seorang dari kedua belas murid Yesus yang dipanggil olehNya untuk menjadi murid pertama kali ketika Yesus memulai pelayananNya  (Markus 1:19; 3:17; 5:37 dan Kisah 12:2). menurut Kisah Para Rasul 12 telah mati syahid dibunuh oleh Herodes th 44M.
3.         Yakobus ayah Yudas, (bukan Yudas Iskariot dalam Lukas 6:16 KPR 1:13). sama seperti Yakobus anak alfeus yang kurang sering disebut dalam PB
4.         Yakobus saudara Yesus, yang memimpin jemaat di Yerusalem (Markus 6:3, KPR 15:13, 21:18, Galatia 1:19). tokoh yang sangat berpengaruh pada saat itu. Hal ini ditunjukkan dengan pandangan Paulus yang menganggap Yakobus ini sebagai sokoguru jemaat (Gal 2:9)
Dari keempat kemungkinan tersebut, yang paling memungkinkan disebut sebagai penulis Surat Yakobus adalah “Yakobus saudara Yesus,” mengingat ia adalah seorang pemimpin jemaat yang cukup terkenal pada waktu itu. Alasan-alasan lainnya yang mendukung tentang kepenulisannya adalah:
1.        Adanya persamaan sifat khotbahnya (isi surat) yang mengandung unsur ke-yahudian yang diucapkannya dalam Yakobus 1:5; 3:17 dengan khotbah-khotbah Yesus di bukit (bnd Yak 2:13 dg Mat 5:7; 3 12).
2.        Yakobus sebagai pribadi yang dihormati oleh rasul-rasul yang lain (sebagai pemimpin), hal ini nampak ketika Petrus dilepaskan dari penjara, ia memberitahukan kepada rekan-rekan yang lain untuk menyampaikan tentang hal ini kepada Yakobus (KPR 12:17). Dalam KPR 15:13-18, Yakobus bertindak sebagai pemimpin dalam sidang Yerusalem, kemudian Paulus juga hadir untuk menghadirinya (KPR 21:18).
3.        Persamaan bahasa Yunani yang terdapat dalam surat ini dengan ceramah Yakobus pada sidang Yerusalem ( Yak 1:1 dg KPR 15:23; Yak 1:27 dengan KPR 15:14; Yak 2:5 dg KPR 15:13; Yak 2:7 dg KPR 15:17) merupakan bukti yang kuat tentang kepenulisan kitab Yakobus.
4.        Yakobus baru percaya setelah Yesus bangkit dari antara orang mati (I Kor 15:7) dan diangkat sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem, ketika Petrus terpaksa meninggalkan tanah Palestina (KPR 12:17).

WAKTU DAN TEMPAT PENULISAN
            Karena Yakobus saudara Yesus yang dianggap sebagai penulis kitab ini, maka tempat penulisannyapun dapat dipastikan di Yerusalem. Diperkirakan surat ini ditulis sekitar tahun 45 – 50 M, hal ini didasari atas pertimbangan – pertimbangan sbb:
a.              Minimnya pembahasan tentang Kristologi, besarnya penekanan pada etika yang memiliki kesamaan dengan khotbah Yesus di bukit. Hal ini menunjukkan bahwa surat ini di tulis pada saat gereja masih berada dalam lingkungan Judaisme.
b.             Tidak disinggungnya pertentangan antara kristen Yahudi dan non-Yahudi menunjukkan bahwa orang kristen non-Yahudi belum begitu banyak.
ALAMAT SURAT YAKOBUS
            Terdapat tiga asumsi (dugaan) mengenai penerima surat Yakobus ini, yang didasarkan pada keterangan singkat yang terdapat dalam surat itu sendiri yang berbunyi: “ …. Kepada kedua belas suku di perantauan” (Yak 1:1).
1.      Ditujukan kepada orang-orang Yahudi secara keseluruhan yang tinggal di perantauan
2.      Ditujukan kepada orang-orang kristen Yahudi yang tinggal di perantauan
3.      Ditujukan kepada orang-orang kristen secara keseluruhan, sehingga dalam hal ini kalimat tersebut diatas dipahami secara teologis dan bukan geografis.
Kebanyakan para penafsir lebih condong untuk memilih asumsi atau kemungkinan yang  kedua, yaitu ditujukan kepada orang-orang kristen Yahudi yang berada di luar Palestina. Selain daripada itu dalam Yakobus 2:2, penulis menyebut tempat pertemuan di sinagoge. Kata di perantauan sepertinya juga tidak menunjukkan lagi kepada tempat, melainkan untuk menyatakan keadaan, sifat hidup orang Kristen di dunia ini ( kiasan).
MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk memberikan penghiburan kepada mereka yang sedang mengalami penderitaan
2.      Untuk mengajar dan menegur sikap dan tindakan yang salah dari kalangan orang – orang Kristen Yahudi, beberpa sikap yang salah adalah: Yak 1:11, 4:6, 16).
3.      Untuk membuktikan hubungan antara iman dan perbuatan, dimana perbuatan menjadi bukti bagi iman.
4.      Untuk mengingatkan para pembacanya, bahwa kedewasaan rohani itu dihasilkan oleh berbagai penderitaan atau ujian.yang akan menjadikan orang kristen memiliki ketekunan dan ketekunan inilah yang akan menjadikan orang Kristen dewasa rohani dan menghasilkan buah yang matang (Yak 1:2-4).




SURAT I PETRUS
Latar Belakang
Pada mulanya pemerintah dan masyarakat Romawi menganggap gereja sebagai bagian (suatu sekte) dari Judaisme. Karena itu gereja diperlakukan sama dengan Judaisme, yaitu dianggap sebagai religio licita (agama yang diijinkan dan dilindungi oleh negara). Kebijaksanaan pemerintah Romawi terhadap agama-agama adalah toleransi sejauh ibadah agama tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan pemerintah dan negara.
Perubahan mulai terjadi pada akhir dekade ketujuh, pada abad pertama. Hal ini terjadi sebagai akibat semakin meruncingnya konflik antara Kekristenan dengan Judaisme yang membawa dampak kepada terpisahnya kekristenan dari Judaisme. Sejalan dengan hal itu, maka mulai terjadi perubahan sikap dari pemerintah dan masyarakat Romawi terhadap kekristenan. Keteguhan orang kristen untuk memperyahankan iman percaya mereka mengundang kecurigaan sekaligus cemoohan masyarakat. Ajaran tentang penghakiman yang akan datang serta kebinasaan dunia yang sekarang menimbulkan kesalah pahaman dan kebencian.
Perubahan sikap tersebut menempatkan orang-orang kristen dalam situasi yang sangat sulit. Kesulitan, tantangan dan aniaya mulai membuat ketakutan dan kebimbangan. Atas situasi yang terjadi seperti itulah, maka surat I Petrus dituliskan dengan satu harapan agar orang-orang kristen tetap setia dan berpegang teguh pada iman percaya mereka kepada Kristus yang telah lebih dahulu menderita aniaya.
Penulis
Dalam I Petrus 1:1, penulis memperkenalkan diorinya sebagai “… Petrus, rasul Yesus Kristus.” Informasi ini menunjukkan secara jelas bahwa penulis surat ini adalah rasul Petrus, yang kisahnya banyak dimunculkan dalam keepat kitab Injil dan Kisah Para Rasul.
            Para penafsir meragukan hal tersebut diatas dan cenderung menganggap surat I Petrus sebagai “pseudepigrapha..” Beberapa argumentasi dikemukakan, diantaranya mengenai gaya bahasa Yunani yang digunakan oleh penulis tidak begitu menyakinkan. Kemiripan berpikir dan gaya bahasa yang dipakai memiliki kemiripan dengan apa yang dilakukan oleh Paulus terhadap surat-suratnya, sehingga diantara mereka ada yang bereasumsi bahwa penulis kitab ini adalah paulus. Hal ini tidak memiliki dasar yang kuat. Disamping bukti internal (psl1:1), kepenulisan surat ini yang menyatakan Petrus sebagai penulisnya juga didukung oleh bapa-bapa gereja. Sebagai contaoh tulisan Polikarpus dari Smirna (107-135 M) dan Ireneus (200M).
            Berdasarkan keterangan dalam psl 5:12, Petrus menulis suratnya dengan perantaraan Silwanus (Silas). Tradisi atau kebiasaan orang menulis surat pada masa itu memanglah demikian, artinya seseorang tetap dianggap sebagai penulis sebuah surat meskipun tulisan dalam suratnya tersebut bukanlah ditulis langsung dengan tangannya sendiri. Jika memang tradisi menyatakan hal tersebut, maka keraguan para teolog modern tentang kepenulisan surat I Petrus ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1-        Surat ini ditulis dengan menggunakan bahasa Yunani yang baik, karena memang “ditulis” oleh Silas, seorang Yunani dari Antiokhia.
2-        Pikiran dan cara penyampaiannya mirip dengan Paulus, karena Silas pernah (untuk waktu yang cukup lama) menjadi rekan sepelayanan Paulus.
Waktu dan Tempat Penulisan.
            Karena hampir dapat dipastikan penulis dari kitab ini adalah Petrus, maka penulisannya pasti dilakukan sebelum kematiannya di bawah Kaisar Nero. Dengan demikian tahun penulisannya diperkirakan sekitar tahun 60-64 M. Groenen menetapkan tahun penulisannya adalah tah 80-90 M, karena ia mengikuti alur para teolog modern yang berpendapat bahwa penulis kitab ini bukanlah Petrus.
            Tentang tempat penulisannya, kemungkinan surat ini ditulis di Roma. Hal ini berdasarkan bukti internal berupa keterngan “… di Babilon” (5:13). Terdapat 3 kemungkinan tentang istilah Babilon ini:
a.    Babilon kuno di Mesopotamia
b.    Sebuah benteng (kota) tentanra di Mesir, yang disebut menurut nama itu.
c.    Nama mistis atau nama sindiran dikalangan orang yahudi pada masa itu untuk penyebutan kota Roma.
Diantara ketiga kemungkinan tersebut agaknya kemungkinan ketigalah yang paling logis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa surat ini ditulis di kota Roma. Tradisi menyebutkan bahwa Petrus pernah ke kota Roma dan mati syahid disana (disalib dengan kepala dibawah) pada masa pemerintahan kaisar Nero.
Alamat Surat
            Surat ini ditujukan kepada “orang-orang pendatang di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia.” Sepertinya yang dimaksudkan disini adalah orang-orang kristen secara keseluruhan yang berada di wilayah-wilayah tersebut. Hal ini didukung oleh keterangan selanjutnya dalam ayat 2, “yaitu orang-orang yang dipilih.” Pada masa itu terdapat anggapan atau pola pikir bahwa orang-orang percaya (orang kristen) merupakan pendatang di dunia ini ( bdg Flp 3:20).
Tema Kitab
Surat I Petrus ini bertemakan tentang “Kristus hsrapan dan teladan kita.” Yang mengajarkan tentang pengharapan pada saat menghadapi penderitaan yang akan terjadi.
Maksud dan Tujuan Kitab
1.      Untuk meluruskan kesalah pahaman yang terjadi di kalangan jemaat, khusunya dikalangan jemaat yang didirikan oleh Paulus, yang menganggap bahwa ajaran Petrus bertentangan dengan ajaran Paulus.
2.      Untuk menguatkan jemaat dan menghibur mereka sebagai persiapan untuk menghadapi keadaan darurat yang akan segera tiba.
3.      Untuk menunjukkan kepada orang-orang Kristen bagaimana mempertahankan penebusan mereka ditengah-tengah dunia yang memusuhi mereka.

II PETRUS
Latar Belakang
      Berbeda dengan I Petrus yang ditulis untuk mempersiapkan jemaat menghadapi penderitaan dan kesukaran yang kan terjadi, II petrus ditulis justru untuk menghadapi situasi yang lain yaitu ancaman ajaran sesat atau guru-guru palsu. Dalam pasal yang kedua, penulis secara panjang lebar menguraikan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh guru-guru palsu tersebut. Mereka tidak hanya mengajarkan ajaran-ajaran yang menyesatkan, tetapi mereka juga menyeleweng dalam akhlak. Mereka adalah penganut libertinisme moral yang merupakan ciri bidat antinomianisme.
Penulis
      Terjadi perdebatan yang cukup panjang menyangkut keautentikan Petrus sebagai penulis dari kitab ini. Hal ini terjadio sampai dengan akhir abad ke-4, dimana bapa-bapa gereja masih mempersoalkan hal ini. D kemudian hari, para ahli tafsir modern secara tegas menolak rasul Petrus sebagai penulisnya.
      Salah satu argumentasi mereka adalah keterangan yang terdapat dalam psl 3:4, khusunya tentang “bapa-bapa leluhur,” yang menurut mereka hal itu menunjuk kepada tokoh-tokoh kristen generasi pertama. Argumen ini tidak cukup kuat, oleh karena lazimnya istilah “bapa-bapa leluhur” adalah sebutan untuk para leluhur Israel pada masa itu.
      Meskipun tidak didukung oleh bukti-bukti eksternal, namun bukti-bukti internal sesuai dengan kehidupan Petrus, (Psl 1;13-14, 16-18; 3:1) dan keterangan tentang identitas (perkenalan diri) dari penulis pada pasal 1:1, membuktikan bahwa penulisnya dalah rasul Petrus.

Waktu dan tempat penulisan.
      Karena penulisnya adalah rasul Petrus, maka surat ini pastilah ditulis pada kurun waktu setelah penulisan I Petrus dan sebelum kematian Petrus di Roma. Kemungkinan tidak lama setelah I Petrus ditulis, yaitu berkisar th 64-66 dan ditulis di kota Roma.


Alamat Surat
      Meskipun tidak ada keterangan yang jelas mengenai alamat surat ini, namun pada psl 3:1, mengindikasikan bahwa surat ini di tujukan kepada mereka yang telah menerima/ membaca suratnya yang pertama.
Tema – waspada terhadap para penyesat.
Maksud dan Tujuan Penulisan
1.       Untuk memperingatkan jemaat tentang bahaya ajaran-ajaran sesat yang membinasakan
2.       Sebagai penghibur bagi orang-orang kristen yang putus asa dalam mengharapkan hari kedatangan Tuhan yang tak kunjung tiba.
3.       Sebagai suatu perangsang untuk menghasilkan iman yang teguh.
Hubungan dengan surat I Petrus dan Kitab Yudas
Hubungan dengan surat I Petrus,
I Petrus menasehati bagaimana mempertahankan iman dalam menghadapi aniaya/penderitaan, sedangkan II Petrus menasehati jemaat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh ajaran sesat.
Hubungan dengan surat Yudas,
Isi dari II Petrus ini memiliki hubungan (paralel) dengan surat Yudas. Contoh keparalellannya adalah sebagai berikut:
II Petrus 2:1-3 // Yudas 4 ; II Petrus 2:5 // Yudas 5; II Petrus 2:4,6 // Yudas 6-7; II Petrus 2:10-11 // Yudas 8-9 ; II Petrus 2:12 // Yudas 17; II Petrus 3:3 // Yudas 18.










SURAT I YOHANES
Latar Belakang
      Surat I Yohanes ini ditulis untuk menyikapi/melawan gejala awal gnostikisme yang sudah mulai merebak pada waktu itu. Gnostikisme adalah suatu filsafat agama yang dibangun berdasarkan anggapan bahwa roh adalah baik dan tubuh adalah jahat. Sehubungan dengan pribadi Kristus, penganut gnostikisme mengajarkan bahwa tidak mungkin roh yang baik itu dapat berdiam/menyatu dalam tubuh yang jahat.
Oleh karena itu muncul dua ajaran mengenai Yesus Kristus, yaitu:
1.                Docetisme, Kriatus itu hanya nampak sebagai manusia, tetapi tidak benar-benar menjadi manusia.
2.                Cerinthianisme, Kristus (Roh) itu baru mendiami manusia Yesus setelah Ia dibaptis, dan kemudian meninggalkanNya sebelum Ia mati di kayu salib.
Ajaran sesat ini dipandang sebagai sebuah ancaman yang serius oleh jemaat. Maka rasul Yohanes menuliskan surat ini untuk meyakinkan kepada jemaat, berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri bersama Yesus, bahwa Yesus adalah benar-benar Manusia-Allah, dan menegaskan bahwa setiap orang yang menyangkal Kristus adalah Antikristus.
Penulis
      Berbeda dengan surat-surat lainnya, I Yohanes tidak didahului dengan salam perkenalan yang biasanya mencantumkan nama penulisnya. Hal ini menimbulkan keraguan diantara para ahli sehingga mereka beranggapan bahwa I Yohanes bukan sebuah surat dan bukan pula tulisan rasul Yohanes.
Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya disurat ini, saksi-saksi dari abad kedua misalnya Papias, Ireneus, Tertulianus, Klemens menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah seorang dari kedua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam gaya bahasa, kosakata dan tema dengan Injil Yohanes semakin memperkuat bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes seperti yang dimaksudkan diatas. (bdg I Yoh 5:13 dg Yoh 20:31)
      Akan tetapi berdasarkan kesamaan kosa kata dan gaya penulisannya, dapat dipastikan bahwa rasul Yohaneslah yang menulis surat ini. Sebenarnya psl 1:1-3, secara implisit memberikan petunjuk mengenai siapa yang menulis surat ini.
a.                   Ia adalah saksi mata dari hidup dan pelayanan Yesus dan ia menyaksikan apa yang telah dilahita dan didengarnya sendiri
b.         Jika dihubungkan dengan kemiripan kosa kata dan gaya penulisannya yang sama dengan Injil Yohanes, maka dapat disimpulkan bahwa penulisnya adalah rasul Yohanes.
Bukti lainnya yang mendukung bahwa rasul Yohanes yang menuliskannya berasal dari catatan bapa-bapa gereja seperti Yustinus (150M), Polikarpus (155 M), Ireneus (200 M), dll.
Waktu dan tempat penulisan
     Diperkirakan surat ini ditulis di Efesus sekitar tahun 80-90. Tradisi menyebutkan bahwa rasul Yohanes tinggal menetap di Efesus pada masa ini, dan disana pula ia menuliskan Injil Yohanes. Menurut tradisi, I Yohanes ditulis sebelum Injil Yohanes. Alasan lain yang mendukung penentuan waktu tersebut adalah bahwa jenis-jenis ajaran sesat yang dilawan dalam surat ini adalah jenis ajaran sesat yang mulai muncul pada periode waktu itu.
Penerima Surat
     Sama seperti penulis dari surat ini, penerima surat inipun tidak jelas. Akan tetapi dalam psl 2:1,7,18 terdapat sapaan akrab “anak-anakku dan saudara-saudaraku yang kekasih” agaknya menunjukkan bahwa para pembaca memiliki hubungan yang cukup akarab dengan penulis. Tidak banyak kutipan dari PL juga menunjukkan bahwa surat ini dikirim kepada orang-orang percaya yang berlatar belakang kafir (non – Yahudi ).
     Tradisi menyebutkan bahwa Yohanes menetap dalam waktu yang cukup lama di Efesus. Injil Yohanes ditulis di kota ini, dan agaknya surat-suratnyapun demikian. Maka dapat disimpulkan bahwa pembaca surat ini adalah orang-orang percaya atau jemaat di sekitar Efesus atau Asia Kecil.
Maksud dan Tujuan
1.      Untuk menasehati jemaat agar jangan berbuat dosa
2.      Untuk menasehati jemaat dalam menghadapi para penyesat yang muncul dari tengah-tengah mereka, dan supaya mereka tetap tinggal didalam Kristus
3.      Untuk mengingatkan dan meyakinkan kepada jemaat tentang hidup kekal yang dimiliki oleh mereka karena percaya kepada nama Anak Allah
Analisa Isi Surat, Pasal 1:1-5 – 3:10, tujuh patokan yang ditetapkan untuk memelihara kelakuan baik.
1.      Berjalan dalam terang (1:5-7)
2.      Jangan menipu diri sendiri (1:8-10)
3.      Turutilah perintahNya (2:1-5)
4.      Teladani Kristus (2:6)
5.      Kasihilah sesamamu (2:7-14)
6.      Janganlah kamu mengasihi dunia (2:15-17)
7.      Tinggallah dalam Kristus dan perbuatlah yang benar (2:18 – 3:10)

II YOHANES
Penulis
Surat II Yohanes ini memenuhi syarat sebagai sebuah surat pribadi (littera). Penulisnya memperkenalkan diri sebagai “penatua.” Berbeda dengan pengertian “penatua-penatua” dalam surat Pastoral” yang menunjukkan pada sebuah jabatan struktural di dalam gereja, maka pengertian “penatua” dalam surat II Yohanes ini lebih menunjukkan kepada suatu gelar kehormatan bagi seseorang yang dituakan oleh jemaat. Dalam tradisi jemaat yang menerima surat ini gelar “penatua” merupakan penghormatan bagi Yohanes karena dialah satu-satunya rasul (generasi pertama gereja) yang masih hidup pada saat itu.
Waktu dan Tempat penulisan
Hampir semua penafsir menyetujui tentang tempat dan waktu penulisan ketiga surat tersebut hampir bersamaan dan pada tempat yang sama pula. Hal ini berarti bahwa surat ini ditulis berkisar tahun 80-90 M.
Penerima Surat, Penerima surat ini disebut dengan sapaan:..”Ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi,” menunjukkan bahwa penerimanya adalah sekelompok orang yang disapa dengan sebutan tersebut. (II Yohanes 1:1). Sebutan ini memiliki berbagai asumsi, yaitu:
1.      “Ibu yang terpilih” adalah sebuah kiasan dari sebuah gereja lokal dengan “anak-anaknya” sebagai anggota jemaatnya dan “anak-anak saudaramu yang terpilih (II Yoh 1:13),” sebagai jemaat tetangga. (pengertian simbolis).
2.      “Ibu yang terpilih” juga diartikan sebagai sebuah surat yang ditujukan kepada sebuah keluarga, kepada seorang ibu kristen bersama anak-anaknya (secara harafiah).
3.      Hal ini juga diasumsikan sebagai keselarasan dalam anggapan orang-orang Yahudi terhadap sion, dimana Paulus menyebutnya “ibu kita” (Gal 4:26).
Maksud dan tujuan Penulisan
1.      Mengingatkan “ibu terpilih” thd guru-guru palsu, agar ia tidak terlibat didalamnya.
2.      Menasehati agar tetap hidup dalam kasih dan tetap tinggal dalam ajaran Kristus
SURAT III YOHANES
Penulis, Penulis memperkenalkan diri dengan sebutan yang sama dengan surat II Yohanes. Hal ini cukup membuktikan bahwa rasul yohaneslah yang menuliskan surat ini.
Penerima Surat, Penerima surat disapa oleh penulis dengan sebutan “Gayus yang kekasih”. Gayus adalah seorang anggota jemaat, seorang kristen sejati, yang dipuji oleh Yohanes karena kesukaannya menolong para misionaris (ayat 5-8)
Waktu dan Tempat Penulisan, Surat ini ditulis sekitar tahun 85-95M seperti halnya surat Yohanes lainnya
Maksud dan Tujuan
Rupa-rupanya orang seperti Gayus ini terancam dikucilkan dari dalam jemaat oleh seorang yang “sok berkuasa” yang bernama Diotrefes. Ternyata Diotrefes ini juga memboikot surat danutusan Yohanes (ayat 9-10). Sehingga dalam suratnya, Yohanes menasehati Gayus untuk tidak meneladani cara hidup seperti Diotrefes tersebut (ayat 11).
Latar Belakang
Mendekati akhir abad pertama masehi, para pekerja keliling dari kota ke kota pada umumnya memperoleh sokongan dari orang percaya setempat dengan ditampung dan kemudian dibekali untuk meneruskan perjalanan mereka. Gayus merupakan salah seorang yang bermurah hati tersebut. Namun demikian ada seorang pemimpin yang bernama Diotrefes yang dengan sifat sombongnya menentang wibawa Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang diutus oleh Yohanes. Ia tidak mau menerima utusan tersebut dan bahkan beusaha untuk mengucilkan orang-orang yang berusaha menerima utusan Yohanses itu. Oleh sebab itu Yohanes melalui suratnya berjanji bahwa apabila ia datang, ia akan menguji kekuasaan Diotrefes. Hal ini menunjukkan bahwa saat suarat ini ditulis sudah terjadi krisis kepemimpinan.
Ada tiga orang yang namanya disebut dalam surat ini, yaitu:
1.                 Gayus, yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang hidup dalam kebenaran serta teladan hidupnya yang dengan sukacita menerima para utusan Yohanes.
2.                 Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat ditaktor, dikecam atas kesombongannya yang ingin menjadi orang yang terkemuka. Ia bahkan menolak juga surat Yohanes yang telah dikirimkan sebelumnya, memfitnah Yohanes bahkan menolaknya dan utusan-utusannya.
3.                 Dimetrius, mungkin pembawa surat ini atau seorang pemimpin sidang (gembala sidang) dalam suatu masyarakat disekitar tempat itu, dipuji sebagai seorang yang memiliki reputasi baik dan setia pada kebenaran.
SURAT YUDAS
Penulis, Penulis surat ini adalah Yudas, yang memperkenalkan dirinya sebagai saudara Yakobus (ay 1). Satu-satunya sumber dalam PB yang menceritakan hubungan Yudas dan Yakobus adalah saudara tiri Yesus (Mat 13:55, Markus 6:3). Penyebutan nama yakobus dimungkinkan mengingat Yakobus adalah soko guru (pemimpin) jemaat Yerusalem yang diharapkan dapat membantu menjelaskan identitas penulis surat ini.
Namun demikian para teolog modern menolak Yudas sebagai saudara Yakobus dan saudara Yesus. Alasan mereka didasari pada keterangan dalam ayat 17, yang menimbulkan kesan bahwa surat ini ditulis pada suatu masa jauh setelah jaman para rasul. Karena itu mereka berpendapat bahwa surat ini ditulis pada sekitar abad kedua.
Waktu dan tempat penulisan
Menurut tradisi, surat ini ditulis pada akhir abad pertama (80-90). Hal ini disebabkan adanya hubungan surat Yudas dengan II Petrus 2:1 – 3:4. Argumen yang mempertahankan bahwa surat ini ditulis pada abad pertama adalah : kesamaan isinya dengan surat Petrus kedua yang menunjukkan bahwa kedua surat tersebut sedang menghadapi situasi yang sama yaitu ajaran sesat.
Alamat surat
Penerima surat ini tidak disebutkan secara khusu, tetapi ada kemungkinan sama dengan penerima surat II Petrus, yaitu orang-orang kristen secara keseluruhan. Persamaan keadaa dengan surat II Petrus menunjukkan adanya kemungkinan alamat surat tersebut sama. (bdg II Petrus 3:1) yang terletak di Asia Kecil.
Masalah Pengkanonan
Pengkanonan surat Yudas menjadi perdebatan diantara bapa-bapa gereja yang disebabkan oleh karena pengutipan kitab Pseudepigrapha Yahudi. Penyebutan tentang Henokh dikutip dari “kitab Henokh” dan penyebutan tentang pertentangan antara Mikhael dengan Iblis mengenai mayat Musa, dikutip dari “Kitab pengankatan Musa ke Surga.”
Proses pengkanonan kitab Yudas dapat disusun sebagai berikut:
1.      Pada awal abad ketiga surat Yudas telah tersebar luas dikalangan umat kristen dan telah dikutip oleh bapa-bapa gereja seperti Klement, Tertulianus, Ireneus sebagai Kitab Suci.
2.      Tetapi selanjutnya selama abad ketiga dan keempat, surat Yudas ditolak oleh sebagian umat kristen
3.      Pada abad kelima surat Yudas kembali diterima sebagai kitab suci dan diakui sebagai karangan Yudas. Hal ini disebabkan karena daftar kanon PB yang berisi 27 kitab sepeti yang kita miliki sekarang ini telah ditetaplkan pada konsili di Hippo pada tahun393
4.      Keraguan kembali muncul pada masa reformasi oleh Luther, Erasmus dan Kayetanus
5.      Pada akhirnya penetapan surat Yudas secara defenitif sebagai kitab suci dilakukan pada konsili Trente tahun 1546.
Sehubungan dengan pengutipan “pseudepigrapha” Yahudi (kitab Henok dan kitab pengangkatan Musa ke surga) tersebut kita perlu memahami beberpa hal yang melatar belakanginya sbb:
1.      Kanon Ibrani baru ditetapkan (diselesaikan) pada persidangan di Yamnia pada tahun 90-an. Selama abad pertama orang-orang yahudi diaspora, khususnya yang berada di Alexandria, memiliki kanon yang lebih luas atau mempunyai konsepsi yang lebih luas tentang kanon. Septuaginta memuat lebih dari 39 kitab.
2.      Gereja kristen pada abad pertama, disamping berpegang pada ke 39 kitab tersebut, juga pada kitab “Apokripha dan pseudepigrapha” serta tradisi lisan yahudi.
3.      Keputusan di sidang yamnia tidak diketahui secara luas oleh gereja kristen
4.      Kanon PB baru mulai digumulkan oleh bapa-bapa gereja pada awal abad kedua (tahun 130-an), dan daftar yang terakhir (yang diterima secara umum tanpa perdebatan) baru disusun oleh Athanasius pada tahun367, kemudian baru ditetapkan pada konsili Hippo 393.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa penggunaan apokripha dan pseudepigrapha serta tradisi lisan Yahudi adalah merupakan hal yang biasa di kalangan gereja kristen pada abad pertama.


KITAB WAHYU
Latar Belakang
Kitab ini memberikan suatu pegangan mengenai siapa penulisnya, yaitu penyebutan dirinya dengan nama Yohanes ( 1:, 4 dan 9; 22:8). Dalam psl 22:8 penulis menggolongkan dirinya dengan golongan para nabi, yaitu golongan orang-orang dalam gereja mula-mula yang secara khusus dipimpin oleh roh Kudus. Pandangan bahwa penulisnya adalah nabi Yohanes datang dari Yustinus Martir yang didukung oleh Ireneus dan juga bapa-bapa gereja lainnya.
Latar Belakang
Kitab ini disebut sebagai karya Apokalips, yang penuh dengan teka-teki. Biasanya karya Apokalips dihasilkan pada masa penindasan sebagai cara membesarkan hati mereka yang tengah menderita demi iman mereka. Hal ini dapat dikenali dari:
1.      Keputusasaan yang besar menghadapi keadaan yang sedang berlangsung dan suatu pengharapan yang sama besarnya akan campur tangan ilahi dimasa depan.
2.      Penggunaan bahasa simbolik, impian-impian dan penglihatan-penglihatan
3.      Ditampilkannya kuasa-kuasa surgawi
4.      Nubuat tentang malapetaka yang hebat yang akan mengenai orang fasik dan yang secara ajaib akan melewati orang benar.
5.      Adakalanya pemalsuan nama penulis atau tokoh-tokoh sejarah kitab suci yang menonjol.
Isi, kunci seluruh struktur kitab ini mungkin harus ditemukan didalam pasal 1:19, dimana sipelihat diberi tugas menulis apa yang telah dilihatnya, menulis apa yang telah terjadi dan menulis akan apa yang akan terjadi.
Waktu penulisan dan tempat penulisan
Ada dua pandangan yang berbeda tentang waktu dan latar belakang keadaan dimana kitab ini ditulis, yaitu:
1.      Kelompok ini beranggapan bahwa kepenulisan surat wahyu ini berasal pada masa Kaisar Nero, ketika ia berkuasa terjadi kebakaran dikota Roma, yang disertai penganiayaan terhadap orang-orang kristen. Hal ini ditandai dengan bilangan 666 (13:18) adalah jumlah keseluruhan nilai-nilai bilangan-bilangan huruf-huruf Ibrani yang dieja “Neron Kesar” dan pastilah pribadi yang diuraikan disini adalah Nero. Tetapi penalaran seperti ini sangatlah lemah bila tidak disertai dengan buktibuktinya
2.      Kelompok ini beranggapan bahwa kepenulisan kitab Wahyu ini menjelang akhir abad pertama dibawah pemerintahan Domitianus (81-96M). Hal ini didukung oleh bukti eksternal, Ireneus yang hidup kira-kira 60 thn berikutnya setelah kitab Wahyu ini ditulis dan berasal dari Asia Kecil memberikan kesaksian tentang penglihatan yang dilihat Yohanes di pulau Patmos.
Meskipun kemungkinan penganiayaan orang kristen tidak berlanjut hingga jaman Domitianus, desakannya agar ia disembah sebagai dewa ditambah dengan kediktatorannya telah menempatkannya sebagai oposisi bagi perkembangan kekristenan. Kitab ini ditulis dipulau Patmos (1:9) dimana Yohanes dibuang ketempat pengasingan sebagai tawanan.
Ciri khas kitab Wahyu
1.      Kitab ini adalah satu-satunya kitab yang digolongkan sebagai kitab nubuat dan wahyu
2.      Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan tentang kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara rahasia tertentu.
3.      Penggunaan angka sebagai pola penyampaiannya.
4.      Malaikat dikaitkan dengan penglihatan dan ketetapan sorgawi.
5.      Kitab ini bersifat polemik yang menyingkapkan roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai Allah. Kedua, menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan.yang agung dan penguasa atas raja-raja dibumi (1:5; 19:16).

Maksud dan tujuan penulisan
1.      Surat kepada ketujuh jemaat menyatakan adanya penyimpangan yang parah dari standar kebenran rasuli. Suratini ditulis untuk menegur dan menghimbau agar bertobat dan berbalik kepada kasih mula-mula
2.      Dikirim kepada jemaat-jemaat untuk meneguhkan iman dan kesetiaan mereka kepada yesus Kristus.
3.      Melengkapi orang percaya dalam peperangan melawan kuasa iblis
Proses Pengkanonan Kitab Wahyu
Kitab Wahyu tergolong sebagai kitab “antilegoumena” (kitab yang penerimaannya ke dalam kanon diperdebatkan). Sampai dengan pertengahan abad ke-4, kitab ini masih diperdebatkan, meskipun pada masa yang lebih awal kitab ini telah diterima oleh beberpa bapa gereja, diantaranya Ireneus (130-200 M)
Diperdebatkannya kitab ini lebih disebabkan karena kitab ini penuh dengan simbol-simbol yang sukar dimengerti oleh generasi berikutnya. Simbol-simbol ini hanya dapat dipahami oleh generasi pada saat tulisan tersebut dibuat. Proses pengkanonan kitab Wahyu adalah sebagai berikut:
1.      Penerimaan dikalangan Gereja Barat
a.       Pada awal abad ke-2, kitab Wahyu sudah dikenal di kota Efesus dan Asia Kecil, yang merupakan pusat kekristenan pada saat itu
b.      Kurang lebih tahun 180-190, Ireneus sudah mengutip kitab Wahyu ini.
c.       Tertuliamus dari Kartago (197-220) mengakui kitab Wahyu.
d.      Klemen dari Alexandria, juga mengakui kitab Wahyu.
e.       Kanon Muratori (170-210) mencantumkan/menerima kitab Wahyu
f.       Origenes (152-284) menggolongkan kitab wahyu sebagai kitab yang umum diterima
g.      Eusebius (263-339 M), dengan ragu-ragu menggolongkan sebuah kitab yang umum diterima
h.      Athanasius (367) menyusun daftar ke 27 kitab PB, yang kemudian ditetapkan sebagai kanon PB pada konsili di Kartago 397.
2.      Penerimaan di gereja Timur
a.       Kanon Syria (abad ke-3)  tidak mencantumkan kitab wahyu
b.      Cyril dari Yerusalem (315-386) dan Gregory N (329-389) tidak menerima kitab wahyu
c.       Konsili gereja Timur di Instambul (692), mengeluarkan dua daftar kanon, yang satu mencantumkan kitab wahyu yang lainnya tidak. Umat diberi kebebasan untuk memilih apakah menerima atau menolak kitab tersebut.
3.      Penerimaan dikalangan para reformator
a.       Luther, kurang menghargai kitab wahyu, meskipun ia tidak menolak kitab itu.
b.      Karlstsdt; menggolongkan kitab wahyu kedalam kitab-kitab yang disangsikan
c.       Swingli, secara tegas menyatakan bahwa kitab wahyu bukan kitab suci.
d.      Calvin, tidak menunjukkan sikap yang tegas mengenai diterima atau ditolaknya kitab wahyu, tetapi ia tidak menafsirkan kitab tersebut.

2 komentar:

  1. Casino Bonus Codes 2021 - All casino bonuses, no deposit
    Check our online casino bonus codes 강원 랜드 카지노 for 2021 강원랜드 쪽박걸 ✔️ 룰렛 판 Get free spins for casino games & 배팅 사이트 claim your 비트 카지노 $5000+ in free chips. Claim our No Deposit bonus codes for 2021!

    BalasHapus
  2. NJ Online Casinos Powered By Bally's Casino - KT Hub
    The online casinos offer a variety of betting options that allow you 서산 출장마사지 to place 순천 출장샵 bets. 정읍 출장샵 This feature allows you to bet online 통영 출장안마 on a wide range of sports 광주 출장샵 and markets

    BalasHapus

PENGANTAR PERJANJIAN LAMA

TINJAUAN SEJARAH MASA PERJANJIAN LAMA 1. Mesopotamia sampai masa para Patriakh (2900-2000 sM) Para arsitek yang meletakkan dasar untuk k...