KITAB-KITAB PERJANJIAN BARU
(New Testament Books)
Kitab-kitab Sejarah – Matius, Markus, Lukas,
yohanes, Kisah Para Rasul
Surat-surat Paulus – Roma, I dan II Korintus,
Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, I dan II Tesalonika, I dan II Timotius, Titus,
Filemon, Ibrani
Surat-surat non Paulus – Yakobus, I dan II Petrus;
I, II dan III Yohanes; Yudas; Wahyu
Kitab-kitab Sejarah
Matius – mempresentasikan Yesus sebagai Mesias.
Silsilah Yesus dari garis keturunan Yusuf. Penggenapan nubuatan-nubuatan
Perjanjian Lama.
Markus – mempresentasikan Yesus sebagai Hamba.
Sepertiga dari Injil ini berbicara mengenai minggu terakhir kehidupan Kristus
di bumi.
Lukas – mempresentasikan Yesus sebagai Anak Manusia
yang datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang. Silsilah Yesus dari
garis keturunan Maria.
Yohanes – mempresentasikan Yesus sebagai Allah yang
menjelma menjadi manusia, sang Kristus.
Kisah Para Rasul – mempresentasikan tentang catatan
sejarah dari kenaikan Kristus ke surga hingga perjalanan misi Paulus
Surat-surat Paulus
Roma – Penelaahan yang sistematis atas pembenaran,
pengudusan dan pemuliaan. Menelaah rencana Allah atas orang Yahudi maupun non-
Yahudi.
I Korintus – surat ini menyoroti perpecahan dalam
jemaat dan teguran atas pelanggaran susila, masalah mencari keadilan kepada
orang-orang yang tidak beriman, dan kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam
Perjamuan Kudus. Juga menyinggung tentang penyembahan berhala, pernikahan dan
kebangkitan.
II Korintus – Pembelaan Paulus atas kerasulannya.
Galatia – Paulus membuktikan kesalahan dari
legalisme (menganggap Hukum Taurat sebagai sesuatau yang mutlak dalam
memperoleh keselamatan) dan menelaah mengenai tempat yang layak bagi anugerah
di dalam kehidupan orang-orang Kristen.
Efesus – Posisi orang percaya didalam Kristus dan
informasi mengenai peperangan rohani.
Filipi – Paulus membicarakan tentang pemenjaraannya,
kasihnya kepada jemaat di Filipi. Ia mendesak mereka ke arah kesalehan dan
memperingatkan mereka akan bahaya legalisme.
Kolose – Paulus mengutamakan pada keutamaan Yesus
dalam penciptaan, penebusan, dan dalam kekudusanNya.
I Tesalonika – Pelayanan Paulus kepada jemaat di
Tesalonika. Pengajaran mengenai kesucian dan menyinggung tentnag kembalinya
Kristus kedunia (kedatangan Kristus kembali).
II Tesalonika – Korensi atas pendapat yang salah
mengenai Hari Tuhan.
I Timotius – Instruksi yang ditujukan kepada
Timotius mengenai kepemimpinan yang benar dan cara-cara menghadapi ajaran
sesat, peranan wanita, doa dan syarat-syarat bagi penilik jemaat dan diaken.
II Timotius – sepucuk surat untuk menguatkan
Timotius.
Titus – Paulus meninggalkannya (Titus) di Kreta guna
menggembalakan jemaat di sana. Syarat-syarat menjadi penatua atau penilik
jemaat.
Filemeon – Sepucuk surat kepada seorang tuan
mengenai budaknya yang melarikan diri. Permohonan Paulus kepada Filemon supaya
mengampuni dan merima Onesimus budaknya.
Ibrani – sepucuk surat kepada jemaat kristen Yahudi
yang sedang terancam bahaya kembali untuk memeluk Judaisme. Surat ini
menunjukkan superioritas Kristus dibandingkan dengan sistem Perjanjian Lama.
Menyinggung juga tentang keimaman Melkisedek.
Surat-surat non-Paulus
Yakobus – sebuah desakan praktis untuk menjalani
kehidupan kristiani yang mencerminkan kehidupan yang telah lahir baru. Surat
ini menekankan pemeriksaan atas diri sendiri terhadap bukti-bukti dari hidup
yang telah diubahkan.
I Petrus – Petrus menuliskan surat ini untuk
menguatkan penerima suratnya dalam penderitaan mereka dan agar mereka tetap
rendah hati. Menyinggung juga tentang masalah baptisan.
II Petrus – membicarakan menganai kehidupan batiniah
setiap pribadi, peringatan mengenai pengajaran palsu, dan menyinggung mengenai
Hari Tuhan.
I Yohanes – Yohanes mendiskripsikan persekutuan yang
sejati dari orang-orang percaya dengan sesama orang percaya dan dengan Allah.
Melukiskan Allah sebagai terang dan kasih. Mendorong agar orang-orang kristen
berjalan di dalam Allah, serta banyak menyinggung tentang kasih kristiani.
II Yohanes – Puji-pujian untuk mereka yang berjalan
di dalam Kristus dan sebuah peringatan untuk tetap berjalan di dalam kasih
Allah.
III Yohanes – Yohanes berterima kasih kepada Gayus
atas kebaikannya terhadap jemaat Allah dan menegur Diotrefes.
Yudas – mengekspos guru-guru palsu dan mengunakan
ibara-ibarat dalam Perjanjian Lama untk melukiskan penghakiman atas mereka.
Nasihat-nasihat untuk meneguhkan iman.
Wahyu – penglihatan yang penuh dengan simbol /
perlambang mengenai pemberontakan, penghakiman dan akhir dari segala sesuatau.
MATIUS
(YESUS SANG MESIAS)
Pokok istimewa
yang ditekankan Matius adalah bahwa Yesus adalah Mesias sebagaimana yang telah
dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Seringnya penyebutan kata
“Kerajaan” menjadikan Injil ini sering disebut sebagai Injil Kerajaan. Injil
ini ditulis menurut urutan waktu sekalipun tidak lengkap tentang setiap
peristiwa. Melainkan hanya tentang kejadian-kejadian yang utama dan bahannya
disusun menurut pokoknya.
Penulis:
Tentang siapa penulis dari Injil Matius ini tidak ada
bukti internal yang dengan tegas menyatakan siapa penulisnya, akan tetapi
gereja abad pertama mengakui bahwa Matius murid Yesuslah yang menulisnya. Dia
adalah salah satu dari kedua belas murid Yesus (Mat. 9:9-13; 10:3). Dalam Injil
Markus dan Lukas ia disebut “Lewi” (Mrk 2:14, Luk 5:27). Dikatakan bahwa ia
adalah pemungut cukai di Kapernaum (Mat 9:9), suatu pekerjaan yang tidak
terpuji diantara bangsa Israel, karena terdaftar dalam “golongan orang berdosa”
Para penulis gereja yang pertama yang membahas kepenulisan Injil menetapkan
Injil pertama ini sebagai hasil karya Matius. Eusebius (+/- 325 M) mengutip
Papias (+/- 100 M) yang konon mengatakan bahwa Matius telah menyusun ajaran
Tuhan dalam bahasa Aram, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Yunani oleh
masing-masing orang semampu mereka. Demikian juga Ireneus (+/- 150 M)
mengatakan bahwa Matius menulis sebuah Injil bagi orang Ibrani.
Disisi lain ada yang beranggapan bahwa sangat sulit
untuk dibayangkan bahwa rasul Matius murid Yesus adalah penulis Injil ini, hal
ini dikarenakan adanya pemikiran, apakah seorang rasul akan memakai Injil
Markus sebagai sumber penulisannya? Pasti tidak. Dan dikemudian hari pada abad
ke 2M nama Matius diberikan kepada Injil ini, dengan kata lain bias saja bahwa
Injil ini mempunyai kaitan tertentu dengan rasul tersebut, misalnya hanya
sekedar memberikan bahan kepada penulis aslinya.
Tiga alasan lainnya (secara eksplisit) bahwa Matius adalah penulis
Injil pertama ini adalah:
1.
Matius seorang anggota yang tidak menonjol dalam
kelompok apostolic, tidak ada alsan untuk memakai namanya sebagai penulis buku
bajakan. Seorang pembajak buku untuk mempopulerkan tulisannya pasti akan
menerbitkannya dibawah nama rasul-rasul lain yang lebih terkenal.
2.
Sebagai pemungut cukai, Matius tentunya seorang
terpelajar dan sudah terbiasa membuat catatan-catatan dalam pekerjaannya
3.
Tradisi mengatakan bahwa Injil pertama yang asli
berbahasa Aram, tidak menutup kemungkinan bahwa penulis kemudian menerbitkannya
dalam bahasa Yunani yang segera mengalahkan popularitas kitab yang pertama –
tulisan sebelumnya.
Tanggal dan tempat penulisan
Kapan tepatnya Injil ini ditulis,
tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi ada dua pandangan yang menyatakan
tentang waktu kepenulisannya, yaitu:
1.
Tahun 58 – 65M, alasannya bahwa sedikit kemungkinan
bahwa Injil ini ditulis sebelum orang-orang meninggalkan Yerusalem (Kisah 8:4),
karena masih ada para rasul yang akan menjawab setiap pertanyaan serta
memberikan pengajaran sehingga tidak dibutuhkan Injil yang tertulis, selain itu
juga tidak mungkin lebih dari tahun 70, karena ramalan mengenai kekalahan kota
ini tidak pernah menyinggung kehancuran yang sesungguhnya (Matius 24:1-28).
Kesaksian Ireneus menyatakan bahwa naskah ini ditulis pada jaman Kaisar Nero,
“sewaktu Petrus dan Paulus berada di Roma”
2.
Tahun 70-90M, hal ini didasari dari pemikiran /
penafsiran bahwa apa yang tertulis dalam perumpamaan di Matius 22:7 merupakan
suatu catatan yang mengisahkan peristiwa yang terjadi pada tahun 70 dimana bait
Allah dan kota Yerusalem dibakar dan dihancurkan.
Tentang tempat
penulisannya tidak mungkin di Palestina, sebab disana orang memakai bahasa
Aram, sedangkan dari pemeriksaan tentang Injil Matius jelaslah bahwa kitab ini
mempergunakan bahasa Yunani sebagai bahasa aslinya. Boleh dikatakan sebagian
besar beranggapan bahwa Antiokhialah tempat yang paling tepat. Hal ini
disebabkan karena asumsi bahwa gereja terbesar pertama yang mempunyai jemaat
yang berbicara dalam bahasa Aram maupun Yunani adalah jemaat Antiokhia.
Walaupun tidak ada bukti yang pasti tentang tempat penulisan, namun tidak ada
tempat lain yang lebih sesuai dari pada di Antiokhia - Siria.
Penempatan dalam kanon
Ada tiga hal yang membuat Injil Matius ini ditempatkan sebagai kitab
pertama dalam kanonisasi PB, yaitu:
1. Injil Matius dinilai sistematis oleh para
ahli, dimana Injil ini menceritakan silsilah Yesus secara teratur. Silsilah
Yesus dimulai dari Abraham karena Injil Matius ditujukan bagi orang Yahudi,
yang notabenenya sangat bangga dan menghormati Abraham sebagai leluhur mereka.
2. Injil Matius menjembatani PL dan PB dalam
hubungannya dengan penggenapan akan kehadiran Messias di PL.
3. Dalam gereja kuno, Injil Matius ini sudah
sangat terkenal dan berpengaruh pada saat itu serta sudah diterima secara umum.
Tujuan Penulisan
1.
Secara apologetis, pengarang kitab ini memperlihatkan
bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan akan janji-janji Allah yang disampaikan
kepada para nabi dalam PL yang sudah digenapi. (Mat8:17)
2.
Secara kateketis, berarti memberi pengetahuan tentang
pokok-pokok ajaran kekristenan yang teratur dalam perbuatan perbuatan dan
ajaran-ajaran Kristus
3.
Secara parenetis, bersifat menasihati atau teguran bagi
kehidupan kekristenan. Disini ditekankan bahwa dengan menjadi jemaat Kristen
saja belum cukup bagi seseorang untuk diselamatkan.
Maksud Penulisan Kitab
1.
Untuk memberikan kepada siding pembacanya kisah seorang
saksi mata mengenai kehidupan Yesus.
2.
Untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak
Allah dan Messias yang dinubuatkan dalam PL dan yang sudah lama dinantikan
3.
Untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di
dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi
sebelumnya.
Latar belakang
Ke Yahudian dari Injil ini nampak:
- Ketergantungannya pada penyataan, janji dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Messias yang telah lama dinantikan.
- Hal merunut garis silsilah Yesus bertolak dari Abraham ( Mat 1:1-17)
- Pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah “Anak Daud” (Mat 1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30-31; 21:9,15; 22:41-45).
- Penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti “Kerajaan Sorga” (yang searti dengan “Kerajaan Allah”) sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi dalam penyebutan nama Allah secara langsung.
- Petunjuknya tentang berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab Injil yang lain)
Meskipun demikian Injil ini tidaklah semata-mata hanya untuk orang yahudi
saja, pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan seksama
menyatakan lingkup universal Injil.
Secara umum Matius ini terbagi atas 5 bahan khas
- Hukum Baru (pasal 3 – 7)
- Pemuridan ( 8:1-9; 34; 9:35-10:42
- Makna Kerajaan (11-13:1-52)
- Jemaat (13:53 – 17:27, pasal 18)
- Penghakiman ( 19-25)
SIFAT-SIFAT KHUSUS
1.
Matius adalah Injil pengajaran, dimana dalam setiap
bagian terdapat satu contoh ajaran yang panjang, seperti contoh berikut:
- Mat 1:1-4:11 :Khotbah Yohanes (Mat
3:1-12)
- Mat 4:12 –
7:29 :Khotbah dibukit
(Mat 5:1 – 7:29)
- Mat 8:1 – 11:1 : Amanah Penginjilan (Mat
10:1-42), dll
- Matius adalah Injil Jemaat, dimana Matius adalah satu-satunya Injil yang memunculkan kata “jemaat” (16:18; 18:17), perkataan yang diucapkan Yesus yang menunjukkan/mengandung maksud:
-
bahwa
Ia mempunyai gagasan yang pasti tentang gereja sebagai suatu lembaga yang akan
datang.
-
Menunjukkan
bahwa sebagai jemaat yang masih muda dan masih bergolak, tulisan itu sebagai
suatu penghiburan dan nasihat.
-
Sebagai
tekanan pada otoritas jemaat: menekankan kepemimpinannya, tubuh jemaat secara
keseluruhan
-
Secara
khusus mengandung cara penggembalaan (Mat 18:17)
- Matius adalah Injil Raja
Selain
doktrin kerajaan yang ditekankan, naming disepanjang Injil ini sifat Kristus
sebagai raja sangat menonjol, yaitu:
- Silsilah Yesus sebagai silsilah raja-raja Yehuda (pasal 1)
- Kelahiran Yesus dipandang sebagai ancaman politik bagi Herodes
- Yesus memasuki Yerusalem sebagai seorang raja dengan menunggang keledai (Mat 21:5,7)
- Dalam ajaran yang disampaikanNya Yesus mengatakan bahwa Ia akan “bersemayam ditahta kemuliaanNya” (Mat 19:28; 25:31)
- Tulisan diatas kayu salib adalah “Inilah Yesus Raja Orang yahudi”
- Disebutkan 9 kali bahwa Yesus “Anak Daud”, yang mengesankan bahwa Yesus sebagai seorang raja keturunan Daud.
Tema: Yesus
sebagai Mesias Anak Allah yang hidup (1:1 – 4:6)
Pesan Injil
1.
Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan yang berasal
dari keturunan Daud, datang untuk menyelamatkan manusia dan kebenaran yang
diberitakan adalah kebenaran yang sejati.
- Kerajaan yang Tuhan beritakan telah tiba dan akan tiba, juga soal kedatanganNya adalah suatu kepastian
- Hukum taurat yang sempurna ada didalam Dia, bahkan Dialah yang melengkapinya
- Gereja didirikan dan diutus untuk menjadi saksi hidup bagi Allah
APLIKASI
1.
Kepada orang yang belum percaya: Injil ini
menunjukkanbahwa Yesus adalah Mesias yang datang untuk membebaskan manusia dari
hukuman dosa dan yang memberikan keselamatan hidup.
- Bagi orang percaya: Injil ini berfungsi sebagai ajaran yang penting mengenai kehidupan dan ucapan Yesus yang menjadi teladan dalam hidup dan perkataan manusia.
CATATAN MENGENAI SUMBER
- Hampir seluruh bahan cerita dalam Injil Markus terdapat dalam Injil matius. Ini membuktikan bahwa Matius mengambil bahan dari sumber Markus
- Terdapat pula kesamaan-kesamaan antara injil matius dengan Injil Lukas. Hal ini dimungkinkan karena disamping sama-sama mengambil bahan dari sumber Markus, keduanya juga mengambil bahan dari sumber “Q”
- Ada pula bagian-bagian yang sama sekali tidak terdapat dalam Injil Sinoptik lainnya, karena Matius mengambil bahannya juga dari sumber yang hanya dimiliki oleh Matius sendiri, yaitu sumber “M”
MARKUS
(YESUS SEBAGAI HAMBA YANG MENDERITA)
PENDAHULUAN
Injil Markus
dianggap sebagai Injil tertua dari keempat Injil dalam PB dan merupakan
catatatan yang paling kuno mengenai kehidupan Yesus. Markus menulis riwayat
kehidupan Yesus menurut saksi mata berdasarkan penuturan rasul Petrus. Penulis
menyebut Injilnya sebagai permulaan kabar baik, “inilah permulaan Injil tentang
Yesus Kristus, Anak Allah.” Penulis bermaksud
menggambarkan tahap pertama dari perkembangan kabar baik yaitu berita yang
telah diterimanya. Kisah yang diceritakannya merupakan bagian integral dan
penting dari cerita dan pengalamannya sebagai orang Kristen. SIFAT Injil Markus singkat, jelas dan
mengena, sifat yang sesuai dengan alam pikiran orang Romawi yang tidak telaten
menghadapi gambaran-gambaran abstrak dan bahasa sastra yang terlalu tinggi.
PENULIS KITAB
Seperti Injil Injil
lainnya, maka pemberian nama-nama matius, markus, Lukas dan Yohanes secara
tradisional merupakan pendapat jemaat dan bukan suatu nklaim dari para
penulisnya sendiri. Dan penulis Injil markus ini pada umumnya dikaitkan oleh
jemaat mula-mula dengan nama Yohanes Markus. Menurut kisah para rasul,
sekelompok orang Kristen secara teratur bertemu dirumah ibunya di yerusalem
(Kis 12:12). Yohanes markus adalah teman paulus dan barnabas (Kisah 12:25;
15:37-41; Kol 4:10; Flm 24). Yohanes markus juga adalah murid dari Petrus ( I
Pet 5:13).
Menurut tradisi umum,
Markus ini sama dengan yohanes markus, anak Mariam. Dan jika benar demikian,
maka kemungkinan Markus bertemu dengan Yesus di Yerusalem (walaupun diduga
markus masih remaja), meskipun dia sendiri bukan termasuk pengiringNya. Markus
juga menyertai dan membantu barnabas dan paulus maupun Petrus dalam Pekabaran
Injil mereka. Jadi Markus menjadi penginjil dalam arti yang lain daripada
“pengarang suatu Injil” Injil Markus ini muncul dari gerakan Zending, tetapi
sumbernya hanya dari Petrus saja dan sedikit pengaruh paulus, walaupun tidak
terbukti.
Menurut Papias (th 115
M), melalui Eusebius (th 375M), tercatat bahwa markus juru bahasa Petrus,
menulis dengan teliti berdasarkan seingatnya apa yang ia dengar dari
pengikutannya kepada Petrus tentang hal-hal yang dikatakan dan dilakukan yesus,
dan membuat pengajaranya sesuai dengan keperluan (keadaan). Jadi bukan dari
perkataan Tuhan. Menurut kabar dari Ireneus dan Klemens dari Alexandrianus
(150-215 M) yang dikutip oleh Eusebius, yang mengatakan bahwa Markus mulai
mengarang Injilnya atas desakan pendengar-pendengar Petrus di Roma, tentang
pemberitaan Petrus secara lisan (sewaktu Petrus masih hidup), dan Markus baru
saja menamatkan pekerjaan penulisannya saat Petrus sudah meninggal. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Origenes, pengganti Klemens (th 225M), bahwa Markus
menulis Injilnya bagi kita mengenai segala sesuatu yang dijelaskan Petrus
kepadanya sepeninggal Petrus dan Paulus.
WAKTU PENULISAN
Menurut
tradisi gereja, yaitu dalam kutipan Papias, kata-kata “seberapa banyak ia
mengingat” menyatakan bahwa Petrus sudah meninggal. Hal ini cocok dengan kata
pengantar dalam suatu salinan Injil markus (“antimarcionitische Proloog”) dan
tulisan Ireneus +/- tahun 170: “… ia yang menjadi juru bahasa Petrus yang
mengarang Injil ini sesudah Petrus meninggal dijajahan Italia, yaitu antara
tahun 65-68 M.
Origenes
dan Klemens dari Aleksandria berpendapat bahwa Markus menulis kitab Injil
tersebut atas dasar pendiktean Petrus dan naskah terakhir disetujui Petrus. Hal
ini berarti bahwa Injil ini ditulis sebelum Petrus meninggal (tahun 64M).
Ireneus berpendapat bahwa Injil ini ditulis setelah kematian Petrus (64 M) dan
Paulus (67M). Dan apabila Injil Markus menetapkan bahwa pembinasaan kota
Yerusalem dipandang sebagai hal yang masih akan terjadi, maka Injil Markus
diperkirakan ditulis antara th 64 (saat kematian Petrus) dan tahun 70M
(hancurnya kota Yerusalem). Bila dilihat dari kesengsaraan dan penganiayaan karena
iman kepada Kristus yang disebut dalam markus (8:34-38; 10:33-35; 13:8-13).
Dengan demikian Injil ini ditulis antara tahun 60-70 M, saat Kaisar Nero
berusaha menyalahkan orang-orang Kristen atas terbakarnya kota Roma (th 64M).
JAT Robinson berpendapat bahwa Injil markus ditulis sebelum th 70 M, bahkan
jauh sebelum waktu tersebut, dengan alas an pernyataan apokaliptik dalam Markus
13:1-37, yaitu Yerusalem “akan” jatuh ketangan Roma.
TEMPAT PENULISAN
Menurut
tradisi gereja, Injil Markus ditulis di Italia, yaitu dimana Petrus meninggal,
dijajahan Italia. Dan menurut Ireneus dan klemens dari Aleksandria, Injil
markus ditulis di roma, terlihat dengan terdapatnya banyak kata-kata Latin,
seperti: dinar, legion, kondrantes (Lat. Quadrans, duit, Mrk 12:42) dll (Mrk
14:65; 15:19), tidak menunjuk ke Italia, melainkan ke semua tempat, dimana
bahasa latin mempengaruhi bahasa Yunani atau suatu bagian kekaisaran Roma
dimana dipakai bahasa latin.
ISI DAN TEMA INJIL MARKUS
1.
Injil ini penuh dengan kegiatan yang lebih menekankan
“apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan-Nya.” (Markus
mencantumkan 18 mujizat dan hanya 4 perumpamaan)
- Injil ini khususnya ditujukan untuk orang Kristen non Yahudi (orang Romawi), akan tetapi menjelaskan adat istiadat Yahudi dan meniadakan kisah kelahiran, karena bagi masyarakat “gentile” kisah kelahiran tidaklah terlalu dikhususkan.
- Injil ini bernada mendesak, dari satu bagian ke bagian yang lain--seketika itu juga
- Menggambarkan peristiwa-peristiwa kehidupan yesus dengan ringkas dan cepat.
Tema Injil Markus adalah Yesus
sebagai “Hamba yang menderita” (Markus 8:31). Banyak ayat yang menyebut
penderitaan sebagai harga kemuridan (Mrk 3:2, 22, 30 ; 8:34-38; 10:33-34, 45;
13:8-11, dll)
MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
1.
Memperkuat dasar iman bagi orang percaya di Roma dan
jika diperlukan mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil dengan
memperhadapkan kepada mereka kehidupan, penderitaan, kematian serta kebangkitan
Yesus Kristus.
- Untuk memproklamirkan kabar baik tentang kemenangan Allah atas segala kuasa jahat. Kemengan ini diwujudkan didalam dan oleh Yesus Kristus dan berlaku untuk seluruh dunia
- Ada banyak keterangan tentang adat istiadat dan perkataan Aram sehingga sangat membantu bagi orang-orang “Gentile” untuk memahami kehidupan masyarakat Yahudi
Injil Markus
merupakan suatu ralat terhadap pandangan Dosetisme, yang menyatakan:
- Kemanusiaan Yesus hanyalah suatu khayalan
- Keillahian yesus ada saat baptisanNya dan meninggalkanNya sebelum peristiwa penyaliban
- Yesus hanya kelihatan sebagai manusia ( “dokeo” , menyerupai)
Markus
menggambarkan Yesus sebagai Messias yang terungkap dalam kehidupan seorang pribadi
manusia.
Rumusan Inti Berita Injil Markus
1.
Maksud
Markus dengan menulis Injil ini dinyatakan dalam ayat pertama:”Inilah permulaan
Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.” (1:1). Markus ingin menyatakan Yesus
sebagai Anak Allah. Istilah “Yesus Kristus, Anak Allah” sering terdapat dalam
Injil markus ini. Hanya perlu diperhatikan bahwa uraian dalam Markus tentang
Yesus Kristus sebagai Anak Allah tidak terjadi secara dogmatis atau teoritis,
tetapi secra praktis melalui pemberitaan tentang Yesus yang berkuasa atas
segala macam penyakit, dan dengan kuasa Ilahinya Dia mengusir setan-setan yang
merasuki orang pada saat itu. Dialah tuhan diatas alam semesta. Hanya dengan
satu kata cukup untuk meredakan angina rebut (4:39). Setelah mati dikayu salib,
kepala pasukan Romawi berkata:”sungguh orang ini adalah Anak Allah” (15:39).
Oleh karena Markus tidak pusing dengan uraian Teologis, maka ia lebih
mengutamakan perbuatan-perbuatan Yesus daripada perkataanNya. Meskipun demikian
Ia juga mengajar murid-muridNya (8:32 dst) Tetapi ia tidak begitu sering
menyinggung apa yang diajarkanNya kepada mereka ataupun kepada orang lain. Satu
hal yang perlu diketahui bahwa kitab ini bersifat praktis adalah pemakaian kata
“segera”. Kata ini terdapat 8 kali pada pasal pertama, dalam seluruh Markus
terdapat 42 kali, padahal dalam Matius hanya terdapat 7 kali dan Lukas hanya 1
kali. Sidlow Baxter berkata:”Kata ini merupakan tanda tangan Markus yang
menandai berulang kali perbuatan-perbuatan yang diberitakannya.”
2.
Markus
tidaklah bermaksud menulis riwayat hidup Yesus. Markus bermaksud memberitakan
“Injil tentang Yesus Kristus” atau lebih tepat “Injil Yesus Kristus”. Perlu
diperhatikan juga bahwa Markus tidak memperkenalkan orang banyak. Seluruh Injil
ini dipusatkan pada hal yang paling penting, yaitu pelayanan Yesus Kristus,
yang menuju pada kematianNya dikayu salib dan kebangkitanNya. Kalau kita
perhatikan panjangnya Injil, maka menjadi jelas bahwa segi penderitaan Yesus
diberi banyak tempat, dibandingkan dengan kitab-kitab Injil lain.
3.
Yang
diberitakan oleh Markus adalah sesuatu yang baru untuk para pembaca. Oleh
karena itu sangat sederhana bahasa dan susunannya. Injil ini tidak menuntut
banyak pengetahuan teologis. Tidak perlu pengetahuan yang dalam tentang PL.
Juga tidak banyak kotbah-kotbah dan pengajaran-pengajaran. Yang diberikan
perhatian khusus adalah mujizat-mujizatNya. Kalau kita perhitungkan panjangnya
Injil ini, maka peristiwa mujizat yang dilakukan Yesus lebih banyak dicatat
disini ketimbang di Injil yang laiinya.
4.
Oleh
karena Markus tidak mencatat kotba-kotbah Yesus sebagaimana Matius mencatatnya,
maka Injilnya menjadi kitab yang paling pendek. Ada hanya beberap ayat saja
yang menyangkut kotbah di Bukit (9:50; 4:21; 11:25-26; 1:22).
Perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang panjang lebar diuraikan
dalam matius 13, hanya secara ringkas disebut Markus dalam (4:1-20). Perintah
Yesus kepada para rasul dalam matius 10 terdiri dari 42 ayat, dalam Markus
hanya ada 7 ayat. Sedangkan teguran Yesus terhadap kota-kota di Galilea yang
tidak mau bertobat, tidak disebutkan dalam Markus. Hal “Kerajaan” yang menjadi
pokok utama dari pengajaran Yesus yang dalam matius disebut lebih dari 50 kali,
dalam markus hanya disebut 14 kali saja. Semuanya ini menggaris bawahi bahwa
Markus adalah Injil yang khusus menceritakan perbuatan dan pekerjaan Tuhan
Yesus.
LUKAS
(YESUS
ANAK MANUSIA DATANG UNTUK MENCARI DAN MENYELAMATKAN YANG TERHILANG)
LATAR BELAKANG
Diantara ketiga Injil Sinopsis, Lukaslah yang
paling banyak memberikan keterangan tentang asal usulnya sendiri. Pada kata
pembuka (1:1-4) adalah kata kunci bagi kitab ini, dan sekaligus juga bagi kitab
Kisah para Rasul tentang siapa penulis kedua kitab ini. Dari kata pembuka dapat
ditarik bebrapa hal, yaitu:
Pada jaman
penulis sudah ada karya-karya lain yang mengisahkan hanya suatu bagian dari
kehidupan yesus atau bahkan kehidupan dan pekerjaan Yesus yang tidak benar,
sehingga penulis merasa perlu untuk menuliskan Injilnya karena ketisak puasan
terhadap penulisan lain tentang Yesus yang sudah beredar pada saat itu.
Bentuk
catatannya sudah mengenal bentuk yang sistematis, dimana penyusunan berita
didasari atas fakta-fakta yang ada (“menyusun suatu berita” – 1:1)
Fakta-fakta
ini sudah dikenal baik dikalangan umat Kristen dan diterima secara terpisah
dari berita tulisan yang ada (“telah terjadi diantara kita”- 1:1)
Penulis
merasa dirinya berpengatahuan yang sama dengan penulis lainnya dalam membuat
laporan (“Karena itu … aku mengambil keputusan untuk membukukannya’)
Keterangan
yang diperolohnya berasal dari sumber resmi yang dapat dipercaya (“yang dari
semula adalah saksi mata dan pelayan Firman”- 1:2)
Lukas
mengenal baik fakta-fakta itu, baik melalui pengamatan maupun penyelidikan. Ia
berada satu generasi dengan mereka yang menyaksikannya (“setelah aku
menyelidiki segala peristiwa itu”). Pengetahuan tentang Kristus dikumpulkan
dalam beberapa tahun dari masa hidupnya, dan selama masa itu ia telah
berhubungan dengan para rasul, saksi mata dan mungkin dengan teman pribadi atau
sanak saudara Yesus. Melalui dorongan Roh Kudus, Lukas memilih
kejadian-kejadian yang direkamnya dan bahasa yang digunakannya.
Dibandingkan
dengan Injil lain, Injil Lukas mengandung banyak keterangan yang paling
mewakili Kristus.
Istilah
“dengan teratur” berarti bahwa ia memiliki suatu rencana prosedur penulisan
yang pasti, benar dan dalam urutan yang logis.
Tulisan Lukas
ditujukan pada seorang pria kalangan atas, Teofilus yang berarti “kekasih
Tuhan”, “dikasihi Tuhan”, atau suatu julukan “yang mulia” (biasa digunakan pada
pejabat pemerintah atau kaum bangsawan). Teofilus mungkin adalah murid atau
rekan Lukas, pendukung yang bertugas menyebarkan karya Lukas.
Kesimpulannya
bahwa penulis adalah seorang yang mempunyai bakat sastera.
Penulis:
Tradisi dan
sejarah gereja abad pertama mengakui dan menetapkan bahwa Lukaslah penulis dari
Injil ini dan juga Kitab Kisah para Rasul. Bukti lain yang memperkuatnya adalah
tulisan Ireneus yang mengatakan bahwa “Lukas, teman seperjalanan Paulus teleah
mencatat Injil yang diberitakan Paulus dalam suatu kitab.”
Lukas adalah seorang tabib
seperti yang disebut paulus dalam suratnya untuk jemaat di Kolose (Kol 4:14).
Ia mendapat banyak informasi sebagai bahan tulisannya dari paulus dalam
perjalanan misi yang pertama dan ketiga (Kisah 16:10, 27-28). Bukti internal
lainnya ada dalam Filemon 24. Dia adalah seorang non yahudi dan tradisi
menyatakan bahwa ia berasal dari Antiokhia di Siria.
WAKTU PENULISAN
Berdasarkan atas
data-data sejarah abad kedua yang diambil dari Ireneus, Eusebius dan Muratori
dapat diambil suatu pernyataan bahwa Lukas menulis pada tahun 58-63 --- (62)
TEMA UTAMA
“Yesus Kristus
Anak Manusia sahabat orang berdosa dan mengasihi orang berdosa”. Tema Injil
Lukas ini terlihat jelas pada pasal 19:10 “Sebab Anak manusia datang untuk
mencari dan menyelamatkan yang terhilang.” Ayat ini hanya ditemukan di Injil
Lukas saja.
KEISTIMEWAAN INJIL LUKAS
1.
Hanya Injil Lukas yang didahului dengan pendahuluan
2.
Hanya Injil Lukas yang memiliki alamat tujuan yang
jelas ---- Teofilus
3.
Didalamnya ada nyanyian pujian
4.
Menceritakan kunjungan Yesus ke Yerusalem pada umur 12
tahun
5.
Menyatakan bahwa Yesus berumur kira-kira 30 tahun waktu
Ia memulai pelayanan-Nya
6.
Menceritakan belas kasihan Yesus pada penjahat yang
bertobat dikayu salib
7.
Lukaslah satu-satunya orang non yahudi yang menulis
Injil
8.
Hanya Lukas yang menceritakan tentang pertobatan
Zakheus
9.
Hanya Lukas yang menceritakan mujizat yang dilakukan
Yesus atas telinga Malchus
Corak umum yang
terdapat dalam Injil Lukas adalah “Contrast” dan “Doublets”. Contrast artinya bahwa
Injil Lukas selalu memperlihatkan hal-hal yang kontrast atau berlawanan,
seperti “anggur lama dan anggur baru”, “mendirikan rumah diatas batu dan diatas
pasir”. Doublets artinya bahwa Injil Lukas selalu mendua kalikan frase atau
kalimat, seperti Lukas 8:16 yang doublets dengan Lukas 11:33. Ada 14 Doublets
dalam Injil Likas.
INJIL YOHANES
LATAR BELAKANG
Injil Yohanes memiliki latar belakang yang
kompleks. Hal ini dimungkinkan karena adanya corak Judaisme dan Helenisme yang
sangat kental yang merupakan warna dari Injil ini. Latar belakang Helenisme
dan pengaruh filsafat Yunani seperti Gnostik, mulai terlihat sejak permulaan
Injil ini. Jelasnya dalam penempatan tokoh Yesus sebagai Logos (1:1). Istilah –
istilah lainnya yang bercorak pemikiran Gnostik diantaranya, “terang dunia,
garam dunia, dll”. Latar belakang Judaisme yang kental dalam Injil ini
terlihat dari adanya pemikiran-pemikiran Yahudi dalam istilah-istilah seperti
Rabbi, Mesias, Anak Allah, anak manusia, dll. Juga penyebutan tokoh-tokoh
Yahudi seperti Abraham, Musa, dll.
Suasana
keagamaan saat Injil ini ditulis menunjukkan adanya percampuran kepercayaan
(sinkritisme) antara Judaisme, Helenisme, Gnostik dan agama-agama kafir
lainnya. Kekeristenan berada dalam ancaman sinkritisme tersebut, bahkan seiring
dengan masuknya orang-orang kafir (non Yahudi / gentile) menjadi penganut agama
Kristen, masuk pula pengaruh sinkritisme tersebut dalam gereja. Injil
Yohanes dimunculkan untuk mengkomunikasikan Yesus Kristus, Anak Allah, dengan
menggunakan pemikiran-pemikiran Yunani (Helenisme) untuk menghadapi (melawan)
pengaruh sinkritisme tersebut.
PENULIS INJIL YOHANES
A. Bukti internal tentang
diri penulis yang mengarah pada diri Yohanes anak Zebedeus adalah:
Ia adalah seorang Yahudi dan terbiasa berpikir dalam
bahasa Aram, meskipun Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani (misal: sedikit
dipakai anak kalimat, tidak jarang diselipkan kata-kata Ibrani atau Aram)
Ia sangat mengenal adat istiadat orang Yahudi:
Pengharapan umat Yahudi akan kedatangan Mesias
(1:19-28)
Perasaan orang yahudi pada orang Samaria (4:9)
Keeksklusifan mereka dalam hal beribadat (4:20)
Mengerti tentang perayaan-perayaan Yahudi, yang
diterangkannya dengan teliti.
Ia adalah orang Yahudi Palestina, yang mempunyai
hubungan pribadi dengan negeri itu terutama Yerusalem dan sekitarnya (9:7;
11:18; 18:1)
Ia tidak asing dengan kota-kota di galilea (1:44;
2:10 dan wilayah orang Samaria (4:5-6, 21)
Ia adalah saksi mata dari kejadian-kejadian yang
direkamnya (1:14; 19:35; 4:6; 12:3, pasal 18-19)
Ia bersama-sama Yesus sejak awal karirNya, karena ia
menyinggung peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum awal pelayanan Yesus
Ia adalah “murid yang dikasihi” teman dekat Petrus,
dan ia sangat dekat pada Yesus pada perjamuan malam terakhir (13:23), saat
pengadilan-Nya (18:15-16) dan saat dibawah kayu salib (19:26-27)
Ia menyaksikan pengadilan dan kematian Yesus, serta
menerima tanggung jawab atas ibu Yesus, saat Yesus mempercayakannya kepadanya
(19:26-27)
Yohanes,
penulis kitab ini adalah salah satu anak Zebedeus (Markus 1:19-20). Zebedeus
adalah seorang nelayan (pengusaha penangkapan ikan di Yerusalem) dari galilea
dan isterinya Salome saudara wanita maria, ibu Yesus (bdg Matius 27:56; mrk
15:40; Yoh 19:25). Ia mengikuti Yesus dalam perjalan kelilingnya yang pertama
di galilea (Yoh 2:2). Yohanes adalah adik laki-laki Yakobus (Mrk 3:17). Ia
adalah teman sekerja (sebagai nelayan) bersama Andreas dan Petrus.
Penulis hidup
lama setelah era kekristenan, terlihat jelas dari panjangnya umur penulis, dan
kemungkinan kematiannya terjadi pada akhir abad yang pertama yaitu pada usia
yang sangat lanjut, dimasa pemerintahan kaisar Trayanus (98-117 M)
Pembawaan Yohanes yang semangat,
terkesan kasar dan gegabah, kekerasan wataknya yang tercermin dari bahasanya
yang keras (8:44; I Yoh 3:10), namun juga memperlihatkan sifat kasih yang luar
biasa (4:7), tidaklah menjadi bukti bahwa ia tidak konsisten dari watak yang
berapi-api, tetapi menunjukkan bahwa Yohanes adalah contoh seorang manusia yang
pernah menjadi pendosa besar, tetapi kemudian diubah oleh Yesus menjadi saksi
yang besar.
B. Bukti eksternal tentang
diri penulis yang mengarah pada Yohanes anak Zebedeus, adalah:
Berdasarkan tradisi lisan, Yohaneslah yang paling
lama hidup. Yohanes masih hidup saat Kaisar Trayanus mulai memerintah (98-117
M)
Catatan Bapa Gereja seperti Ignatius (35-115 M),
Polikarpus, murid Yohanes (69-155 M). Yustinus Martyr (95-167M), Clement dari
Aleksandria, Tertulianus dll yang menunjukkan bahwa Yohanes anak Zebedeus yang
menulisnya
Injil ini dicantumkan dalam fragment Muratori dan
Diatesaron (170 M) yang menyebutkan Yohaneslah sebagai penulisnya.
Catatan Papias yang dikutip oleh Eusebius, yang
menyebutkan Yohanes salah seorang murid Yesus dan seorang penatua bernama
Yohanes, murid Tuhan lainnya yang hidup sejaman.
Diketemukan dua buah kubur di Efesus, keduanya bagi
orang yang semasa hidupnya disebut Yohanes.
WAKTU DAN TEMPAT PENULISAN
Perkiraan waktu
penulisan berkisar antara tahun 90-100 M, bahkan lebih belakangan
daripada itu. Ditulis di Asia Kecil, mungkin di Efesus, menjelang akhir
abad yang pertama. Ditulis dalam kalangan umat bukan Yahudi, dengan alasan
perayaan dan adat istiadat orang yahudi diterangkan bagi mereka yang tidak
mengenalnya (2:13; 4:9; 19:31). Tradisi gereja menceritakan bahwa Yohanes
menjalani hukuman dipulau Patmos saat pemerintahan kaisar Domitianus. Setelah
pembuangan, ia kembali ke Efesus dan menetap disana sampai ia meninggal dunia
diusia yang sudah sangat lanjut, dan menulis Injil Yohanes ini.
Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan Tujuan dari penulisan Injil Yohanes ini
adalah:
Untuk mempertahankan suatu keyakinan (apologetic)
Dimaksudkan bagi mereka yang telah memiliki sedikit
minat filsafat (14:8)
Untuk melengkapi berita tentang kehidupan dan
pekerjaan Yesus yang sudah ada pada masa itu dan yang sudah dinyatakan secara
tertulis dalam Injil Synoptic.
Dimaksudkan untuk menyajikan berita yang baru kepada
masyarakat yang belum pernah ditulis sebelumnya
Memberitahukan kepada para pembaca sesuai pasal
20:30-31supaya pembaca percaya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup dan oleh iman didalam nama-Nya mereka yang percaya memperoleh hidup yang
kekal.
Injil Yohanes
ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang telah lama tinggal diluar
Palestina (Yahudi diaspora) yang tidak memahami lagi adat istiadat orang
Yahudi. Hal ini dapat dibuktikan dari penjelasan mengenai hari-hari raya Yahudi
(2:13; 6:4; 7:2; 11:55) dan penjelasan adat istiadat orang Yahudi (2:6; 4:9;
10:40). Penjelasan ini ditujukan bagi orang percaya juga yang ada diseluruh
dunia, terlihat adanya kata “dunia” yang disebutkan sebanyak 78 kali dalam
Injil ini.
Ciri khas Injil Yohanes
Injil Yohanes memiliki ciri-ciri
khusus antara lain:
Ia tidak memuat kisah perumpamaan dan hanya tujuh
mujizat, lima diantaranya tidak termuat dalam kitab Injil yang lainnya.
Pengajaran Yesus didalamnya lebih menyangkut
pribadiNya daripada etika tentang Kerajaan.
Percakapan pribadi jauh lebih banyak.
Hubungan pribadi Yesus lebih ditekankan daripada
hubungan umum antara Dia dangan masyarakat
Injil ini sangat bercorak teologis, terutama membahas
sifat-sifat pribadi Yesus serta makna iman kepada-Nya.
ISI INJIL YOHANES
Tokoh-tokoh yang
menonjol dari Injil Yohanes ialah: Nikodemus, Filipus, Tomas, Maria dan Marta
serta Maria ibu Yesus. Keilahian Yesus nampak dari wawasan kekuasaanNya melalui
ke tujuh mukjizat yang dilakukanNya (pasal 2-11), dimana hal ini terjadi pada
saat manusia tidak kuasa mengubah hukum atau keadaan yang mempengaruhi hidup
mereka, dan pekerjaan yang dilakukanNya menjadi bukti dari kemampuan
adikodratiNya. Yesus menunjukkan kekuasaan yang dimilikiNya atas benda, manusai
dan adat istiadat (2:1-22) serta memperjelas kecukupan diri Yesus bagi semua
orang, seperti yang terjadi atas Nikodemus, wanita Samaria, seoarang bangsawan
dari galilea dan seorang asing.
Ada tiga kata
yang menonjol dalam Injil Yohanes ini yaitu: “tanda, percaya dan hidup,”:
a. Tanda
Kata ini
menunjuk pada perbuatan / mujizat yang dilakukan oleh Kristus (7 mujizat)
b. Percaya
Menekankan
respon dari umat untuk menerima Kristus dalam kehidupan mereka. Penulis
menekankan tentang keIlahian Kristus
c. Hidup
Menunjukkan
pada kehidupan kekal atas sikap percaya dan meenerima Kristus
Dalam tanda ada pernyataan Tuhan,
dalam percaya ada reaksi yang diharapkan muncul, dan dalam hidup ada akibat yang dihasilkan oleh
percayanya.
PENEKANAN
Injil ini lebih menekankan hubungan pribadi Yesus
dengan manusia. Ada 27 percakapan yang tercatat.
Injil Yohanes menekankan keilahian Yesus Kristus,
Anak Allah secara lebih tegas:(1:1;10:30 ; 8:58; 14:9; 20:28).
3.
Hanya Injil Yohaneslah yang menulis tentang
pra-eksistensi dari Kristus (1:1-18)
4.
Injil Yohanes tidak mencatat mujizat sebanyak injil
Sinoptik, hanya 7 saja dimana hanya 3 diantaranya yang sama dengan Injil
Sinoptik
5.
Ada tujuh pokok kesaksian Kristus tentang diriNya
“AKULAH”
6.
Injil Sinoptik mencatat 1 kali kunjunganNya ke
Yerusalem,Yohanes mencatat 5 kali, 3 kali pada hari raya Paskah (2:13; 5:1;
11:55), 1 kali pada hari raya Pondok Daun (7:2) dan 1 kali hari raya
Pentahbisan bait Allah (10:22).
7.
Pelayanan Yesus dalam Injil Sinoptik lebih banyak di
wilayah Galilea, sedangkan dalam Injil Yohanes lebih banyak di Yudea, khususnya
disekitar kota Yerusalem.
STRUKTUR INJIL YOHANES
Hubungan Yesus Dengan Keallahan Nya
(1-2)
Yesus
Sudah Ada Sebelum Penciptaan
Perhatikan
kata “pada mulanya,” “in the beginning.”
Firman
atau the Word disebutkan disini – memiliki kondisi kekekalan.
- Jesus memiliki suatu “FACE-TO-FACE” relationship with God
a.
“Firman itu
bersama-sama dengan Allah”, “The Word was with God”
b.
Kata dengan/ with
menunjukkan adanya personal communication.
Yesus
memiliki KE-ALLAH-AN secara penuh
“Firman
itu adalah Allah,” and the Word was God.
Yesus
memiliki keberadaan Illahi, segenap
sifat dan kuasaNya.
HUBUNGAN YESUS DENGAN DUNIA NYATA (3)
Yesus
adalah "agen" aktif dari penciptaan
Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia
Tanpa
Dia, sesuatu yang sudah ada ini tidak bisa terjadi
Yesus
Menjadikan Segala Sesuatu
Oleh
Dia segala sesuatu tercipta (Kol 1:16)
Lewat
siapa (Anak) demikian juga Dia (Bapa) menjadikan dunia.
HUBUNGAN YESUS DENGAN DUNIA MORAL (4)
Yesus
adalah pemberi hidup
Dalam
Dia ada Hidup
Ia
datang untuk memberi hidup (10:10).
Yesus adalah sumber dari terang
Dan
hidup itu adalah terang manusia.
Sebagai
pemberi hidup, Ia adalah sumber terang untuk manusia dalam dunia yang secara
moral sangat gelap (Yoh 8:12).
HUBUNGAN YESUS DENGAN KEGELAPAN (5,9)
Yesus
menantang Kegelapan Moral
Terang
itu bercahaya di dalam kegelapan
Sebagai
terang yang sejati, Ia melawan moral yang gelap di dunia ini.
Yesus
Menang atas Kegelapan
a.
“Kegelapan itu tidak
menguasainya
b.
Dengan percaya kepada
Yesus, mereka yang hidup dalam kegelapan dunia mampu keluar dari kegelapan (Yoh
12:46).
c.
Ia adalah terang yang
sejati, yang memberi terang kepada semua (1:9).
HUBUNGAN YESUS DENGAN KEMANUSIAAN
(10-13)
- Yesus adalah Pencipta
a.
Dunia dijadikan lewat
Dia
b.
Kata dunia juga
menunjuk kepada umat manusia
- Yesus adalah Pemberi Warisan
a.
Ia datang kepada milik kepunyaanNya
… tetapi dunia tidak mengenal Dia
b.
Milik kepunyaanNya
sendiri tidak menerima Dia (BangsaNya –
Israel dan sebagian keluarganya sangat skeptical hingga kebangkitanNya)
c.
Namun seberapa yang
menerima Dia
Yang
percaya namaNya
Diberi
hak untuk menjadi Anak Allah
Diberikati
dengan diperanakkan oleh Allah (Yoh 3:5-7)
HUBUNGAN YESUS DENGAN ALLAH BAPA (14, 18)
Yesus
menjadi manusia
Firman
itu menjadi daging
Tinggal
di tengah-tengah kita
Yohanes
dan yang lain-2 melihat kemuliaanNya
Ia
adalah Anak Allah yang Tunggal.
Yesus
sendiri telah melihat dan menyatakan Keberadaan Allah
Tidak
seorangpun pernah melihat Allah (Lihat Kel 33:20; Yoh 6:46)
Namun
Ia menyatakan keberadaan Allah itu sendiri (Yoh 14:9; Mat 11:27
HUBUNGAN YESUS DENGAN ANUGERAH DAN
KEBENARAN (14, 16-17)
- Yesus adalah Kepenuhannya - penuh rahmat dan kebenaran
- Yesus memberikan kepenuhanNya - karena dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia .
Kesimpulan
Isi, ajaran-ajaran serta perbedaannya
dengan Injil Sinoptik menempatkan Injil Yohanes sebagai pelengkap bagi Injil
Sinoptik. Injil ini memperkenalkan tentang Kristus secara utuh, baik aspek
keilahianNya maupun aspek kemanusiaanNya. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang
yang percaya kepadaNya (memberikan respon) akan memperoleh hidup kekal. Injil
ini juga ditampilkan dengan corak Judaisme dan Helenisme kepada semua orang
tanpa memandang etnis ataupun perbedaan lainnya. Artinya kasih karunia Allah
diberikan kepada semua orang yang percaya kepadaNya.
KISAH PARA RASUL
Pendahuluan
Kisah Para Rasul merupakan
kelanjutan dari Injil Lukas (pasal 1:1). Bahasa dan gaya bahasa yang digunakan
dalam Kisah Para Rasul membuktikan pula adanya hubungan yang sangat erat dengan
Injil Lukas. Hal –hal yang tidak begitu jelas dalam Injil Lukas diperjelas dalam
Kisah Para Rasul, hal ini menimbulkan asumsi bahwa penulis kedua kitab tersebut
adalah orang yang sama.
Latar Belakang Penulisan
Latar belakang peristiwa disebutkan
dalam kitab ini, dimana penulis menganggap para pembacanya sudah memahami
urutan peristiwa dengan tepat tanpa perlu uraian lebih lanjut. Dalam kitab ini
pula digambarkan bagaimana terjadinya perpisahan antara Judaisme dengan
kekeristenan yang mengalami perkembangan dengan pesat. Dalam perkembangan
kekristenan yang demikian pesatnya disatu sisi, terjadi pula penganiayaan
orang-orang kristen disisi yang laian. Hal ini terjadi karena kekristenan
dianggap musuh oleh Judaisme maupun pemerintahan Romawi.
Penulis Kitab
A. Bukti Internal
Ada bukti
internal yang mendukung bahwa Lukas sang tabib sebagai pengarang kitab ini
KPR 1:1, adalah kelanjutan dari Injil
Lukas (bdg Luk 1:1)
Bahasa dan gaya bahasa dari kedua kitab
tersebut sama
Ditujukan kepada orang yang sama, yaitu
Teofilus
Penekanan yang memiliki kemiripan
berkenaan dengan orang “Gentile”(Kristen non Yahudi) serta perlunya pemberitaan
Injil keseluruh dunia
Akhir dari Injil Lukas merupakan awal
dari KPR (adanya kelanjutan kisah)
B. Bukti
eksternal
Prolog Lukas yang ditulis oleh kelompok
anti-marcion pada abad 2M
Fragment Muratori baris 2-8 dan 34-39
Catatan Ireneus akhir abad 2 M.
Catatan bapa-bapa gereja lainnya yang
menerima Lukas sebagai penulis KPR.
Waktu dan tempat Penulisan
Berdekatan dengan penulisan Injil
Lukas, sebab kitab ini merupakan kelanjutan dari Injil Lukas
Maksud dan Tujuan penulisan
Sebagai kesaksian tentang penginjilan,
bagaimana Injil tersebar keseluruh dunia
Memberikan kesaksian tentang lahirnya
gereja
Karya keselamatan yang juga menjadi
milik orang Gentile (non Yahudi / kafir)
Memberikan kesaksian tentang penderitaan
yang dialami gereja Tuhan dalam perkembangannya
Ciri Khas
1. Gereja, dari kata eklesia yang berarti dipanggil dari gelap menuju terangnya yang ajaib.
- Amanat gereja, yaitu menjadi saksi Kristus keseluruh dunia (Kisah 1:8)
- Rasul-rasul Kristus, mereka banyak mengalami tantangan dan aniaya, tetapi sejak hari Pentakosta mereka tidak pernah gentar dan terus menjadi saksi Kristus memberitakan injil.
4. Peranan
Roh Kudus, nyata sekali dalam gerakan kebangunan rohani dan perkembangan gereja
mula-mula yang dimulai dari perubahan secara radikal dalam diri para murid
untuk berani bersaksi dan memberitakan injil.
Isi Kitab
Perkembangan
gereja mula-mula terutama dari peralihannya dari Yudaisme
Tantangan
yang dihadapi oleh jemaat mula-mula
Cara
hidup jemaat mula-mula yang menjadi teladan ditempat mereka berada.
Penyebaran
injil yang meliputi seluruh daerah Asia, Eropa dan sampai dikota Roma.
Penyebaran ini dilakukan secara khusus oleh Paulus untuk orang non Yahudi dan
Petrus melakukannya untuk orang Yahudi.
Karya
Roh Kudus yang menjadikan Injil tersebar keseluruh dunia, manifestasi kuasa Roh
Kudus yang mengherankan bangsa-bangsa dengan mujizat.
Pintu
kasih karunia Allah tentang keselamatan yang hanya terdapat didalam Tuhan Yesus
dibukakan juga kepada bangsa-bangsa non Yahudi.
Pentingnya Kisah Para rasul
Kitab
ini menjadi “jembatan” antara kitab Injil dengan Surat-surat Paulus
Menunjukkan
karya Roh Kudus seperti yang telah dijanjikan oleh Kristus
Memberikan
gambaran bagaimana Injil tersebar ke bangsa-bangsa
Apa itu Kisah Para Rasul?
Mengapa Kisah Para Rasul terkesan hanya berbicara tentang Petrus dan
Paulus?
Karena
penyebaran Injil melalui Petrus dan Paulus menggambarkan maksud kehendak Allah
mengenai karya keselamatan yang dikerjakan-Nya didunia ini. Keselamatan bagi
bangsa Yahudi (dilambangkan oleh pekabaran Injil yang dilakukan oleh Petrus
bagi orang Yahudi), setelah itu pintu keselamatan terhadap bangsa lainpun
terbuka (dilambangkan dengan penyebaran Injil oleh Paulus bagi bangsa
non-Yahudi). Mereka hanya alat Tuhan untuk penyebaran Injil, dan penekanan yang
sebenarnya adalah karya Roh Kudus yang sedemikian dahsyatnya dalam penyebaran
Injil dan perkembangan Gereja Tuhan.
Karena
Lukas yang menulis kitab ini adalah teman seperjalanan Rasul Paulus dalam
penyebaran Injil, oleh karena itu Pauluslah yang paling banyak ditulis oleh
Lukas.
Karena
pelayanan kedua orang inilah yang membawa dampak yang besar dalam sejarah
perkembangan gereja, tanpa mengecilkan rasul-rasul lainnya yang turut
bekerjasama menjadi alat Tuhan dalam menyebarkan Injil keseluruh dunia.
PERJALANAN MISI PAULUS
Tahun
|
Surat
|
Tempat dan Peristiwa
|
30
|
|
Jesus mati dan dibangkitkan
|
31
|
|
Paulus bertobat, berkotbah di Damascus
dan Arabia selama 3
tahun, dan melarikan diri dari orang
Yahudi yang dibantu teman-
temannya dengan menggunakan keranjang
lewat tembok di
Damascus. Barnabas memperkenalkan
Paulus kepada rasul-rasul
di gereja Yerusalem.
|
36
|
|
Paulus kembali ke Tarsus.
|
46
|
|
Barnabas membawa Paulus ke Antiokhia
di Syria.
|
47
|
|
Barnabas dan Paulus membawa sumbangan
kepada jemaat di
Yerusalem karena bencana kelaparan
yang terjadi
|
|
|
Perjalanan Misi yang pertama
- Antiokhia di
Syria
-
Siprus—Baryesus (Elymas) dibutakan, wali negeri Sergius
Paulus bertobat.
- Perga di Pamfilia,
Yohanes Markus kembali ke rumah
- Antiokhia di
Pisidia, Paulus berkotbah di Sinagoge
- Ikonium
- Listra,
Paulus menyembuhkan orang timpang; Barnabas dan
Paulus disembah sebagai Zeus dan Hermes;
Paulus dilempari
batu.
- Derbe
- Listra
- Ikonium
- Antiokhia di
Pisidia
- Perga di Pamfilia
|
49
|
Surat Galatia
|
- Antiokhia di
Syria
- Sidang
Yerusalem (Kisah 15)
|
50
51
|
|
II. Perjalanan
Misi Kedua
(Paulus dan Barnabas tidak sependapat
untuk membawa Yohanes
Markus dalam perjalanan kedua ini;
Paulus kemudian membawa
Silas).
- Antiokhia di
Syria
- Derbe
- Listra,
Paulus membawa Timotius = Pirgia dan
Galatia bag.
Selatan
- Ikonium
- Antiokhia di
Pisidia
- Troas,
Paulus mendapatkan penglihatan tentang orang
Makedonia
- Filipi,
Lidia bertobat, wanita ahli nujum untuk mendapat keuntungan bagi tuannya
dibebaskan dari kuasa setan, Paulus dan Silas dipenjara.
- Gempa bumi
ditengah malam sehingga terjadi pertobatan di
penjara
- Tesalonika,
orang-orang Yahudi menghasut gerakan massa
untuk menyerang rumah Yason, dimana Paulus
tinggal.
- Berea,
orang-orang Berea “mencari Alkitab” untuk mencek
pesan Paulus (Kisah 17:11).
- Atena,
Paulus sendirian, ia berkotbah tentang Areopagus;
Timotius dan Silas bergabung dengan
Paulus; akan tetapi Paulus
mengirim Timotius kembali ke Tesalonika
dan Silas ketempat
lain.
|
|
I&II
Tesalonik
|
Korintus,
Paulus membuat tenda dengan Priskila dan Akwila; Timotius dan Silas bergabung
kembali dengan Paulus; Paulus pindah untuk berkotbah dari Synagoge kerumah
Titus Yustus; Krispus pejabat Synagoge bertobat; Jesus dalam sebuah
penglihatan meminta Paulus untuk tetap tinggal; Gubernur Galileo menolak
untuk menghukum Paulus; Paulus menyediakan waktu satu setengah tahun bagi
jemaat Korintus.
- Kenkrea,
Paulus mencukur rambutnya
- Efesus,
Priskila dan Akuila menyertai Paulus sampai disini, akan
tetapi segera mereka menetap disana
- Kaisarea
- Jerusalem
|
53
|
|
Antiokhia di
Siria
|
54
|
|
III.
Perjalanan Misi Ketiga
- Antiokhia di
Syria
- Galatia dan
Phrygia (Derbe, Listra, Ikonium, Antiokia di Pisida).
|
|
I
Korint.
|
Efesus,
murid-murid Yohanes Pembabtis
menerima baptisan Roh Kudus, Paulus berkotbah disekolah Tiranus, 7 anak-anak
Skewa mencoba untuk menggunakan nama Yesus dalam mengusir setan; pertobatan
dengan membakar buku-buku mantera; Dimetrius memimpin huru hara setengah kota
tentang patung Artemis; Paulus tinggal dua tahun dan tiga bulan di Efesus.
|
|
II
Korint.
|
- Makedonia
(Filipi, Tesalonika, Berea)
|
|
Roma
|
- Yunani, atau
Akhaya (Atena dan Korintus), orang-orang Yahudi
berencana untuk membunuh paulus dalam
pelayarannya menuju
ke Palestina.
- Makedonia
- Troas,
Eutikus jatuh dari loteng saat mendengarkan kotbah
Paulus
- Miletus,
Paulus berpisah dengan para elder jemaat Efesus.
- Tira, Paulus
diingatkan untuk tidak pergi ke Jerusalem.
- Kaisarea,
Paulus tinggak dirumah Pilipus; Agabus mengingatkan
Paulus dengan symbol ikat pinggang,
tentang apa yang akan
terjadi di Jerusalem.
|
56
|
|
- Jerusalem, Paulus melaporkan kepada
gereja; melibatkan dirinya
ditengah-tengah orang Yahudi untuk
menunjukkan bahwa dirinya
tidak menentang hukum Musa; di tangkap
dalam Bait Allah;
diselamatkan oleh prajurit Roma;
berbicara kepada orang Yahudi
dari tangga benteng; berbicara dengan
sidang Sanhedrin; Orang-
orang Yahudi merencanakan untuk
menyergap dengan tiba-tiba;
Klaudius Lysias mengirim Paulus ke
Feliks di Kaesarea. Paulus
berdiri dihadapan Feliks, Festus, dan
Agripa di Kaisarea,
kemudian Paulus naik banding ke
Kaisar.
|
59
|
|
IV. Perjalanan ke Roma
- Kaesarea
- Kreta,
Nasihat Paulus untuk tidak berlayar diabaikan. Datangnya
badai di Laut Mediterania
- Malta, Kapal
karam; Paulus mengibaskan ular tedung dari
tanggannya dan tidak berakibat apa-apa
terhadap dirinya atas
gigitan ular tersebut
|
|
Filemon,
Kolose, Efesus, Filipi
|
Roma, Paulus menyewa rumah sebagai
tempat tahanan dirinya,
berkotbah dihadapan orang-orang Yahudi
dan non-Yahudi; dan
selama 2 tahun menunggu sidang
dihadapan Nero.
|
61
|
I
Timothy Titus
|
Dilepaskan
dari penjara, melakukan perjalanan
berikutnya.
|
64
|
II
Timothy
|
Dipenjara
kembali dan mati sebagai martir.
|
Perbedaan antara Lukas dan
Kisah Para Rasul
Lukas
|
Kisah Para Rasul
|
Pelayanan
Kristus ketika Ia di bumi
|
Pelayanan para Murid untuk
melanjutkan karya Kristus di bumi
|
Pengajaran
langsung dari Yesus
|
Pengajaran lewat para Rasul
|
Pengenalan
akan Injil
|
Perkembangan akan berita Injil
|
Janji
tentang Roh Kudus
|
Penggenapan janji akan hadirnya
Roh Kudus
|
Kristus
untuk kita
|
Kristus didalam kita
|
Dimulai
dari kedatangan Kristus didunia
|
Dimulai dari kenaikan Kristus
ke surga
|
PAULUS DAN KEHIDUPANNYA
Latar belakang kehidupannya, siapakah dia?
Dengan
menyelidiki latar belakang kehidupannya, akan menolong kita untuk memahami dia
lebih baik lagi dan tentunya akan dapat mentafsirkan perkataannya lebih akurat.
Sebenarnya Paulus sendiri sudah memberikan gambaran mengenai latar belakang
hidupnya dalam surat-suratnya meskipun tersebar ( Kisah 22:1-21; Kisah
26:2-23).
Saulus
yang juga dipanggil Paulus adalah seorang yang lahir di Tarsus dinegeri Kilikia
(Kis 9:11; 21:39; 22:3). Ada anggapan bahwa Saulus lahir kira-kira delapan
tahun setelah kelahiran Yesus (dengan asumsi perhitungan Yesus lahir -/+ 4 SM,
sedangkan Saulus 4 M). Nama Saulus berarti:”yang disukai”. Orang tua Saulus
berasal dari suku Benyamin dan termasuk golongan orang Yahudi peranakan. Mereka
mentaati Hukum Taurat Yahudi dengan cermat dan keras (Kisah 23:6; 26:5; Fil
3:5).
Kota
Tarsus adalah ibukota propinsi Roma Syria-Cilicia pada jaman Paulus hidup (Gal
1:21). Kota tersebut berkelimpahan, memiliki hak khusus (dibebaskan dari
pajak), memiliki budaya yang tinggi dan dikenal karena banyaknya sekolah
disana. Kota ini cukup ramai karena kota ini adalah kota dagang, dimana dari
sungai Kideneus sampai Laut Tengah dipenuhi dengan kapal-kapal dagang, juga
sebuah Perguruan tinggi Yunani, kuil-kuil (rumah dewa-dewa), dan sebuah
komunitas Yahudi yang cukup besar, tempat orang menjalankan hidupnya sesuai
dengan adat yang diatur oleh Musa. Kota
asli dimana ia dilahirkan juga mempengaruhi hidupnya, dimana kota tersebut
adalah penghasil “cilicium” yang adalah bahan untuk membuat tenda, dan Paulus
sendiri dikenal sebagai seorang pembuat tenda (Kisah 18:3 bnd I Tes. 2:9).
Paulus
(nama Romawi) tidak hanya lahir di Tarsus saja, akan tetapi dia juga memiliki
kewarganegaraan dari kota yang luar biasa tersebut (Kisah 21:39), warga negara
Roma. Roma tidak memberikan hak untuk menjadi warga negaranya kepada setiap
orang, hanya sedikit saja yang mendapatkannya, dan rupanya Paulus mendapatkan
hak istimewa ini sejak ia lahir; jadi ia dapatkan dari keturunan (mungkin dari
ayah atau kakeknya) Kisah 22:28, (karena keluarga Saulus berstatus warga negara
Romawi, artinya mempunyai kedudukan social yang cukup terhormat).
Kewarganegaraan
ini sangat penting artinya, khususnya ketika dikemudian hari Paulus mengadakan
perjalanan misi dan harus berhadapan dengan pemerintahan Roma (lih. Kisah
16:37-39; 22:23-29; 25:10-12). Dalam Kisah 22:24-29, diceritakan akibat kesaksiannya ditengah orang-orang
Yahudi, Saulus hampir saja disiksa oleh seorang prajurit Romawi, akan tetapi
ketika Paulus menjelaskan tentang kewarganegaraannya, maka hal itu mengurungkan
niat serdadu tersebut. Kewarganegaraan Romawi sangat berharga, karena dengan
memiliki kewarganegaraan tersebut seseorang dapat memiliki hak-hak khusus,
misalnya pembebasan dari jenis-jenis hukuman tertentu, misalnya seorang warga
negara Romawi tidak boleh disiksa ataupun disalib.
Pendidikan Paulus
Nilai-nilai
keagamaan Israel yang diwariskan para orang tua Yahudi kepada anak-anak mereka
tidak terlepas dari peranan pendidikan yang diperoleh di Sinagoge. Anak lelaki
Yahudi mulai membaca Kitab Suci ketika mereka baru berumur lima tahun. Lalu
pada saat ia mencapai umur sepuluh tahun, ia mulai mempelajari Misynah dan
berbagai tafsiran tentang Hukum Taurat yang tercakup didalamnya. Karena itu
semasa kecilnya Saulus mendalami sejarah, adat istiadat, Kitab Suci dan bahasa
bangsanya; dimana pada usia 13 tahun, ia diharapkan telah memiliki tanggung
jawab pribadi untuk taat pada Hukum Taurat itu. Ketika Saulus beranjak dewasa,
ayahnya berpendapat bahwa sudah tiba waktunya untuk mengirimkannya ke
Yerusalem, dengan satu maksud agar anaknya dapat lebih mendalami Hukum Taurat.
Disana ia tinggal dengan saudara perempuannya yang sudah menikah (Kisah 23:16).
Ia dikirim ke Jerusalem pada sebuah sekolah dibawah didikan Prof. Gamaliel,
sebuah sekolah orang Farisi “sekolah Hilel” yang dikenal sangat liberal (Kisah
26:3). Entah itu di Tarsus atau Jerusalem digunakan bahasa Aram sehingga hal
ini mempengaruhi pola piker Saulus, itu sebabnya ia pernah menyatakan bahwa
dirinya adalah “Hebrew of Hebrews”, sebab baik dia maupun orang tuanya secara
bahasa dan budaya adalah Yahudi dan Palestina dalam orientasinya. (II Korintus
11:22 bnd dgn Hebrew dan Hellenist dalam Kisah 6:1).
Setelah
menyelesaikan sekolahnya, kemungkinan Saulus kembali ke kota asalnya, yaitu
Tarsus selama beberapa tahun. Juga ada kemungkinan Saulus pernah melihat Yesus
dari jauh, ketika ia berada di Yerusalem dan kemungkinan ia pernah mendengarkan
pengajaran Yesus. Ketika Stefanus mati, umur Saulus berkisar 30 tahun, artinya
pada waktu itu, Saulus telah diserahi tugas sebagai pemimpin orang Yahudi untuk
menganiaya para pengikut Yesus; jabatan ini tidak mungkin dipegangnya jika
umurnya belum mencapai 30 tahun keatas.
Pertobatan Paulus
Paulus
juga termasuk dalam kelompok orang Farisi “garis keras” (Kisah 26:5; Gal 1:14;
Filipi 3:5-6), dimana kelompok ini memiliki perbedaan besar yang sangat
mendasar dengan kelompok Saduki dalam hal kebangkitan tubuh (lih Kisah 23:6-8).
Paulus pada mulanya dengan kesadaran sendiri meminta ijin untuk menganiaya dan
berusaha menghalangi kekristenan (Kisah22:4; 26:9-11; Gal 1:13; Flp 3:6). Ia
adalah seorang yang sangat ‘berkobar-kobar’ hatinya untuk membunuh murid-murid
Tuhan (Kisah 9:1). Dalam perjalanan melakukan misi penganiayaan itulah Saulus
mengalami peristiwa yang merubah arah hidupnya, dimana ia berjumpa dengan Yesus.
Peristiwa itu terjadi ketika ia berjalan menuju ke Damsyik / Damaskus. Kisah
pertobatan Saulus tercatat dalam tiga pasal, yaitu dalam Kisah Para Rasul
9:3-9; 22:4-11 dan 26:12-18.
Kata
kunci dari ketiga cerita tersebut adalah: “…. Lalu kedengaranlah olehnya suatu
suara…”, artinya berdasarkan pengalaman tersebut, Paulus tidak pernah merasa
ragu bahwa dia memang pernah bertemu dengan Yesus yang telah bangkit. Dalam
surat-suratnya ia bersaksi bahwa, dialah yang paling akhir dari semua rasul
yang berjumpa dengan Yesus setelah KebangkitanNya, ”Ia menampakkan diri juga
kepadaku” (I Kor 15:8). Demikian juga ketika ia ditanyai tentang kerasulannya
(I Kor 9:1). Seorang prosecutor yang diubah menjadi pengkhotbah kaliber dunia
dan menjadi rasul terbesar sepanjang abad (bnd. Kisah 9: 3-6; 22:6-11;
26:12-15; Galatia 1:15-16). Perubahan hidup Paulus adalah juga panggilan
pelayanannya (Kisah 9:15; 22:15; 26:15-18 dan Gal 1:16).
Sumber pengajaran Paulus
Paulus
meng-“claim” bahwa sumber berita yang diajarkannya adalah hasil pewahyuan Yesus
Kristus (Gal 1:12) “apokalipseos Iesou Christou”. Hal ini dimulai dalam
perjalanannya dekat Damsyik, saat ia memburu para pengikut Kristus. Paulus
menjelaskan kepada jemaat di Galatia bahwa apa yang ia ajarkan kepada mereka
datang dari peristiwa ini dan bukan ajaran manusia yang didengungkan, akan
tetapi pengalaman pribadinya yang dahsyat dalam konteks perjumpaannya pribadi
dengan Yesus Kristus (bnd I Kor. 15:1-3). Dalam surat-suratnya ia juga mengutip
dari PL dimana ada 90 kutipan yang ia ambil dari PL dalam surat-suratnya.
Paulus menggunakan PL secara selektif dan mentafsirkannya dalam konteks PL
serta mengaplikasikannya dalam kehidupan Kristus sebagai penggenapan dari Hukum
dan nubuatan para nabi. Demikian pula lingkungan Yunani mempengaruhi juga pola
pikirnya dimana pengaruh Helinisme begitu kuat dalam hidupnya. Jadi dalam
pribadi Paulus dua pengaruh besar yaitu Judaisme dan Helinisme begitu kuat
mempengaruhi kehidupannya. Perubahan hidup Paulus bagaimanapun juga, membawanya
untuk menilai kembali iman percayanya yang dulu.
Garis Besar Pelayanan Paulus
Dengan
menggunakan data – data yang ada dalam catatan Lukas maupun dalam surat-surat
Paulus, kita dapat merekonstruksi tahun-tahun pertama pekerjaan misi Paulus.
Setelah perubahan dalam hidupnya, Paulus tinggal di Damsyik beberapa saat
(Kisah 9:19b) sebelum meninggalkannya untuk pergi ke tanah Arab (Gal 1:17).
Yang dimaksud disini bukanlah Arabian Peninsula, melainkan “Nabataean Kingdom”,
Timur Laut dari Laut Mati (Northeast of the Dead Sea).
Beberapa
ahli menduga bahwa keberadaan Paulus disana adalah dalam rangka bermeditasi
atau mengasingkan diri karena peristiwa di dekat Damsyik yang mungkin
membuatnya “shock” karena pengalaman yang luar biasa tersebut yang mengubah
hidupnya (retreat). Kesulitan-kesulitan Paulus kemudian berhubungan dengan raja
Nabataean, Aretas, adalah dugaan keras yang muncul berkaitan dengan kegiatan
misinya selama waktu tersebut (II Korintus 11:32). Setelah masa-masa
penyesuaian tersebut Paulus kemudian kembali ke Damsyik (Gal 1:17; Kisah
9:20-22), dimana pelayanannya di hambat oleh orang-orang Yahudi dan
pemerintahan dibawah pimpinan raja Aretas yang berusaha untuk menangkap dan
membunuhnya (II Korintus 11:32; Kisah 9:23-24). Dengan cara dimasukan dalam
keranjang dan diturunkan lewat pintu tembok kota, Paulus dapat melarikan diri
(II Korintus 11:33; Kisah 9:25). Kemudian ia mengunjungi Jerusalem untuk
pertama kalinya sejak ia mengalami perubahan dalam hidupnya, mungkin dua tahun
lebih sedikit sejak masa kebahagiaan tersebut. Dimana atas desakan Barnabas,
Barnabas meminta para pengikut Kristus di Yerusalem untuk menerima Paulus sang
penganiaya tersebut sebagai bagian dari mereka (Kisah 9 :26-27). Paulus tinggal
15 hari disana untuk diperkenalkan dengan Petrus tanpa bertemu dengan murid
yang lain selain Yakobus, saudara Tuhan (Galatia1:18-19).
Diterima
oleh saudara-saudara baru dari kekristenan mengakibatkan ia dibenci oleh
kelompok lamanya yang berusaha untuk membunuhnya, namu ia dapat melarikan diri
ke Tarsus (Kisah 9:28-30, lihat Gal 1:21). Beberapa waktu kemudian Barnabas
dikirim dari Yerusalem untuk menyelidiki laporan tentang sejumlah besar orang
Yunani yang menjadi Kristen di Antiokia, oleh karenanya ia memanggil Paulus
dari Tarsus untuk bergabung dengannya (Kisah 11:25-26a). Sejak waktu itu Lukas
mencatat, bahwa Paulus dan Barnabas bergabung dalam beberapa waktu di gereja
Antiokia (Kisah 11:26b) dan selama waktu tersebut terjadi kelaparan di daerah
tersebut (Kisah 11:27-30), Kehadiran Paulus di Antiokia kurang lebih 12-13
tahun sesudah pertobatannya. Dengan demikian berarti bahwa Paulus menyediakan
waktu hampir satu “decade” di Tarsus, dimana pada masa - masa tersebut beberapa
peristiwa menimpa hidupnya dan tidak tercatat dalam kitab Kisah Para Rasul
(lih. II Korintus 11:22-27).
Dari Perjalanan Misi Paulus yang pertama sampai pada Kematiannya
Mengikuti
perjalanan misinya yang pertama, Barnabas dan Paulus menghabiskan cukup banyak
waktu di Antiokhia (Kisah 14:28; bd Gal 2:11-14), sebelum pergi ke Yerusalem
untuk sidang (Kisah 15:29). Sebelum perjalanan misinya yang kedua, terjadi
perselisihan yang tajam antara Paulus dan Barnabas menyangkut Yohanes Markus
yang dianggap Paulus tidak setia dalam pelayanannya yang berakibat terjadinya
perpisahan diantara mereka (Kisah 15:36-41), dimana Paulus membawa serta Silas
bersamanya dalam perjalanan misi yang kedua.
Perjalanan Misi Pertama
- Jemaat di
Antiokhia di Siria (Kis 13:1-3)
Jemaat di Antiokhia di Siria
merupakan pusat pertama orang-orang Kristen bukan Yahudi. Gereja di Antiokhia
ini mengutus Barnabas dan Paulus yang telah dikhususkan oleh Tuhan untuk
melaksanakan tugas yang telah ditentukan bagi mereka (Kis 13:4-12).
- Siprus (Kis
13:4-12)
Tujuan pertama Barnabas dan Saulus
adalah Siprus (tempat asal Barnabas) melalui Seleukia. Lalu di Salamis mereka
memberitakan Firman Tuhan disinagoge-sinagoge dan Yohanes Markus menyertai
mereka sebagai pembantu. Ketika di Pafos mereka bertemu dengan Baryesus/Elimas
seorang tukang sihir yang berusaha membelokkan iman Gubernur Sergius Paulus.
Akhirnya Elimas dibutakan Tuhan sehingga gubernur itu menjadi percaya dan
takjub. Sejak saat itu Saulus disebut Paulus, lalu Paulus meninggalkan Pafos
menuju Perga di Pamfilia, tetapi Yohanes Markus meninggalkan mereka dan kembali
ke Yerusalem.
- Antiokhia di
Pisidia (Kis 13:13-49)
Pada hari Sabat mereka pergi ke
Sinagoge dan setelah pembacaan Taurat dan Kitab Para Nabi, Paulus berkotbah
tentang bangsa Israel yang ditebus dari Mesir sampai dengan kisah Yesus
Kristus. Ada dua macam reaksi yang timbul, disatu pihak ada tanggapan yang luar
biasa terbukti dengan datangnya hampir seluruh kota itu. Pada hari Sabat
berikutnya dilain pihak orang-orang Yahudi menghasut mereka, sehingga Paulus
berpaling kepada bangsa-bangsa lain, yang sebagian dari padanya sudah menjadi
percaya. Orang-orang Yahudi menghasut para pembesar kota dan mengusir Paulus
dan Barnabas dari kota tersebut. Kemudian Paulus dan Barnabas mengibaskan debu
kaki sebagai tanda peringatan bagi mereka.
- Ikonium,
Listra dan Derbe (Kis 13:50; 14:20)
Paulus dan Barnabas tinggal di
Ikonium untuk beberapa waktu sambil mengajar di Sinagoge dan mengadakan mujizat
serta tanda - tanda ajaib. Tetapi orang-orang Yahudi berusaha untuk merajam
mereka dengan batu, sehingga mereka menyingkir ke Listra dan Derbe. Di Listra
Paulus menyembuhkan seseorang yang lumpuh sejak lahir, sehingga Paulus dan
Barnabas disembah sebagai dewa. Akan tetapi pikiran masyarakat tersebut
kemudian berubah dan melempari Paulus dengan batu. Lalu Paulus pergi ke Derbe
dan dikota ini ia mendapat banyak murid.
- Kembali ke
Antiokhia (Kis 14:21-28)
Paulus dan Barnabas kembali ke
Listra, Ikonium dan Antiokhia di Pisidia untuk menguatkan hati murid-murid dan
menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu. Lalu mereka memberitakan Injil ke Perga
dan Atalia dan kembali ke Antiokhia di Siria.
- Sidang
Yerusalem (Kisah 15:1-34)
Membicarakan
masalah sunat dan kewajiban mematuhi Hukum Musa. Yudas dan Silas diutus untuk
menemani Paulus dan Barnabas ke Antiokhia dengan membawa surat jawaban.
Sidang
di Yerusalem ( +/- tahun 49 M) tercatat dalam Kisah 15 dan Galatia 2.
Ada satu masalah yang
perlu dipecahkan sebelum pelayanan Misi diantara orang-orang kafir dapat
dilanjutkan, yaitu tentang berlakunya Hukum Musa, dan khususnya tentang hal
bersunat. Apakah hal tersebut harus dilakukan oleh orang-orang kafir yang sudah
bertobat? Untuk membicarakan masalah ini dengan para rasul di Yerusalem, maka
Paulus dan Barnabas memutuskan untuk pergi ke Yerusalem, karena sudah timbul
perselisihan didalam jemaat di Antiokhia (Kisah 15:1-2).
Dalam sidang di
Yerusalem, pelayanan Paulus diantara orang-orang kafir disahkan. Tuntutan
golongan Farisi yang sudah menjadi Kristen tidak diterima. Keputusan sidang
disampaikan kepada jemaat di Antiokhia melalui surat. Dalam surat tersebut juga
ditegaskan supaya orang-orang kafir yang bertobat menjauhkan diri dari
“makanan” yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging
binatang yang mati lemas dan dari darah” (Kisa 15:20, 28-29; Galatia 2:2,
6-10). Bahwa ini merupakan keputusan yang sulit diambil dapatlah dimengerti
karena Petrus masih bertengkar dengan Paulus tentang keputusan tersebut setelah
siding di Yerusalem (Gal 2:11-14). Meskipun demikian jelaslah bahwa keputusan
tersebut membuka kesempatan yang luas untuk pelayanan misi diantara orang
kafir. Tidak ada halangan prinsipiil lagi untuk melaksanakan perintah Tuhan,
bahwa para murid Tuhan Yesus akan menjadi saksi Kristus “sampai ke ujung bumi
(Kis 1:8).
Perjalanan
Misi Paulus yang Kedua (+/- tahun 49-53 M)
1. Antiokhia di Siria (Kisah 15:35-41).
Paulus ingin mengunjungi
jemaat-jemaat yang telah dibangun. Barnabas ingin membawa Yohanes Markus,
tetapi Paulus tidak setuju, karena Yohanes Markus pernah meninggalkan mereka
pada saat perjalanan Misi Pertama. Akhirnya mereka berpisah, dimana Paulus
membawa Silas ke Siria dan Kilikia sementara Barnabas membawa Yohanes Markus.
2. Kunjungan ulang ke jemaat-jemaat di Galatia
(Kisah 16:1-6)
Paulus pergi ke Derbe dan
Listra dimana mereka (Paulus dan Silas) bertemu dengan Timotius dan memintanya
untuk menyertai mereka.
3. Perubahan rencana Paulus (Kisah
16:6-7)
Roh Kudus mencegah mereka
memberitakan Injil di Asia, demikian juga ketika hendak ke Bitinia.
4.
Penglihatan di Troas (Kisah 16:8-10)
Paulus mendapatkan
penglihatan tentang orang Makedonia yang meminta tolong kepadanya agar
menyeberang kedaerah itu
5.
Di Filipi (Kisah 16:11-40)
Lidia seorang penjual kain
ungu yang menjadi percaya mendesak Paulus dan Silas untuk tinggal dirumahnya.
Paulus mengusir roh tenung dari seorang gadis tetapi mengakibatkan mereka
dipenjara. Melalui peristiwa gempa bumi, kepala penjara dan seluruh keluarganya
bertobat dan dibaptis.
6.
Di Tesalonika (Kisah 17:1-9)
Disini Paulus mentobatkan
banyak orang, tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri dan mengadakan kekacauan
dikota. Yason dan beberapa saudaranya diseret kehadapan para pembesar kota,
karena Paulus dan Silas tidak ditemukan dirumahnya dan dituduh melawan
ketetapan Kaisar, setelah mendapat jaminan dari Yason, merekapun dilepaskan.
7.
Di Berea (Kisah 17:10-15)
Orang Yahudi dikota ini
lebih baik daripada yang di Tesalonika dan banyak diantara mereka yang menjadi
percaya. Tetapi karena hasutan dari orang Yahudi Tesalonika, mereka menjadi
gelisah, sehingga Paulus disuruh berangkat menuju pantai laut, tetapi Silas dan
Timotius masih tinggal di Berea.
8.
Di Atena (Kisah 17:16-34)
Dikota ini Paulus
berkotbah disidang Aeropagus tentang kebangkitan dan banyak orang mengejeknya,
sekalipun ada beberapa orang yang bertobat, diantaranya Dionisius dan Damaris.
9.
Di Korintus (Kisah 18:1-18)
Bertemu dengan Akwila dan
Priskila yang bekerja sebagai tukang kemah, sama seperti Paulus. Silas dan
Timotius datang dari Makedonia dan memberi kesaksian tentang Mesias. Walaupun
ditolak oleh orang Yahudi tetapi banyak orang yang menjadi percaya, diantaranya
Krispus, kepala rumah ibadat. Paulus tinggal selama satu setengah tahun.
10. Kembali ke Antiokhia di Siria (Kisah
18:18-22)
Perjalanan Misi Paulus yang ketiga
(tahun 54-57 M)
1.
Antiokhia di Siria
(Kisah 18:22)
2.
Galatia dan Frigia
(Kisah 18:23), Paulus hanya mampir di daerah ini untuk meneguhkan hati para
murid.
3.
Di Efesus (Kisah
19:1-40), Paulus membabtis 12 murid dalam nama Tuhan Yesus. Ketika Paulus
menumpangkan tangan atas mereka, maka turunlah Roh Kudus dan mereka berbicara
dalam bahasa Roh dan bernubuat. Selama tiga bulan Paulus mengajar dirumah
Ibadat dan mengajar murid-murid diruang Tiranus selama dua tahun. Sapu tangan
Paulus menjadi alat untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat.
Peristiwa yang dialami oleh anak-anak Skewa juga menakjubkan orang banyak.
Banyak orang bertobat dan membakar kitab-kitab sihir mereka dan menjadi
percaya. Di Efesus juga terjadi kerusuhan yang ditimbulkan oleh Dometrius,
seorang tukang perak di kuil Artemis.
4.
Dari Makedonia ke Troas
(Kisah 20:1-12), di Troas terjadi peristiwa Eutikhus yang mati karena terjatuh
dari loteng dan dibangkitkan.
5.
Dari Troas ke Miletus
(Kisah 20:13-16), melalui Asos di Misia, Metileus, pulau Khios dan Samos,
akhirnya Paulus sampai di Miletus.
6.
Perpisahan dengan
tua-tua Efesus (Kisah 20:17-38), Paulus mengirim seseorang dari Miletus ke
Efesus agar para penatua datang ke Miletus. Setelah mereka dating, Paulus
mengucapkan salam perpisahan dan mereka sangat sedih karena Paulus berkata
bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi dengannya.
Penahanan Paulus di Yerusalem, Kaisarea
dan Roma (Kisah 21,22,23)
Sebelum kedatangannya
di Yerusalem Paulus sudah mengetahui bahwa kedatangannya bersama dengan
rombongannya tentu akan menimbulkan masalah, namun demi pelayanannya ia tetap
kesana juga. Disana ia disambut dengan baik oleh para jemaat dan untuk
menghindari masalah-masalah yang tidak berkenan, para jemaat menganjurkan
Paulus untuk melakukan suatu kesalehan dengan mentahirkan dirinya di dalam Bait
Allah bersama dengan empat orang yang sedang bernazar dan kebetulan pada waktu
itu nazar mereka sudah hampir selesai. Paulus dianjurkan murid-murid agar
bersama-sama dengan mereka yang telah bernazar untuk mentahirkan diri di Bait
Allah dan menanggung semua biaya korban persembahan mereka.
Hampir tujuh hari
lamanya Paulus menemani mereka didalam Bait Allah dan tidak diduga-duga ada
beberapa orang Yahudi Asia (Efesus dan sekitarnya) yang mengenali Paulus dan
menghasut orang banyak dengan tuduhan-tuduhan palsu atas Paulus. Pauluspun
ditangkap saat itu juga dan dihajar oleh orang banyak dan untunglah peristiwa
tersebut diketahui oleh pasukan benteng dan diserahkannyalah Paulus kepada
Mahkamah Agama (Kisah 23:1-11).
Paulus-pun disidangkan
dihadapan Mahkamah Agama dan didalam sidang tersebut terjadi keributan antara
orang-orang Farisi yang mempercayai adanya kebangkitan tubuh dengan orang
Saduki yang menolak ajaran tersebut. Sementara itu kepala pasukan mengutus anak
buahnya untuk mengeluarkan Paulus dari ruangan sidang dan membawanya kemarkas
serta menahannya disana. Ketika malam hari saat Paulus sedang seorang diri,
Tuhan berdiri disampingnya dan berkata: ”Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana
engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian juga
hendaklah engkau bersaksi di Roma.” (Kisah 23:11), artinya: hal ini memberi
suatu kepastian bahwa keinginan Paulus untuk pergi ke Roma terlaksana.
Orang Yahudi tidak puas
dengan Paulus, sehingga mereka membuat rencana untuk membunuh Paulus, namun
diketahui oleh pasukan itu, sehingga ia mengutus pasukannya untuk mengawal
Paulus dan membawanya ke Kaisarea. Paulus dikawal oleh 400 prajurit, 70 orang
berkuda dan 200 orang bersenjata lembing.
Selama dua tahun Paulus
berada dalam penjara dibawah pengawasan wali negeri Felix. Pengganti Felix,
yang bernama Festus didesak oleh orang-orang Yahudi untuk mengadili Paulus di
Yerusalem. Tetapi Paulus sendiri menganggap itu sebagai ancaman terhadap
hidupnya. Oleh sebab itu ia memakai haknya sebagai warga negara Roma untuk naik
banding ke Kaisar. Dengan demikian dia mendapatkan haknya untuk diadili di
Roma. Sebelum dia berangkat ke Roma, dia sempat bersaksi kepada raja Agripa
(Kisah Rasul 24 – 26). Setelah suatu pelayaran yang cukup membahayakan karena
kapal yang mereka tumpangi kandas dekat pulau Malta, maka akhirnya Paulus
dengan rombongan tiba di Roma. Disana dia boleh bergerak agak bebas. Antara
lain dia boleh tinggal dirumah sewaan dan melayani siapa saja yang datang
menemuinya (Kisah 27 – 28).
Dirumah itulah Paulus
mengajar orang-orang Yahudi Roma selama dua tahun lebih dan berhasil membangun
jemaat disana. Selama dua tahun itu Paulus masih berstatus seorang tahanan
namun ia mempergunakan waktu itu dengan sangat baik untuk mengajar. Selama di
Roma itulah Paulus menulis beberapa surat yang kini dikenal dalam kitab PB
sebagai surat-surat penjara, yakni:
- Surat kepada jemaat di Kolose
- Surat kepada jemaat di Efesus
- Surat kepada jemaat di Filipi
- Surat kepada Filemon.
PERJALANAN KE ROMA (MISI IV?)
IV. Perjalanan
ke Roma
1.
Kaesarea
2.
Kreta,
nasihat paulus untuk tidak berlayar diabaikan.
3.
Badai
di Laut Mediteranian
4.
Malta,
Kapal karam; Paulus mengibaskan ular tedung dari tanggannya dan tidak berakibat
apa-apa terhadap dirinya atas gigitan ular tersebut.
5.
Roma,
Paulus menyewa rumah sebagai tempat tahanan dirinya, berkotbah dihadapan
orang-orang yahudi dan non-Yahudi; dan selama 2 tahun menunggu sidang dihadapan
Nero.
6.
Dilepaskan
dari penjara, melakukan perjalanan berikutnya.
7.
Dipenjara
kembali dan mati sebagai martir (64 M).
Tahun-tahun
Terakhir Paulus
Tradisi mengatakan
bahwa setelah bebas dari Roma, Paulus pergi ke Spanyol sesuai dengan
kerinduannya yang semula (Roma 14:24), namun ia tidak berlama-lama, karena ia
juga pergi ke Makedonia, Kreta dan Asia Kecil antara tahun 61 – 64. Didalam
masa itulah ia menulis surat kepada Timotius dan Titus. Setelah itu ia ditahan
kembali dan dibawa ke Roma. Dalam penjara di Roma inilah Paulus menuliskan
surat kedua bagi Timotius (surat ini dianggap sebagai nasihat terakhir pada
anak didiknya). Pada akhirnya disitu pulalah Paulus dihukum mati oleh Kaisar.
Ada yang berpendapat Paulus mati dipenggal kepalanya kira-kira tahun 64 M.
Seorang Bapa Gereja mengatakan bahwa pada jamannya, masih ada terdapat kuburan
Rasul Paulus di Via Ostensis (jalan ke Ostai) di Roma.
Karakter
Paulus Dalam Hidup dan Pelayanannya
- Paulus bukanlah orang yang gagah kelihatannya ataupun penampilannya. Hal ini membawa dia dapat melayani dengan rendah hati (II Korintus 10:10; 12:5-10; I Korintus 2:1). Dia tidak menganggap dirinya hebat.
- Dari segi lain jelaslah bahwa Paulus bukanlah seorang yang penakut, melainkan seorang yang pemberani (II Korintus 11:23-27)
- Paulus mempunyai kemauan yang keras. Tidak begitu mudah untuk menyelewengkan dari keyakinannya. Dia tidak mengenal kompromi (Kisah 15; Gal 2:11-14).
- Paulus seorang yang bersemangat, ulet dan teliti (Kisah 18:25)
- Sebelum bertobat, Paulus adalah seorang penghujat dan penganiaya jemaat (I Timotius 1:12-13). Tetapi setelah bertobat dan mengenal Yesus, Paulus seorang yang penuh rasa belas kasihan dan mempunyai hati seorang gembala terhadap orang-orang yang diselamatkan melalui pelayanannya (Efesus 1:15 dst; Fil 1:3-11; Galatia 1:6-10; 3:1 dst Gal 4:19)
- Paulus melatih diri untuk disiplin rohani (I Kor 9:24-27)
- Paulus memiliki pengetahuan Teologis yang sangat tinggi (Kisah 22:3 dan isi surat-suratnya).
- Dalam hal agama, Paulus tidak bercacat (Fil 3:6)
- Keberhasilan Paulus dalam pelayanan dilatar belakangi oleh tiga hal penting:
a. Penyataan Roh Kudus (Galatia
1)
b. Panggilannya
( Kisah 9:15-16; 22:21; 26:15-19)
c. Pengetahuannya (Kisah 22:3)
- Dalam pelayanannya, Paulus bukanlah seorang “single Fighter”. Dia selalu melayani dalam suatu kelompok, bersama-sama dengan hamba-hamba Tuhan yang lain.
- Paulus tidak melayani dengan sembarangan, tetapi ada rencana dan strategi yang mantap dibalik setiap pelayanannya.
- Beberapa pokok pengajaran Paulus yang penting untuk sekarang ini:
a. Agama
Kristen yang sesungguhnya tidak berpusat pada hukum dan peraturan. Tuhan Yesus
menerima setiap orang yang datang kepadaNya oleh karena anugerahNya. Dan setiap
orang yang menerima Yesus sekaligus diberikan RohNya didalam hati mereka supaya
mereka dapat memancarkan kasih Kristus kepada orang lain.
b. Didalam
Kristus kita menjadi ciptaan baru (II Korintus 5:17). Ini dimungkinkan karena
kematian dan kebangkitanNya.
c. Paulus
lebih memperhatikan orang daripada prinsip-prinsip.
d. Didalam
Kristus tidak ada perbedaan antara manusia. Semua mempunyai hak yang sama untuk
menerima kasih karunia Allah secara cuma-cuma. “Dalam hal ini tidak ada hamba
atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah sati didalam Kristus Yesus” (Galatia 3:28)
Sumber Pemikiran Paulus
-
Warisan Yahudi dalam diri Paulus
-
Prakarsa Ilahi: hasil dari perjumpaan Paulus dengan Kristus
-
Timbulnya masalah-masalah dalam gereja mula-mula
-
Pola pikir dunia Yunani – Romawi saat itu.
Daftar Penanggalan Berdasarkan
Perhitungan Dugaan
-
Pembanguanan Jemaat di Yerusalem; tahun 30
-
Stefanus dirajam dan jemaat dianiaya; tahun 31
-
Saulus bertobat, tahun 32
-
Kunjungan Paulus yang pertama ke Yerusalem, tahun 35
-
Kornelius bertobat, tahun 35
-
Pembentukan jemaat pertama dari orang-orang kafir di Antiokhia, tahun 42
-
Kunjungan Paulus yang kedua ke Yerusalem, tahun 44
-
Ke Galatia ; tahun 45-48
-
Sidang di Yerusalem , tahun 50
-
PI Paulus ke Yunani, tahun 50-53
-
PI Paulus ke Efesus, tahun 54-57
-
Paulus berangkat dari Efesus, (I Kor 16:8) (tahun 57)
-
Paulus di Makedonia, musim panas dan gugur, (I Kor 16:5-8), tahun 58
-
Paulus di Korintus selama 3 bulan; (Kisah 20:6), musim dingin tahun 58
-
Paulus berangkat dari Filipi, (Kisah 20:6), tahun 58
-
Kedatangan Paulus di Yerusalem (Kisah 20:16), tahun 58
-
Paulus di Kaisarea, musim panas tahun 58 hingga musim gugur tahun 60
-
Perjalanan Paulus ke Roma, musim dingin tahun 60-61
-
Paulus di Roma, tahun 61-63
-
Kematian Paulus, tahun 64.
KISAH PARA RASUL
Latar Belakang
Kitab ini merupakan kelanjutan dari kitab
Lukas, yang ditujukan untuk Teofilus. Ada beberapa kemungkinan mengenai
sebutan/nama Teofilus, ada yang menyebutnya sebagai nama seseorang, ada juga
yang menyebutnya sebagai suatu nama jabatan, dan ada juga yang berpendapat
bahwa ini adalah nama dari sekelompok orang. Tetapi agaknya anggapan pertamalah
yang paling banyak dianut oleh orang, tapi yang pasti bahwa teofilus adalah
seorang bangsawan pada jamannya. Kitab ini ditulis oleh Lukas, seorang
non-Yahudi, teman seperjalanan Paulus. Lukas adalah seorang tabib, dan dia baru
bergabung dengan Paulus pada perjalanannya yang kedua (Kisah 16:9) – digunakan
kata kami, kitab ini ditulis pada tahun 60-70 M.
Kedua kitab (Lukas dan Kisah Rasul)
dimaksudkan untuk memenuhi suatu tujuan yang sama yaitu: untuk meneguhkan iman
dan memberikan suatu catatan sejarah yang dapat dimengerti tentang pernyataan
Allah kepada manusia dalam karya Kristus, baik melalui jalan kehidupan
pribadiNya maupun melalui gereja-Nya. Kisah Para Rasul disusun secara logis
diseputar ikhtisar perkembangan geografis: Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai
keujung bumi (Roma); Kisah 1:8.
Kisah Para Rasul juga dibuat berdasarkan
catatan perkembangannya, yaitu: pertumbuhan jumlah serta peningkatan mutu
kehidupan rohani umat Kristen yang menunjukkan bahwa Kisah Para Rasul menaruh
perhatian pada perkembangan yang progresif dari agama Kristen. Pada bagian akhir
dari kitab ini, tekanannya lebih bersifat pribadi daripada umum, artinya
menekankan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Paulus sebagai seorang pribadi
bukan gereja sebagai suatu lembaga (Kisah 19:20 ff).
Kitab Kisah Para Rasul secara
selektif meliputi tiga puluh tahun pertama dalam sejarah gereja. Lukas
menelusuri penyebaran Injil dari Yerusalem hingga ke Roma, sambil menyebutkan
32 negara, 54 kota dan 9 pulau di Laut Tengah, 95 orang yang berbeda dengan
nama serta beberapa pejabat dan administrator pemerintah dengan gelar jabatan
yang tepat. (dari palestina ke sebelah Utara (Antiokhia) dan dari sana
kesebelah Barat (Roma) melalui Asia Kecil dan Yunani, yang meliputi wilayah
kekaisaran Romawi.
Dalam pengkanonan, Injil Lukas
ditulis terpisah dari kitab Kisah Para rasul, karena kitab Kisah Para Rasul
bukanlah kitab yang menceritakan tentang pelayanan Yesus dimuka bumi ini,
melainkan justru berbicara karya dan pekerjaan Allah lewat murid-murid Kristus
dalam menyebarkan berita Injil keseluruh dunia, sekaligus juga mencatat
berdirinya gereja mula-mula. Dalam penulisannya, kitab Kisah Para rasul memakai
codex Capital (berhuruf besar), untuk kepentingan umum berjemaat.
Ciri Khas
5. Gereja,dari kata eklesia yang berarti dipanggil dari gelap menuju terangnya yang ajaib.
- Amanat gereja, yaitu menjadi saksi Kristus keseluruh dunia (Kisah 1:8)
- Rasul-rasul Kristus, mereka banyak mengalami tantangan dan aniaya, tetapi sejak hari Pentakosta mereka tidak pernah gentar dan terus menjadi saksi Kristus memberitakan injil.
8. Peranan
Roh Kudus, nyata sekali dalam gerakan kebangunan rohani dan perkembangan gereja
mula-mula yang dimulai dari perubahan secara radikal dalam diri para murid
untuk berani bersaksi dan memberitakan injil.
Isi Kitab
1. Perkembangan
gereja mula-mula terutama dari peralihannya dari Yudaisme
2. Tantangan
yang dihadapi oleh jemaat mula-mula
3. Cara
hidup jemaat mula-mula yang menjadi teladan ditempat mereka berada.
4. Penyebaran
injil yang meliputi seluruh daerah Asia, Eropa dan sampai dikota Roma.
Penyebaran ini dilakukan secara khusus oleh Paulus untuk orang non Yahudi dan
Petrus melakukannya untuk orang Yahudi.
5. Karya
Roh Kudus yang menjadikan Injil tersebar keseluruh dunia, manifestasi kuasa Roh
Kudus yang mengherankan bangsa-bangsa dengan mujizat.
6. Pintu
kasih karunia Allah tentang keselamatan yang hanya terdapat didalam Tuhan Yesus
dibukakan juga kepada bangsa-bangsa non Yahudi.
Kronologis Kitab Kisah
Rasul
Roh Kudus turun pada hari Pentakosta bagi murid-murid, kemudian tersebar
keseluruh dunia. Paulus PI bagi orang-orang non-Yahudi, sementara Petrus bagi
orang-orang Yahudi.
Mengapa Kisah Para Rasul terkesan hanya berbicara tentang
Petrus dan Paulus?
1. Karena
penyebaran Injil melalui Petrus dan Paulus menggambarkan maksud kehendak Allah
mengenai karya keselamatan yang dikerjakan-Nya didunia ini. Keselamatan bagi
bangsa Yahudi (dilambangkan oleh pekabaran Injil yang dilakukan oleh Petrus
bagi orang Yahudi), setelah itu pintu keselamatan terhadap bangsa lainpun
terbuka (dilambangkan dengan penyebaran Injil oleh Paulus bagi bangsa
non-Yahudi). Mereka hanya alat Tuhan untuk penyebaran Injil, dan penekanan yang
sebenarnya adalah karya Roh Kudus yang sedemikian dahsyatnya dalam penyebaran
Injil dan perkembangan Gereja Tuhan.
2. Karena
Lukas yang menulis kitab ini adalah teman seperjalanan Rasul paulus dalam
penyebaran Injil, oleh karena itu Pauluslah yang paling banyak ditulis oleh
Lukas.
3. Karena
pelayanan kedua orang inilah yang membawa dampak yang besar dalam sejarah
perkembangan gereja, tanpa mengecilkan rasul-rasul lainnya yang turut
bekerjasama menjadi alat Tuhan dalam menyebarkan Injil keseluruh dunia.
Kisah Para Rasul
sebenarnya sebuah kitab yang memiliki pemahaman-pemahaman intelektual yang
tinggi dan dari sini kita boleh melihat adanya persamaan yang kuat dengan Injil
Lukas. (cat: Injil Lukas ditujukan kepada kaum intelektul demikian juga halnya
dengan Kisah Rasul).
PENULISAN
KITAB
Kitab
Kisah para rasul seperti halnya Injil Lukas, dialamatkan kepada seorang yang
bernama”Teofilus” (Kisah 1:1). Jelas sekali dinyatakan dalam Kisah 1:1,
Teofilus merupakan nama simbolik yaitu orang yang mengasihi Allah. Dalam Injil
Lukas 1:1, rupanya Teofilus adalah orang yang berkedudukan tinggi dan
terkemuka, sebab ia bergelar “yang mulia”, sebuah gelar yang diberikan kepada
wali negeri orang Roma di Yudea (Kisah 23:36; 24:2; 26:25).
Sementara
itu seperti yang sudah disampaikan diatas, pengarang kitab ini adalah Lukas (bd
Kisah 1:1 dg Lukas 1:1-4). Ia seorang dokter (tabib)… bd Kolose 4:14, dan
digolongkan pada orang kafir (:11); Filemon 24 dan II Timotius 4:11. Lukas
bukanlah seorang Yahudi, dan kira-kira seusia dengan Paulus dan menjadi kawan
tetapnya selama 20 tahun terakhir daripada kehidupan Paulus.
Eusebius
mengatakan bahwa Lukas berasal dari Antiokhia, dimana sesudah menjadi anggota
jemaat di Antiokhia kemudian mengikuti perjalanan Paulus. Lukas adalah orang
Siria dari Antiokhia, seorang murid rasul-rasul kemudian mengikuti Paulus
sampai mati sahid. Lukas meninggal di Boiotia (ditanah Yunani), penuh dengan
Roh Kudus, pada usia 84 tahun, tanpa isteri maupun anak, melayani Tuhan dengan
tidak menyimpang dan menuliskan kitabnya dengan dorongan Roh Kudus. Selain
seorang tabib, Lukas juga seorang cendekiawan dalam lapangan kebudayaan dan
ilmu pengetahuan, guru bahasa Ibrani dan Yunani kuno. Ia menggabungkan diri
dengan Paulus di Troas (Kisah 16:10, sebab sejak saat itu dalam catatannya
dipakai kata ganti orang ketiga “kami.”). Ia tinggal di Filipi hingga Paulus
kembali enam atau tujuh tahun kemudian (kisah 16:20 “mereka”), dan ketika ia
menggabungkan diri lagi bersama Paulus, istilah “kami” dipakai kembali (Kisah
20:6). Keberadaannya seangatlah berguna bagi Paulus mengingat ia seorang tabib,
dan terkesan bahwa pengarang Kitab Kisah Para rasul ini selalu berdekatan
dengan Paulus (Kisah 24:23), perlu ditambahkan bahwa tidak ada bukti yang tepat
dimana Kitab ini dituliskan (disusun).
Masa
Kejadian Kisah Para Rasul
Kisah Para Rasul
memiliki jangka waktu kira-kira 31 tahun, dimulai dengan kenaikan Yesus ke
sorga (tajun 30) dan diakhiri dengan pemenjaraan Paulus (tahun 61 M). Jika
diterima bahwa tahun 30 sebagai titik berangkat dengan kematian Herodes yang
tercantum pada pasal 12 sebagai tahun 44, dan pengangkatan Festus (Kisah 24:27)
sebagai tahun 60 dengan beberapa keterangan dalam Kisah Para rasul dan Galatia,
maka dapat disusun urutan waktu yang bersifat kira-kira. Kesukaran terbesar
adalah persoalan tentang masa 3 tahun (Gal 1:18) dan masa 14 tahun (Gal 2:1),
apakah 14 tahun tersebut termasuk yang 3 tahun, ataukah merupakan tambahan lagi?
Dan apakah kunjungan ke Yerusalem sebagaimana disebut dalam Gal 2:1, berkenaan
dengan apa yang tercantum dalam Kisah 11:27-30 atau dengan yang terdapat dalam
Kisah 15:2?
Berangkat
dari praduga tersebut, maka dapat disusun daftar penanggalan sbb:
1. Pembangunan
Jemaat di Yerusalem (th 30)
2. Stefanus
dirajam batu dan jemaat tersebar (th31 atau 33)
3. Saulus
bertobat (th 32 atau 35)
4. Kunjungan
Paulus ke Yerusalem (I) setelah ia bertobat (th 34 atau 37)
5. Kornelius
bertobat (antara th 35 dan 40)
6. Pembentukan
jemaat dari orang-orang kafir di Antiokhia (th 42)
7. Kunjungan
Paulus ke Yerusalem (II) th 44
8. Perjalanan PI
Paulus pertama (Galatia, th 45-48)
9. Musyawarah di
Yerusalem (th 50)
10 Perjalanan PI
Paulus Kedua (Yunani, th 50-53)
11 Perjalanan PI
Paulus Ketiga (Efesus, th 54-57)
12 Kedatangan
paulus di Efesus (th 54)
13 Paulus
berangkat dari Efesus (I Kor 16:8; Juni th 57)
14 Paulus di
Makedonia (musim panas dan rontok, I Kor 16:5-8 th 57)
15 Paulus di
Korintus selama 3 bulan (Kisah 20:2-3, musim dingin th 57-58)
16 Paulus
berangkat dari Filipi (April, Kisah 20:6; thn 58)
17 Kedatangan
Paulus di Yerusalem (Juni, Kisah 20:16, thn 58)
18 Paulus di
Kaisarea (musim panas th 58 hingga musim rontok th 60)
19 Perjalanan
Paulus ke Roma (musim dingin th 60-61)
20 Paulus di
Roma (tahun 61-63)
Maksud
dan Tujuan Kisah para Rasul
Dalam
mengisahkan permulaan berdirinya gereja, Lukas setidak-tidaknya mempunyai dua
tujuan:
1. Lukas
menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan kemenangan dari perbatasan Judaisme
yang sempit kedunia kafir (bagi segala bangsa)
2. Lukas
mengungkapkan peranan Roh Kudus dalam kehidupan dan misi gereja, menekankan
Baptisan Roh Kudus sebagai persediaan Allah dalam memperkuat gereja untuk
memberitakan Injil dan melanjutkan pelayanan Yesus dimuka bumi yang dikerjakan
oleh para murid-Nya.
Dalam pembahasan
Kitab Kisah Para rasul ini terkandung maksud penulis, sbb:
1.
Dalam
arti yang umum dapat dikatakan bahwa tujuannya adalah menulis sebuah karya yang
sifatnya membangun hidup bagi orang-orang Kristen, dimana pada saat yang sama
akan menjelaskan arti kekristenan bagi orang-orang non-Yahudi, yaitu untuk
menunjukkan sifat universal kekristenan.
2.
Tujuan
akhir dari penulis kitab ini bukanlah semata-mata untuk menyajikan kehidupan
dimasa lampau, melainkan juga berbicara tentang kehidupan dimasa sekarang ini.
Penulis berhasil mengubah ‘sejarah’ menjadi ‘cerita-cerita’, dan dengan cara
inilah gereja ‘dibangun’ karena gereja telah belajar bagaimana Firman Allah
mengalahkan segala tantangan.
3.
Penulis
ingin menggambarkan bahwa kekristenan bukanlah sesuatu yang terjadi ditempat
terpencil (Kisah 26:26), dimana keberhasilannya diungkapkan dengan banyaknya
pertobatan (Kisah 2:41; 4:4; 6:7; bdg Kisah 11:21; 18:10; 21:20).
4.
Tampaknya
pengertian keberhasilan menyeluruh tidak lagi dalam misi kepada orang-orang
Yahudi (Kisah 28:28), melainkan menekankan kenyataan bahwa berita tentang
Kristus tidaklah bertentangan dengan keyakinan Yahudi (Kisah 23:6; 26:5-6).
Pada akhirnya tidak ada alsan bagi ketegangan Kristen_ Yahudi, karena semua itu
muncul dari rasa iri melihat keberhasilan kekristenan (Kisah 13:45; 17:5),
karena itu orang-orang Yahudilah yang selalu mendalangi penindasan.
5.
Untuk
membesarkan hati para murid supaya mereka tetap melanjutkan tugas dan
panggilanNya untuk memberitakan berita Injil bagi segala bangsa.
Pentingnya
Kitab ini
1.
Merupakan
suatu kelanjutan (kesimpulan) dari Injil ketiga yaitu Injil Lukas. Kisah Para
rasul menjelaskan apa yang terjadi sesudah kenaikan Yesus kesurga (bd Luk
24:50-53 dan Kisah 1:6-11).
2.
Melatar
belakangi surat-surat Paulus, tentang bagaimana gereja didirikan.
3.
Memberikan
informasi mendasar tentang gereja. Dalam hal ini seperti: cara hidup, bentuk
pemerintahan, doktrin, kegiatan dan persoalan gereja kuno.
4.
Menyuguhkan
tantangan yang aktual terhadap gereja masa kini. Penghiburan untuk gereja yang
sedang mengalami penganiayaan dari agama lain (bd. Kisah 5:41)
SURAT ROMA
PendahuluanSurat Roma adalah surat Paulus yang paling
panjang diantara surat-surat yang ditulisnya, dan sangat teologis, Martin
Luther mengatakan:” the very purest gospel.” Surat ini memiliki bentuk risalat
teologi sebagaimana biasanya Paulus menulis surat kepada jemaat-jemaat yang
dimulai dengan kata salam pembuka (1:1-17) dan kata penutup (15:14 – 16:27). Pada kata pembuka berisi
seperti biasanya pengantar surat (1:1-7), dan ucapan syukur (1:8-15) dan
ditutup dengan kalimat pengantar dari tema surat tersebut yaitu: “injil
sebagai pewahyuan dari kebenaran Allah, dimana kebenaran tersebut hanya dapat
dialami karena iman” (1:16-17).
Tema
Kitab Roma Tema utama dari surat Roma adalah
“Pembenaran karena iman”. Penjabaran dari tema tersebut yang menjadi sub-tema
adalah “tabiat asasi pekerjaan Kristus” dan “dasar kedudukan manusia di hadapan
khaliknya.”Korban pendamaian yang dahulu dipersembahkan oleh Kristus, diuraikan
sebagai dasar untuk pembenaran dan penyucian orang percaya, sehingga apabila
hal tersebut dipahami dengan tepat, maka orang percaya dapat mengalami
kemerdekaan didalam Kristus serta hidup dalam kemenangan.
Penulis
Surat Roma ditulis oleh paulus bagi jemaat yang
berada di Roma (Roma 1:1,7) dimana sejak abad kedua, surat Roma ini tidak
diragukan keasliannya.
Waktu
dan Tempat Penulisan Perkiraan waktu
penulisan surat ini menurut catatan Kisah para rasul 20:6 adalah pada musim
dingin dibulan-bulan pertama tahun 57-58M. Saat itu Paulus berada di Korintus
selama tiga bulan dirumah seorang yang bernama Gayus (Roma 16:23), yang telah
dibaptis oleh Paulus sendiri (I Korintus 1:14), sesudah Paulus diusir dari
Efesus (Kisah 20:3), yaitu pada akhir perjalanan Pekabaran Injilnya yang
ketiga, pada waktu menjelang keberangkatannya ke Yerusalem dengan membawa
persembahan bagi orang-orang miskin (Roma 15:22-27) hasil pemberiaan jemaat
Makedonia dan Akhaya.
Seorang
wanita bernama Febe dari Kenkrea (tidak jauh dari Korintus) sedang menuju ke
Roma (Roma 16:1-2). Paulus menggunakan kesempatan ini untuk menitipkan suratnya
kepada Febe. Jadi berhubungan dengan catatan Kisah 20:3, ditarik kesimpulan
bahwa surat ini dikirim dari Kenkrea saat paulus terpaksa mengambil keputusan
untuk menempuh jalan darat. Agaknya surat yang panjang dan teratur ini sudah
didektekan terlebih dahulu, yaitu dalam jangka waktu 3 bulan, ketika paulus
berada di tanah Yunani (Kisah 20:2), antara lain juga di Korintus.
Ada
pendapat lain yang mengatakan bahwa Paulus mengirimkan surat ini dari Filipi,
sebelum berlayar ke Troas, karena Paulus menyatakan dalam pasal-pasal terakhir
bahwa ia sudah memberitakan Injil sepenuhnya sampai Ilirikum (Roma 15:19),
bahwa ia membawa serta sumbangan dari jemaat Makedonia dan Akhaya bagi
orang-orang miskin di Yerusalem (Roma 15:26), dan bahwa ia sedang akan berlayar
ke Yerusalem untuk membawa sumbangan tersebut (Roma 15:25).
Alamat
Surat Surat Roma ini terutama dialamatkan
kepada bangsa non-Yahudi, yaitu kepada “kamu sekalian yang tinggal di Roma,
yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus” (Roma
1:7).
Tujuan
Penulisan Tujuan surat ini ditulis adalah untuk
memperkanalkan dirinya (Paulus), isi pemberitaannya dan rencananya, sebab
paulus menghendaki agar jemaat Roma suatu saat nanti akan membantunya, bahkan
pada saat kerinduannya untuk mengunjungi Spanyol. Jadi maksud Paulus yang utama
adalah untuk memberitahukan kepada orang-orang Kristen di roma bahwa Paulus
tengah berada dalam perjalanan menuju ke Roma.
Ini
terjadi sebelum Paulus diberitahukan Allah bahwa ia akan disuruh Allah untuk
pergi ke Roma (Kisah 23:11), dan Paulus masih belum yakin bahwa ia dapat
meninggalkan Yerusalem (Roma 15:31).
Struktur
Kitab Roma
a.
PENDAHULUAN (Roma
1:1-17)
i.
Salam (Roma 1:1-7)
ii.
Hubungan antara Paulus
dan para pembacanya (Roma 1:18-15)
iii.
Tema (Roma 1:16-17)
b.
BAGIAN AJARAN (Roma
1:18 – 11:36)
i.
Pembenaran karena iman
(Roma 1:18 – 8:39)
a.
Latar belakang: manusia
terjual dibawah hokum dosa (Roma 1:18 – 3:20).
b.
Tentang
keselamatan/pembenaran karena iman (Roma 3:21-5:21).
c.
Akibatnya dalam
kehidupan Kristen (Roma 6:1-8:39)
ii.
Penyelamatan Israel
(Roma 9:1-11:36)
III. BAGIAN PRAKTIS (Roma 12:1-15:13)
A.
Nasihat-nasihat yang
bersifat umum (Roma 12:1 -13:14)
1.
Aspek-aspek social dari
hidup Kristen (Roma pasal 12).
2.
Aspek-aspek kewargaan
dari hidup Kristen (Roma pasal 13)
B.
Nasihat-nasihat yang
khusus (Roma 14:1-15:13)
IV. PENUTUP DAN SALAM
(Roma 15:14 -16:27)
Latar Belakang Kitab
Roma
Jemaat ini bukanlah jemaat
yang didirikan oleh Paulus, karena memang Paulus belum pernah kesana
sebelumnya. Suetonius memberitakan bahwa pada tahun 49 M terjadi pengusiran orang-orang
Yahudi oleh Kaisar Claudius dari kota Roma karena adanya pertengkaran diantara
mereka (bnd. Kisah 18:2). Orang-orang Kristen Yahudipun tidak lepas dari
masalah ini termasuk didalamnya Akwila (Roma 16:3), sehingga jemaat disana
hanyalah tinggal orang-orang Kristen non-Yahudi, namun demikian jemaat tersebut
masih terus hidup. Pada pergantian kaisar, yaitu Kaisar Nero (th 54) kembalilah
berangsur-angsur orang Yahudi termasuk didalamnya orang Kristen Yahudi. Ketika
Paulus berkirim surat jemaat disana kebanyakan orang non-Yahudi (1:5, 6, 13;
6:17,18; 11:13,28) namun demikian sudah ada pula orang Kristen Yahudi (4:1;
7:4; 14:1 – 15:13).
Hal-hal lain yang melatar belakangi penulisan surat
Roma yang sekaligus merupakan tujuan penulisan Surat Roma adalah:
1. Paulus merasa tergerak untuk melayani diantara
orang-orang kudus di Roma (Roma 1:10-11), agar melalui kunjungannya mereka
saling menguatkan (Roma 1:12-13). Mungkin juga Paulus telah mendengar tentang
persoalan-persoalan yang ada didalam jemaat, sehingga ia mau mengarahkan mereka
(Roma 16:17-19). Disini terlihat bahwa Paulus berani memakai wibawanya sebagai
seorang rasul. Dia mau mengarahkan jemaat yang belum pernah dikunjunginya dalam
masalah-masalah doktrin. Hal ini hanya mungkin karena ia menyadari akan tugas
dan fungsinya sebagai seorang rasul.
2. Paulus bermaksud untuk memperkenalkan dirinya, isi
pemberitaannya dan rencananya, sebab ia ingin mencari pertolongan dan dukungan
dari jemaat di Roma (secara material/financial) untuk perjalanannya ke Spanyol
(Roma 15:22-29) bd Kisah 19:21).
3. Harapan Paulus untuk kunjungan ke Roma adalah bahwa
jemaat disana dapat mengantarkan dia ke Spanyol
4. Paulus mempunyai rencana untuk menjadikan kota Roma
sebagai pusat misi Pekabaran Injilnya di Eropa, sama seperti Antiokhia di Asia
(Kisah 13).
5. Mengingatkan agar orang yahudi sebagai umat pilihan
Allah tidak menjadi sombong. (Roma 9-11).
6. Paulus bermaksud untuk menerangkan pokok-pokok dasar
dari iman Kristen, karena ia mau memperkenalkan diri dan teologinya dengan
sungguh-sungguh sebelum ia berkunjung kesana.
7. Ada kemungkinan Paulus merasa bahwa dia akan segera
mengakhiri masa pelayanannya. Dan surat ini ditulis menjelang akhir perjalanan
misinya yang ketiga. Melalui kesaksiannya:”Sekarang aku pergi ke Yerusalem
sebagai tawanan Roh…, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku” (Kisah
20:22-23).
SURVEY
Pada saat Paulus menulis Surat Roma, jemaat di Roma
belum pernah dikunjungi Paulus. Ia tiba tiga tahun kemudian setelah surat itu
selesai ditulisnya. Kemungkinan besar bahwa jemaat di Roma didirikan oleh
orang-orang Roma yang berada di Yerusalem pada hari Pantekosta (Kisah 2:10).
Selam selang waktu 28 tahun, banyak orang Kristen telah pindah ke ibukota dari
pelbagai daerah Timur karena pelbagai sebab, beberapa diantaranya adalah
orang-orang yang telah ditobatkan Paulus, dan kawan-kawannya yang akrab (Roma
pasal 16). Pandangan Roma Katolik bahwa Petrus adalah pendiri jemaat di Roma
(landasannya Kisah 12:17 dengan istelah “tempat lain” yaitu Roma) adalah tidak
terbukti karena Petrus tidak berada disana, tetapi ada di Yerusalem dan di
Antiokhia (Kisah 15:7; Galatia 2:11). Apabila Petrus berada disana pada waktu
surat ini ditulis, maka pastilah namanya dicantumkan dalam kata-kata salam.
Beberapa alas an mengapa Paulus menaruh perhatian besar pada jemaat di
Roma adalah:
1. Hasratnya untuk melihat kota kekaisaran Roma.
2. Kebutuhan umat Kristen disana akan pengajaran.
3. Keinginannya untuk mencegah masuknya pengaruh
Judaisme dalam suatu kelompok yang berpengharapan besar.
4. Harapannya untuk mendapatkan dukungan dari mereka
sebelum meneruskan perjalanannya ke Spanyol (Roma 5:24)
Paparan Singkat Surat
Roma.
I.
Injil sebagai kebenaran Allah oleh iman (1:18-4:25)
Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Roma (1:7)
tentang Anak Allah yang berkuasa (1:3-4). Tema surat ini terdapat dalam
1:16-17, dimana Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi dengan pokok utamanya adalah
“orang benar akan hidup oleh iman”. Murka Allah, dan hukuman yang diberikanNya mengalir
dari “kemarahan kudus” (karena kasih setia-Nya) kepada orang berdosa (1:18-19).
Allah memperkenalkan diri-Nya lewat ciptaanNya kepada semua orang dan
mengingatkan bahwa semua orang telah berpaling dari padaNya kepada ilah dunia
ini , demikian juga umat pilihanNya, sehingga tidak ada satupun yang terlepas
dari murka Allah (2:1-3:8). Dan Paulus mengatakan baik orang Yahudi maupun
non-Yahudi, kedua-duanya menjadi budak dosa dan tidak dapat dibawa masuk
kembali dalam hubungannya dengan Allah lewat usaha apapun juga yang datang dari
diri mereka sendiri (3:9-20). Dan hanya Allah yang mampu mengubah kondisi ini,
dan Ia telah mengerjakannaya lewat korban Anak-Nya yang tunggal (3:21-26).
Pembenaran ini, Paulus menekankan, dapat dinikmatai hanya oleh iman percaya
manusia (3:27-31), dan sebagai ilustrasi ia mengambil contoh kehidupan Abraham
(4:1-25).
II.
Injil sebagai kuasa Allah untuk keselamatan (5:1-8:39).
Setelah memperlihatkan kondisi manusia yang berdosa
dihadapan Allah, maka pada bagian yang kedua dalam surat ini, Paulus
menggambarkan secara significant kondisi penghakiman dimasa yang akan datang
dan pada saat sekarang ini ketika manusia ada dimuka bumi. Dibenarkan
berarti “damai sejahtera bersama Allah”
atau rekosiliasi bersama Allah, dan khususnya ada perasaan aman pada saat
penghakiman nanti (5:1-11). Dasar dari pengharapan ini adalah hubungan orang
percaya dengan Kristus, yang meruntuhkan akibat dosa Adam, dan yang memberikan
hidup kekal bagi para pengikut-Nya (5:12-21). Oleh karena itu, maka sekarang
Allah menjadi tuan kita, yang mana hidup kita harus memancarkan pribadi-Nya
(6:15-23). Demikian juga, Torat, yang mana karena dosa menjadikan kondisi
manusia semakin jahat bukannya semakin benar (7:1-25) dan lewat anugerah Allah,
orang Kristen boleh mengalami kemenangan dari kematian kekal dan kekuasaan
daging (8:1-13). Dan spirit yang sama menjadikan kita anak-anak Allah (8:14-17)
mendapatkan tambahan kepastian bahwa pekerjaan Allah telah dimulai didalam kita
dan akan membawa pada kemanangan, dimana pembenaran akan memimpin pada
kemuliaan (8:18-39).
III.
Injil dan pilihan atas bangsa Israel
(9:1-11:36).
Motif kunci dari Roma 1-8
adalah pertanyaan atas hubungan antara hukum Torat dan gospel, orang Yahudi dan
non-Yahudi, Allah dalam perjanjiannya yang lama dengan umatNya, dan dalam
perjanjiannya yang dibaharui. Ini adalah tema major yang ketiga dalam surat Roma
ini. Apakah berpindahnya hak “priveledge” dari bangsa Israel kepada gereja
dewasa ini berarti Allah telah menolak perjanjian yang telah dibuatNya kepada
Israel (9:1-6a)? Tidak semua Paulus menjawab. Yang pertama, janji Allah tidak
pernah bermaksud untuk memberikan jaminan keselamatan bagi Israel untuk setiap
keturunannya yang baru lahir (9:6b-29). Yang kedua, bangsa Isarel sendiri telah
menuduh bahwa Kristus telah merusak kebenaran Allah, meskupun FirmaNya sangat
jelas bagi mereka (9:30-10:21). Namun demikian, beberapa keturunan Israel,
seperti Paulus diselamatkan, dan dalam mereka janji Allah digenapi (11:1-10).
Puncaknya terhadap argumen ini Paulus meng”counter” kesombongan mereka,
orang-orang Kristen non Yahudi, dengan mengingatkan mereka bahwa hanya lewat
Israel keselamatan akan datang kepada mereka dan bahwa saat itu janji Allah
kepada Israel akan digenapi dan “seluruh Israel akan diselamatkan” (11:12-36).
IV. Berita Injil dan Transformasi kehidupan (12:1 –
15:13)
Bagian utama dari
pandangan teologi Rasul Paulus yang terakhir adalah setia terhadap pekerjaan
nyata dari anugerah Allah yang bisa dilihat dalam injil. Dalam kalimatnya,
Paulus mengingatkan para pembacanya bahwa anugerah Allah ini harus diimbangi
dengan korban ucapan syukur mereka dalam ibadah mereka kepada Allah (12:1-2).
Melayani Allah menurut Paulus tidak berarti bahwa Orang Kristen dapat
mengabaikan hukum pemerintahan yang “legitimate” bagi kita (13:1-7), tidak juga
terbebas dari hukum yang ada melainkan harus mengasihi sesama sebagaimana diri
kita sendiri (13:8-10). Kekristenan melayani Allah dalam hal mengakui bahwa
keselamatan telah menjadi bagian dalam hidup kita dan menerangi kehidupan kita,
sehingga kehidupan kita harus mencerminkan terang itu (13:11-14). Dalam bagian
terakhir Paulus mengingatkan kepada jemaat di Roma bahwa ada beberapa diantara
mereka yang terlalu sombong rohani dengan berpikir bahwa dirinya seorang
beriman yang hebat dengan memandang rendah iman orang lain. Hal ini berkaitan
dengan berbagai makanan dan mengabaikan tentang hari ibadah. Mereka telah
dihukum oleh “iman kuat” mereka sendiri. Paulus menambahkan bahwa memang kita
harus membangun iman yang kuat akan tetapi kita juga membangun respek disisi
yang lain dan belajar untuk membangun toleransi dengan orang lain.
Bagian penutup dari surat
ini (15:14 – 16:27) berisi informasi tentang situasi dan rencana perjalanan
Paulus (15:14-29), permohonan doa bagi dia yang mempersiapkan untuk membawa
persembahan bagi jemaat di Jerusalem (15:30-33), dan juga ucapan perpisahan (16:1-16)
dan yang terakhir peringatan terhadap pengajaran sesat, dan diikuti dengan
catatan pribadi dan doa berkat (16:17-27).
Penulis, sumber dan tanggal penulisan
Kitab Roma sendiri
menjelaskan bahwa penulis dari kitab tersebut adalah Paulus (1:1). Ada beberapa
ahli yang berpendapat bahwa kitab tersebut bukan ditulis oleh Paulus, akan
tetapi mereka tidak dapat membuktikan dengan tegas bukti-bukti pendapat,
ataupun argumentasi mereka. Menurut Roma 15:22-29, ada tiga lokasi tempat yang
menggambarkan rencana perjalanan Paulus: Jerusalem, Roma dan Spanyol. Dalam
pasal 15:25-30, dijelaskan bahwa ia merindukan berjumpa dengan jemaat di
Jerusalem dan rindu membawa persembahan dari jemaat-jemaat bukan Yahudi bagi
jemaat di Jerusalem (hal ini mungkin berkaitan dengan penindasan yang mereka
alami pada waktu itu).
Rencana Paulus berikutnya,
ia akan singgah di Roma, akan tetapi hanya sekedar singgah dalam perjalanannya
menuju ke Spanyol (15:24, 28). Hal ini menurutnya bukanlah mengecilkan
pelayanan di Roma, akan tetapi merupakan suatu pemikiran Paulus untuk
memberitakan injil dimana Kristus belum dikenal (15:20). Pandangan Paulus
sangat jauh kedepan ke Spanyol karena tugas panggilan gereja di daerah
Mediteran Timur harus segera dipenuhi: “dari Jerusalem keseluruh daerah menuju
Illyricum, aku telah memproklamasikan injil Kristus” (15:19). Sebagai hasil
dari perjalanan misi pertama dari ketiga misinya, gereja yang sedang berkembang
telah dicanangkan di pusat metropolitan diwilayah tersebut. Gereja-gereja
tersebut dapat membawa tugas penginjilan dalam wilayah kegiatan mereka
sementara Paulus mengejar didaerah-daerah yang belum terjangkau.
Korintus adalah tempat yang
sangat memungkinkan bagi Paulus untuk menulis surat Roma ini. Ketika Lukas
menceritakan kepada kita bahwa Paulus menyediakan waktu tiga bulan di “Greece”
(Kisah 20:3), itu sangat memungkinkan bahwa Korintuslah tempat Paulus tinggal
(lih 2 Korintus 13:1, 10). Ada konfirmasi bahwa Korintus adalah tempat yang
dekat dengan “Cenchrea” (16:1-2; Gaius yang mengirim salam dalam 16:23 mungkin
adalah Gaius yang sama yang dibaptis Paulus di Korintus (I Korintus 1:14).
Beberapa orang juga berpendapat bahwa Erastus bendahara negeri (16:23) dapat di
identifikasikan dengan Erastus yang ditemukan di Korintus. Jadi kesimpilannya kemungkinan
besar bahwa surat Roma ini ditulis dikota Korintus.
Tentang tanggal penulisan
surat Roma, hal ini sesuai dengan waktu atau saat dimana Paulus tinggal selama
3 bulan di “Greece”; untuk memastikan tanggal penulisan, kita kembali pada
kronologi dari hidup Paulus dan pelayanan keseluruhannya, dan tahun AD 57
adalah alternative yang terbaik.
Tulisan ini ditujukan
kepada “seluruh jemaat di Roma yang dikasihi Allah dan dipanggil menjadi
orang-orang kudus” (1:7 bnd 1:15). Kita tidak memiliki bukti-bukti yang akurat
tentang gereja asli di Roma atau tentang komposisinya pada saat Paulus menulis
surat tersebut. Kurang lebih tahun AD180, Ireneus mengidentifikasikan bahwa
Paulus dan Petrus adalah pendiri gereja mula-mula di Roma, dimana tradisi
berikutnya menyatakan bahwa Petrus menjadi pemimpin gereja yang pertama. Akan
tetapi tidak ada satupun tradisi lisan yang dapat diterimanya. Surat itu
sendiri sangat jelas menyatakan bahwa Paulus sendiri adalah orang asing bagi
gereja di Roma (lih. 1:10, 13; 15:22) dan sepertinya Paulus sedang merencanakan
kunjungan ke Roma yang dijelaskan dalam 1:8-15 ke gereja yang didirikan oleh
Petrus. Tidak juga dijelaskan apakah Petrus pergi sebelumnya dan memiliki waktu
untuk mendirikan jemaat disana. Apabila ada kesepakatan bahwa tidak ada satupun
rasul yang membangun jemaat di Roma, maka hal yang paling memungkinkan
berdirinya jemaat disana adalah gereja berdiri setelah peristiwa Pentakosta
dimana orang-orang Yahudi dari Roma juga dating pada saat itu. (lih Kisah 2:10)
dan membawa berita tersebut kembali ke Roma. Dan mungkin benar suatu pemikiran
bahwa jemaat di Roma dimulai oleh orang-orang Yahudi pada saat itu yang tinggal
disana. Namun demikian surat Roma ditujukan kepada semua jemaat di Roma, yang
berarti didalamnya termasuk orang Yahudi dan non-Yahudi (1:7).
Tahun Penulisan
Ada 2
pendapat, yaitu:
1.
Berdasarkan perhitungan terhadap pemerintahan Claudius
+/- 42 (masa Petrus), setelah 15 tahun kemudian (menurut pandangan Katholik)
Paulus menulis surat kepada jemaat di Roma (+/- 57), waktu itu terdapat Akuila
dan Priskila yang membawa api kebangunan rohani (Roma 16:3).
2.
Berdasarkan misi Paulus yang ketiga, yaitu +/- 52 – 57,
penulisan kitab tersebut adalah saat-saat terakhir dalam misi Paulus yang
ketiga.
Kesimpulan: pendapat yang kedua ini lebih mendekati
kebenaran dalam Alkitab.
Alasan Penulisan
Paulus tidak mendirikan jemaat di
Roma, namun ia meneruskan apa yang sudah ada (Roma 15 : 28) dan goal pelayanan
Paulus adalah Roma 1:11-13. Sehingga maksud dan penulisan kitab ini adalah:
1.
Paulus ingin memperkenalkan dirinya kepada jemaat di
Roma, karena jemaat di Roma secara umum tidak mengenal siapa dirinya.
2.
Paulus ingin menjadikan Roma sebagai basis
penginjilannya, dengan harapan kelak Paulus mendapat pertolongan atau dukungan
untuk pelayanannya ke Spanyol serta dukungan doa baginya dari jemaat Roma (Roma
15:30:32).
3.
Paulus menyampaikan salam dan Injil Kristus (ps. 9 –
11), yaitu kepada Israel, supaya sebagai umat pilihan mereka tidak menjadi
sombong.
Usaha-usaha
yang dilakukan Paulus untuk memenuhi tujuannya:
a.
Paulus mencantumkan salam (ps. 16) kepada orang-orang
yang dikenalnya supaya ia bisa dipercaya oleh jemaat Roma yang belum
mengenalnya.
b.
Paulus menuliskan Injil Kristus didalam suratnya.
Kesatuan
(unity) Surat Roma
Menilik
dalam ke 16 pasal yang ada dalam kitab Roma, sampai saat ini terjadi
perdebatan, khususnya pasal 16, benarkah pasal tersebut termasuk dalam kesatuan
kitab Roma? Ada anggapan atau pendapat bahwa Surat Roma tidak sampai pada pasal
16 pendapat ini dikarenakan beberapa alasan:
a.
Paulus menulis begitu banyak salam kepada orang-orang
(tidak sesuai dengan kebiasaan Paulus dalam menulis surat kepada suatu jemaat).
b.
Paulus banyak menulis salam padahal ia belum pernah
dating ke Roma.
c.
Akwila dan Priskila berhubungan dengan paulus di Asia
dan bukannya di Roma
d.
Sangatlah aneh bila dicantumkan himbauan untuk
menghormati Febe.
Sanggahan
atau tanggapan tentang hal tersebut.
a.
Salam kepada banyak kenalan Paulus bukanlah hal yang
aneh karena mengingat bahwa Paulus sudah cukup terkenal pada perjalanan misi
ketiga.
b.
Salam kepada banyak orang padahal ia belum pernah ke
Roma, hal ini dibuat paulus supaya dirinya dapat diterima dan dipercaya oleh
jemaat Roma yang belum mengenalnya. Diharapkan jemaat Roma yang belum
mengenalnya dan meragukannya dapat bertanya kepada mereka yang menjadi kenalan
Paulus sekaligus jemaat di Roma.
c.
Ada kemungkinan Akwila dan Priskila setelah dijamah Roh
kudus, mereka merubah hidup untuk menyebarkan Injil sambil tetap bekerja. Jadi
ada kemungkinan bahwa hidup mereka berpindah-pindah tempat karena mereka harus
keliling untuk menjadi saksi bagi Kristus.
d.
Himbauan untuk menghormati Febe bukanlah hal yang aneh
mengingat dia adalah pelayan Tuhan juga, jadi sudah sepatutnyalah hal itu
terjadi. Dan himbauan ini dicantumkan juga supaya jemaat Roma menerima Febe.
Tempat dan tahun
Penulisan.
Ada beberapa perbedaan diantara para
ahli tentang tempat penulisan Surat ini. Disatu pihak mereka menyatakan bahwa
Surat ini ditulis di Efesus, ada juga yang berpendapat bahwa surat ini ditulis di
Korintus dan bahkan ditulis di Kengkrea (sebelah Timur Korintus). Bagaimana
mengatasi hal ini ? Mari kita kembali melihat peta perjalanan Paulus dalam
perjalanan misinya yang ketiga, sebab dari Roma 15:25 kita tahu bahwa waktu
surat ini ditulis, Paulus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk
mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus (bnd. II Korintus 9:1-5; 13:1).
Apabila kita
melihat isi dari Surat Roma, maka kita kadang merasa bahwa jalan pikiran dalam
Roma kadang-kadang terputus dan terganggu sedikit dan rasanya kurang lancar.
Misalnya apa kaitan Roma 5:1-11 dengan 4:25, Pasal 4:25 lancar bila diteruskan
dengan pasal 5:12. Demikaian juga hubungan Roma 13:11-14 dengan Roma 13:10.
Roma 12:1-21 yang dilanjutkan dengan Roma 13:9-10. Roma 8:1 dst sukar dilihat
sebagai kelanjutan dari Roma 7:1-26. Dari hal-hal tersebut boleh disimpulkan
bahwa penulisan Surat Roma terkesan terputus-putus, dan ini dapat dijelaskan
bahwa penulisan Surat ini memerlukan waktu yang banyak dan tidak sekali jadi
ditulis (butuh waktu).
Dari hal itu pula dapat ditarik satu
garis yang dapat diterima oleh akal bahwa penulisan Surat inipun ada
kemungkinan tidak pada satu tempat saja. Kemungkinan surat ini mulai
ditulis ketika Paulus ada di Efesus (selama lk 3 tahun), yang kemudian dilanjutkannya
ketika ia berada di Korintus (selama 3 bulan berada ditanah Yunani) dan setelah
selesai surat tersebut dititipkan oleh Febe ketika di Kenkrea artinya surat
tersebut.
dikirim dari Kenkrea lewat Febe kepada jemaat di
Roma, dengan kata lain surat ini ditulis bertahap-tahap.
Tentang
tanggal penulisannya hampir semua para ahli berpendapat antara tahun 54 sampai
awal 59, dan kemungkinan besar antara akhir tahun 54 dan awal 57, dan
kebanyakan mereka lebih condong pada tahun 57, hal ini didasari bahwa
perjalanan misi Paulus yang ketiga berkhisar tahun 52-57, dan surat ini ditulis
dan diselesaikan pada sekitar akhir perjalanan Paulus yang ketiga (th
57).
Maksud
Penulisan Surat Roma
1.
Ia mau berkenalan dengan jemaat disana berkaitan dengan
kerinduannya untuk memberitakan injil sampai keujung bumi (Spanyol)( 1:10-13;
15:32) dan kerinduannya untuk ke Roma selalu gagal seperti apa yang
dikatakannya (1:8; 13).
2.
Kerinduannya untuk menjadikan Roma sebagai pangkalan
misi Paulus sebagaimana di Antiokhia, (bnd. 15:24) …..kamu dapat mengantar aku
kesana.
Dengan
kata lain ia menuliskan dengan satu maksud untuk perkenalan (ingat bahwa bukan
Paulus yang mendirikan jemaat disana) atau memperkenalkan diri kepada jemaat di
Roma sekaligus menceritakan maksudnya yang lain yaitu mengharapkan pertolongan
mereka, ia mencari dukungan untuk ke Spanyol, selain itu ia juga minta dukungan
doa bagi perjalanannya menuju Yerusalem dalam menghadapi bahaya yang mengancam
dirinya (lih. 15:30-32).
Untuk
memperoleh apa yang diharapkan itu, maka ia menjelaskan Injil Kristus, yaitu
baik murka yang mengancam manusia maupun anugerah yang Allah telah siapkan bagi
mereka yang percaya kepada-Nya. Dengan pengertian yang benar tentang injil,
diharapkan jemaat di Roma mau mendukung apa yang menjadi kerinduannya untuk memberitakan kabar
keselamatan bagi seluruh bangsa (Yahudi maupun non-Yahudi).
Jadi
akhirnya saya pribadi berkesimpulan bahwa pasal-pasal yang diragukan ke-“unity”
annya sebenarnya kurang beralasan. Sehingga Surat Roma adalah satu kesatuan
yang memang dalam penyusunannya tampak bertahap dan terkesan terpecah-pecah
namun sebenarnya merupakan satu kesatuan yang ditulis oleh Paulus. Dan kita juga mengingat bagaimana proses
penyalinan Alkitab itupun juga berpengaruh terhadap bagian-bagian dalam Surat
tersebut. Sampai saat inipun beberapa naskah kuno tidak menyangkal akan
kenyataan bahwa Surat Roma memang seperti apa yang kita miliki saat ini,
tentang berkurangnya ataupun diragukannya pasal-pasal terakhir sebenarnya
bermula dari salinan-salinan yang dipotong oleh Marcion l.k 140 dan karena itu naskah Marcion menjadi
akar dari silang pendapat tentang Roma.
I dan
II KORINTUS
TEMA,
Tema I Korintus adalah “Masalah-masalah jemaat dan pemecahannya,” sedangkan II
Korintus adalah “Kemuliaan dibalik penderitaan”
PENULIS,
Surat I Korintus ditulis oleh Rasul Paulus pada sat dia berada di Efesus,
sedangkan II Korintus ditulis oleh Paulus pada saat dia berada di Makedonia.
WAKTU DAN TEMPAT PENULISAN
Surat I Korintus ditulis
selama tiga tahun pelayanan Paulus di Efesus (Kisah 20:31) pada misi
perjalanannya yang ketiga (Kisah 18:23 – 21:16). Dan perkiraan waktu penulisan
surat I Korintus adalah pada saat musim dingin tahun 55M, sekitar Paskah,
sebelum Pentakosta ( I Korintus 16:18), sementara II Korintus ditulis sekitar
akhir tahun 55M.
ALAMAT SURAT
Paulus menuliskan surat
kiriman ini ditujukan kepada jemaat di Korintus dan kepada orang percaya
diseluruh Akhaya (II Korintus 1:1), dengan menyebut namanya sendiri sebanyak
dua kali (II Korintus 1:1; 10:1)
ALASAN PENULISAN
Terjadinya surat I Korintus
kira-kira tiga tahun setelah keberangkatan paulus dari Korintus, yaitu
padawaktu ia berada di Efesus (+/- 370 km disebelah Timur, diseberang laut
Aigia). Paulus mendengar kabar mengenai masalah jemaat di Korintus dari
keluarga Kloe (I Korintus 1:11) dan beberapa orang lainnya ( I Korintus 5:1;
11:18). Setelah itu dating utusan pemimpin-pemimpin jemaat Korintus menjumpai
Paulus di Efesus (I Korintus 16:17 yang menyebutkan bahwa mereka adalah
Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus, yang mungki juga adalah pembawa-pembawa
surat yang disebutkan dalam I Korintus 7:1), yang menyampaikan sepucuk surat
untuk memohon petunjuk kepada Paulus atas pelbagai masalah, kekacauan dan
kesulitan-kesulitan yang timbul di jemaat. (I Korintus 7:1; 8:1; 12:1; 16:1),
karena hal itulah maka Paulus membalas dengan menuliskan surat I Korintus ini.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan I Korintus
adalah:
1.
Untuk menyelesaikan masalah yang
serius dalam jemaat di Korintus, yaitu masalah pelanggaran-pelanggaran yang
dianggap remeh oleh orang Korintus, sementara hal tersebut dianggap sebagai
sesuatu yang serius bagi Paulus, karena membawa perpecahan jemaat. Terjadinya
perpecahan karena kurangnya atau dangkalnya pemahaman akan Kristus, yang
terpecah dalam 4 golongan:
a.
Golongan Paulus, dari kaum Libertin, pandangan mereka:
ii.
Menyatakan bahwa begitu mereka meresponi berita Injil
mereka dapat hidup sesukanya, maksudnya tanpa tuntutan agar orang mentaati
hukum Torat.
iii.
Jemaat agar tidak cemas terhadap terjadinya percabulan
secara terang-terangan (I Kor 5:1-13)
b.
Golongan Apolos, terdiri dari orang-orang yang
mengukuti pandangan Yunani klasik. Mereka disebut sebagai kaum Filsuf, dan
memilik pandangan:
iv.
Hikmat itu lebih unggul dari apapun juga termasuk
dengan pengajaran yang telah diberitakan oleh Paulus (I Kor 1:18-25)
v.
Semua yang terdapat dalam filsafat Yunani sudah
dibayangkan sebelumnya oleh Musa dan penulis-penulis Perjanjian lama lainnya.
c.
Golongan Kefas, dari kaum Legalis, kebanyakan dari
mereka adalah orang Kristen Yahudi dan non yahudi yang “takut akan Allah”
sebelum menjadi Kristen, dengan pandangan:
vi.
Kehidupan Kristen berarti mengikuti Hukum Torat dengan ketat,
baik menurut upacara agama maupun secara moral.
vii.
Mempersoalkan persoalan lama tentang jenis makanan yang
boleh dimakan orang Kristen dan yang tidak; khususnya makanan yang
dipersembahkan di kuil-kuil kafir sebelum dijual kepada umum (I Kor 8-9)
d.
Golongan Kristus, dari kaum Mistis – terdiri dari
orang-orang yang menganggap dirinya diatas kelompok lain yang berpusatkan pada
pribadi-pribadi biasa. Pandangan mereka menyangkut hal-hal sebagai berikut:
viii.
Menghendaki hubungan langsung dengan Kristus sendiri,
sama seperti hubungan mistik yang telah mereka alami secara langsung dengan
dewa-dewa dalam agama misteri dari Timur. Apabila Serapis dapat disebut “tuhan”
begitu juga Kristus.
ix.
Mereka menyatakan keberadaan hidup mereka adalah super
rohani, jauh melebihi dari apa yang dapat dicapai oleh pengikut-pengikut
Paulus, Kefas dan Apolos ( I Kor 4:8).
x.
Kebangkitan telah berlangsung dan mereka telah
dibangkitkan secara mistis bersama Kristus (I Kor 15:12-19).
xi.
Menyatakan tidak perlu cemas dengan kegiatan percabulan
yang telah mereka lakukan (I Kor 10:1-13)
2.
Untuk memberikan jawaban dan
instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus, hal
ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian iman mereka baik
secara pribadi maupun dalam berjemaat.
Situasi dan Keadaan Kota Korintus
1.
Merupakan kota Bandar yang terbesar.
2.
Mempunyai letak yang strategis, Kengkrea disebelah
Timur dan Likaionia disebelah Barat.
3.
Kota perdagangan yang menghubungkan Asia Barat dan
Italia (Eropa).
4.
Menjadi pusat pemerintahan, ibukota Akhaya.
5.
Tempat proconsul Romawi.
6.
Menjadi pusat Ilmu pengetahuan, filsafat dan Olah raga
7.
Selain itu juga terkenal karena kebejatan dan
kejahatannya, karena merupakan kota perniagaan yang menjadi tempat bertemunya
banyak orang dari berbagai bangsa, maka pengaruh agama terhadap penduduk kota
sangat kuat dan penyembahan berhala menjadi sebab bertambah-tambahnya
kejahatan. Berhala-berhala yang disembah penduduk korintus antara lain:
a.
Dewi Venus, seperti penduduk Efesus menyembah Dewi
Diana, merupakan dewi cinta dimana ada 1000 gadis cantik yang melayani para
peziarah dan tinggal dikuil-kuil dan bekerja sebagai pelacur bakti.
b.
Dewi Minerva, penduduk Athena
8. Mayoritas penduduk Korintus adalah penyembah berhala,
selain itu pengaruh Yudaisme tidak nampak dikota ini.
Berdirinya
Jemaat Korintus
1.
Dikunjungi Paulus pada misi kedua.
2.
Dikota ini bertemu dengan Akwila dan Priskila (Kisah
18:2).
3.
PI pada orang Yahudi ditolak, maka Paulus berpaling
pada bangsa lain (Kisah 18:4-6).
4.
Paulus diteguhkan Tuhan dalam suatu penglihatan (Kisah
18:9-10).
5.
Paulus tinggal dengan jemaat Korintus selama 1 tahun 6
bulan (Kisah 18:11).
6.
Setelah Paulus pergi, datang Apolos (Orang Yahudi dari
Aleksandria) namun ia tidak tinggal lama (Kisah 18:28- 19:1)
Dimungkinkan
aliran “gnostik” muncul dari gabungan pandangan-pandangan yang ekstrim ini,
tetapi pada jaman Paulus tidak disebut tentang kelompok “gnostik”. Meski
terjadi perselisihan ini, namun hubungan Paulus dengan Apolos tetap akrab
(16:12).
Isu-isu yang menarik dalam I Korintus
1.
Jemaat Korintus sombong atas hikmat yang dimiliki
(1:18; 2:16; 8:1-2), tidak memelihara persatuan, memegang kebebasan pribadi,
hal ini nyata dalam sikap orang terhadap daging persembahan (8:7, 9-13).
2.
Tentang tudung wanita (11:5), untuk membedakan dengan
wanita penghibur kelas tinggi (hetaire).
3.
Tentang wanita yang tidak boleh bicara dalam pertemuan
jemaat untuk membedakan dengan wanita-wanita yang ada dikuil sebagai pelacur
bakti, dimana mereka bebas berbicara dalam acara ritual (14:34).
4.
Glosolalia, dimungkinkan karena banyaknya manifestasi
yang terjadi seperti dikuil-kuil yang menimbulkan kegaduhan, maka Paulus
menegur mereka, diayat 14:12 “membangun jemaat” ; 14:40 “harus berlangsung
dengan tertib” ; 14:26-40 “menjelaskan tentang pertemuan jemaat”.
5.
Tentang perkawinan, Rasul paulus mengijinkan perkawinan
(7:1-9), melarang perceraian (7:10-11), kecuali bila seorang pasangan kafir
meninggalkan seorang Kristen (7:12-16) dan untuk tetap tinggal pada keadaannya
(7:17-24).
6.
Proses perdata/pengadilan, dengan tegas tidak disetujui
(6:6), lebih disukai penyelesaian secara intern (6:5), daripada mencari
keadilan pada orang yang tidak percaya.
7.
Nasehat tentang percabulan, criteria mereka dan
bagaimana mensikapinya (5:10-110 dan apa artinya bagi hidup dalam Kristus
(6:12-20).
8.
Tentang rupa-rupa karunia (12:1-11), dari semua karunia
yang terbesar adalah kasih (12:13)
LATAR BELAKANG
Bersama dengan Priskila dan Akwila (I Korintus 16:19)
dan rombongan (Kisah 18:5), Paulus datang ke Atena dan mendirikan jemaat
Korintus, dimana Paulus tinggal disana selama 18 bulan pada misi perjalanan
yang kedua sekitar tahun 50M (Kisah 18:1-17) dan berjumpa dengan Akwila dan
Priskila dimana mereka memiliki keahlian yang sama yaitu sebagai pembuat tenda. Sebenarnya Akwila dan
Priskila berasal dari Roma, akan tetapi karena peristiwa pengusiran orang
Yahudi dari Roma oleh Kaisar Klaudius, maka mereka berada dikota tersebut.
Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi,
dan kebanyakan dari mereka adalah orang non-Yahudi yang memiliki latar belakang
penyembahan berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam
masalah timbul dalam jemaat yang masih sangat muda ini, yang membutuhkan
pengajarannya dan kehadirannya ditengah-tengah mereka.
Kronologis penulisan Surat I dan II Korintus
Ada anggapan bahwa Paulus
menulis empat surat (I - IV Korintus) kepada jemaat di Korintus, hal ini
didasari pada suatu anggapan atau pandangan sebagai berikut: (rekonstruksi
surat Korintus)
1. Pada Perjalanan Misi III
Paulus tiba di Efesus dan bekerja +/- 2 thn lamanya (KPR 19:10). Pada waktu itu
Paulus mendengar kabar berita yang buruk tentang jemaat di Korintus tentang
bahaya percabulan yang telah memasuki kehidupan jemaat, sehingga paulus
menuliskan suratnya yang pertama (I Korintus) (lihat I Kor 5:9-11) dimana surat
ini dinyatakan hilang. Perlu ditambahkan bahwa surat Paulus yang pertama ini
dibawa oleh Sostenes.
2. Dari keluarga Kloe Paulus
mendengar tentang persoalan-persoalan yang ada di Korintus (I Kor 1:11) juga
dari orang lain (I Kor 5:1; 11:18), yaitu tentang perpecahan jemaat, keraguan
akan kerasulan Paulus (I Kor 1:11).
3. Sementara itu Paulus berada
di sekitar Efesus (I Kor 16:19; Kisah 19:20,26) serta mengalami berbagai
penderitaan dan penganiayaan (bdg I Kor 15:30 dst). Paulus juga mendengar berita
tentang jemaat Korintus (I Kor 16:17 bdg I Kor 7:1) dimana mereka meminta
nasihat dari Paulus dan Paulus segera menjawabnya dengan mengirimkan Timotius
dan Erastus yang melalui jalan darat ( Kisah 19:10, 26 ; I Kor 4:17).
4. Karena Paulus menganggap
perjalanan mereka (Timotius dan Erastus) terlalu lama maka Paulus segera
menuliskan suratnya yang kedua lewat jalan Laut (I Kor 16:10) dengan suatu
pengharapan bahwa suratnya akan lebih dulu sampai dibandingkan dengan kehadiran
Timotius dan Erastus yang melewati jalan darat. Paulus masih tinggal di Efesus
2 bulan (Paskah – Pentakosta I Kor 16:9).
Surat inilah yang sekatrang kita kenal dengan surat I Korintus. Paulus juga berencana untuk segera menyusul Timotius.
5. Surat paulus yang kedua ini
( I Korintus sekarang) dan kunjungan Timotius – Erastus, tidak membawa hasil
yang maksimal seperti yang disampaikan sendiri oleh Timotius ketika mereka
kembali ke Efesus ( I Korintus 16:11), sehingga Paulus memutuskan untuk segera
dating ke Korintus lewat jalan Laut , inilah yang disebut dengan kunjungan singkat Paulus ke Korintus
(meskipun tidak ada laporan dalam KPR, akan tetapi tersirat dalam II Kor 2:1; 12:14; 13:1-2) – Kunjungan
yang mendukakan. (bdg dg pernyataan Paulus dalam I Kor 4:21 – “akan datang
dengan cambuk”.
6. Ketika paulus kembali ke
Efesus, Paulus merencanakan kembali kunjungannya ke Korintus dengan jalur Korintus –Makedonia – Korintus (II Kor
1:15-16), akan tetapi Paulus membatalkan niatnya ini (II Kor 1:23). Sebagai gantinya
Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di Korintus dengan nada yang keras dan
tegas, yang ditulisnya dengan hati yang sesak (II Kor 2:4) yang biasanya
disebut dengan surat kesedihan (II Kor 4:9). Surat ini kebanyakan oleh para
ahli dinyatakan hilang, inilah surat
ketiga Paulus untuk jemaat di Korintus. Surat yang hilang ini kemungkinan
diantar oleh Titus dan atas bujukan
Titus jemaat bertobat (II Kor 2:9; 7:6-15). Surat ini terpelihara dalam
II Kor 10-13 yang merupakan pembelaan
Paulus atas kerasulannya.
7. Sebelum mendapatkan balasan atupun
jawaban dari suratnya yang ketiga terjadi huru hara di Efesus (Kisah 19:23-40).
Paulus meninggalkan Efesus (Kisah 20:1) untuk berencana menyusul Titus. Menurut
kesepakatan Titus dan Paulus akan bertemu di Troas, entah karena Titus
terlambat ataupun Paulus yang sudah lebih dulu sampai di Troas, ternyata Paulus
tidak dapat menjumpai Titus di Troas (II Kor 2:12-13), yang menjadikan Paulus
khawatir / tidak tenang.
8.
Baru setelah di Makedonia, paulus merasa terhibur karena ia bertemu
dengan Titus yang membawa laporan dari Korintus tentang keadaan jemaat yang
bertobat dan sekaligus undangan jemaat kepada Paulus untuk memintanya dating ke
Korintus (II Kor 7:15-16). Untuk memberikan jawabannya maka Paulus kemudian
memutuskan untuk mengirim kembali Titus ke Korintus untuk mengantarkan suratnya
yang keempat yang sekarang kita kenal dengan
II Korintus dimana isinya lebih bernada iba dan menyatakan pula sukacitanya
yang besar. (Ada asumsi bahwa surat yang keempat ini hanyalah surat yang ada
pada II Korintus pasal 1-9).
Lima
ciri utama yang menandai Surat I Korintus adalah:
1. Surat ini paling berpusat pada persoalan
jemaat dibandingkan dengan surat lain dalam PB. Dalam menangani masalah di
Korintus, Paulus memberikan prinsip yang jelas dan tegas dimana prinsip-prinsip
tersebut dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (missal (I Kor
1:10; 6:17,20; 7:7; 9:24-27; 10:31-32; 14:1-10; 15:22-23).
2. Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat
local sebagai tubuh Kristus, suatu focus yang ada dalam pembahasan tentang
perpecahan, Perjamuan Kudus dan karunia-karunia rohani.
3. Surat ini berisi pengajaran PB yang paling
luas mengenai berbagai pokok permasalahan seperti pembujangan, perkawinan dan
nikah ulang, dll.
4. Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai
untuk pengawasan para gembala siding berhubungan dengan disiplin gereja (pasal
5).
5. Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk
undur dari iman oleh karena perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang pada
Kristus dengan sungguh-sungguh.
SURAT II KORINTUS
Latar
Belakang Sejarah
Paulus tinggal selama 18 bulan di
Korintus dalam perjalanan misinya yang kedua (Kisah 18:1-8). Agaknya segera
setelah berangkat ia menulis surat yang pertama, yang diacu kedalam surat I
Korintus 5:9, tetapi kini telah hilang. Surat ini berisi peringatan agar orang
Korintus tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak bermoral. Dalam perjalanan
misi ke III Paulus menulis surat yang kedua yang kita miliki sebagai surat I
Korintus dan Timotius diutus dari Makedonia untuk mengunjungi Korintus (I
Korintus 4:17; 16:10), setelah mendapatkan informasi tentang penulisan surat
Korintus yang baru dia (Paulus) tulis menyebabkan dorongan pada diri Paulus
untuk dia kembali ke Korintus. Dalam perjalanannya yang kedua ini Paulus
mempunyai “kunjungan yang penuh duka” ke Korintus (II Kor 1). Pada kunjungan
itulah ia mendapat konfrontasi yang menyedihkan dengan salah seorang anggota
jemaat di Korintus (2:5), tidak lama kemudian ia kembali ke Efesus lalu menulis
surat kepada jemaat di Korintus kembali. Tetapi surat ini hilang dimana ada
anggapan tidak semuanya hilang dan bagian yang tertinggal itulah dikemudian
hari digabungkan dengan surat Paulus berikutnya yang menjadi kitab II Korintus
sekarang ini. Pengantar surat yang ketiga ini adalah Titus yang kemudian kembali
ke Makedonia untuk bertemu dengan Paulus, dimana sebagai tanggapannya Paulus
menulis surat yang keempat yang sekarang kita kenal dengan II Korintus.
Pengarang,
tempat dan waktu
a.
Pengarang surat II Korintus sudah bias dipastikan
adalah Paulus, hal ini bias kita lihat dari gaya bahasa yang merupakan isi hati
Paulus sendiri.
b.
Dalam II Korintus 8:17-24; 12:18, disebutkan bahwa
surat ini dibawa oleh Titus dan Paulus menjumpai Titus di daerah Makedonia.
Setelah mendengar kabar yang dibawa oleh Titus tentang jemaat Korintus, maka
Paulus menuliskan suratnya ini melalui perantaraan Titus, jadi bisa dipastikan
bahwa surat ini ditulis di Makedonia.
c.
Kurang lebih tahun 56 (sebelum paulus pergi ke
Yerusalem untuk mengikuti perayaan hari raya tidak beragi)
Masalah
sastra
Banyak orang yang mergukan
kesatuan kitab II Korintus ini sebagai satu kesatuan yang utuh, dimana mereka
beranggapan bahwa II Korintus pasal 10-13 ditulis lebih awal daripada pasal
1-9. hal ini karena terkesan tidak ada kesatuan tema antara pasal-pasal
tersebut. Pasal 1-9 menjelaskan tentang hubungan Paulus dengan jemaat Korintus,
sementara pasal 10-13 berisi mengenai pembelaan dan serangan Paulus kepada
lawan-lawannya. Hal inilah yang menyebabkan pandangan beberapa orang bahwa
kemungkinan surat ketiga tidak hilang seluruhnya tetapi sebagian dari padanya
digabungkan dengan surat yang keempat. Seperti dalam surat-suratnya yang
pertama (I Korintus) tidak ada bukti-bukti eksternal yang mendukung adanya
perbedaan dalam II Korintus (Ketidak samaan) yang cukup meyakinkan untuk
membagi II Korintus menadi dua bagian. Jadi kesatuannya tidak dapat digugat
berdasarkan perbedaan-perbedaan naskah saja karena tidak adanya bukti eksternal
yang dapat membuktikan adanya perbedaan dalam 2 bagian pasal tersebut (1-9
dengan 10-13).
Maksud
dan Tujuan penulisan II Korintus
1.
Paulus ingin memberikan ketegasan bahwa jemaat Korintus
tidak memerlukan surat-surat pujian yang diberikan orang lain, karena jemaat
Korintus itu sendiri yang harus merupakan surat pujian (II Korintus 3:1-3)
2.
Mendorong jemaat Korintus untuk tetap setia
kepada pengajarnannya dan tetap menjadikan dirinya sebagai bapa rohani bagi
mereka
3.
Menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu
yang terus menerus menentang dirinya yang bermaksud untuk menjatuhkan wibawanya
dan kerasulannya (apologetic)
4.
Menegur sebagian jemaat yang terpengaruh oleh
lawan-lawan Paulus dan yang terus menerus menolak pengajarannya.
5.
Mengajak jemaat untuk merenung kembali atas
perselisihan yang telah terjadi diantara mereka, agar tidak terulang kembali
Persamaan
dan perbedaan Kitab I dan II Korintus
1.
Sama-sama ditulis oleh Paulus
2.
Ditujukan kepada jemaat di Korintus
3.
Terdapat salam pembuka dan penutup
4.
Berisi tentang bagaimana seharusnya kehidupan orang
yang sudah mengenal Kristus ;
Perbedaan kedua surat tersebut
1.
Surat I Korintus menangani masalah yang bersifat
menyeluruh dalam jemaat di Korintus (global).
2.
Surat II Korintus lebih bersifat pribadi karena
berisi pembelaan Paulus tentang kerasulannya
Garis
Besar Surat I Korintus
a.
Kesalahan yang ada dalam jemaat (1-6).
b.
Masalah dan pertanyaan yang dikemukakan jemaat Korintus
dalam surat kepada Paulus dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu
(7-14).
c.
Kebangkitan Kristus serta nasihat dan salam (15-16)
Struktur
II Korintus
1.
Salam Pembuka (1:1-2)
2.
Penjelasan tentang perilaku pribadi (1:3 – 2:13)
3.
Pembelaan pelayanan paulus (2:14 – 7:4)
4.
Komentar tentang pengaruh dari suratnya (7:5-16)
5.
Karunia memberi (8:1 – 9:15)
6.
Persiapan kunjungan (12:14 – 13:10).
7.
Salam penutup (13:11-14)
Empat ciri yang menandai kitab II Korintus:
1.
Merupakan surat yang paling banyak memberitahukan
riwayat hidup Paulus. Petunjuk mengenai dirinya banyak diungkapkan dengan
rendah hati, minta maaf bahkan dengan rasa malu.
2.
Surat ini melampaui surat kiriman lain dari paulus
dalam hal menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak
rohaninya.
3.
Surat ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB
mengenai penderitaan Kristen, hal memberi secara kristiani.
4.
Surat ini unik dengan munculnya istilah istilah kunci
seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan,
penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan dan kemuliaan.
SURAT GALATIA
Tema: Kemerdekaan Kristen oleh Injil
Penulis
Surat Galatia
Paulus
menuliskan suratnya kepada jemaat di Galatia dengan penuh perasaan sedih dan
marah. Hal ini disebabkan karena:
1.
Jemaat Galatia begitu cepat berbalik darai Injil yang
ia beritakan (1:6-10).
2.
Jemaat Galatia meragukan dan mempertanyakan
kerasulannya.
Setelah
Paulus menjelaskan posisinya, ia kembali menegaskan bahwa keselamatan hanya
diperoleh berdasarkan anugerah yang bekerja melalui iman, bukan karena
menjalankan hukum Taurat. Taurat diberikan untuk menunjukkan bahwa dosa
merupakan pelanggaran terhadap Allah dan sebagai penuntun sampai Kristus datang
supaya orang percaya dibenarkan karena iman.
Para
ahli tidak meragukan lagi tentang siapa penulis surat Galatia, mereka sepakat
bahwa penulisnya adalah Paulus dengan bukti internal yang mendukung yang
terdapat pada pendahuluan surat yang mengiukuti format surat pada jaman itu
dengan mencantumkan nama pengiringnya.
Yang
menjadi perdebatan sampai saat ini adalah kepada siapa surat ini ditujukan.
Apakah kepada masyarakat Galatia Selatan atau Utara. Perbedaan inilah yang
menimbulkan munculnya dua teori yaitu Southern Galatia theory atau Northern
Galatia theory, keduanya memiliki argumen yang cukup kuat.
THE DESTINATION OF THE LETTER
TO THE GALATIANS
NORTHERN GALATIA THEORY
Bukti yang mendukung
1.
Lukas
menyebutkan “Galatia” dalam Kisah Rasul bicara tentang “wilayah” dan bukan
bicara tentang propinsi Roma. Hal tsb (Galatia) untuk menjelaskan daerah-daerah
yang menjadi rencana perjalanan Paulus (Kisah 13:14; 14:6; 16:6; 18:23). Ketika
ia menyebutkan, sebagai contoh Pisidia (Kisah 13:14) dan Likaonia (Kisah 14:6)
dalam perjalanan tersebut, hal ini sangat masuk akal ketika ia menggunakan
terminology wilayah saat menyebut perjalanan rasul melewati daerah Galatia.
Sanggahan.
Sangatlah
sukar untuk menjelaskan dengan sesungguhnya arti dari perkataan Lukas tersebut.
Secara harafiah ia mengatakan bahwa Paulus pergi melintasi “daerah atau negara
Frigia-Galatia” (Kisah 16:6) dan kemudian melewati “daerah atau negara Galatia
Frigia” (Kis 18:23), suatu penunjukkan yang dapat berarti apakah itu “wilayah”,
atau suatu Propinsi atau bisa juga dua-duanya. Juga, Kisah Rasul tidak
memberikan referensi yang jelas tentang pekerjaan Paulus di daerah Galatia
Utara. Tidaklah sebagaimana biasanya bahwa materi yang tidak lengkap diberikan
berkaitan dengan gereja yang bermasalah seperti Galatia ini, (biasanya
penjelasan atau keterangannya lengkap).
2. Dalam perjalanan pertamanya tidaklah disinggung
tentang penyakit yang diderita oleh Paulus (Kisah 13-14), lalu kenapa hal
tersebut muncul dalam surat Galatia (Gal 4:13)
Sanggahan.
Lukas
tidak pula menyinggung dalam catatannya baik dalam perjalanan kedua maupun
ketiga tentang sakit yang diderita oleh Paulus tersebut. Banyak sekali
penderitaan dan sakit penyakit yang tidak dicatat oleh Lukas ataupun oleh
Paulus sendiri (bdk. 2 Kor. 11-12).
3. Paulus pasti akan menunjuk kepada penganiayaan
terhadap dirinya, termasuk dalam peristiwa pelemparan batu, jika ia menulisnya
untuk jemaat di Galatia bagian Selatan.
Sanggahan
Paulus
mengatakan tanda-tanda yang menyertai dalam tubuhnya karena imannya dan kesaksiannya
(Gal 6:17). Hal ini diperkirakan adalah masalah mata (Gal 4:13-15) yang
disebabkan atau semakin parah karena peristiwa pelemparan batu atasnya.
4. Galatia asli
ini merupakan suatu pandangan gereja sampai pada abad 18.
Sanggahan.
Dalam abad kedua, daerah Likaonia Galatia terpisah
dari Galatia dan bergabung dengan Sisilia dan menjadi propinsi yang lebih besar
lagi. Lebih lanjut kemudian pada akhir abad ketiga wilayah sisa dari Galatia
Selatan menjadi propinsi dari Pisidia, dengan Antiokhia di Pisidia sebagai
ibukotanya dan Ikonium sebagai kota kedua-nya. Propinsi Galatia secara
meyakinkan kemudian berkurang dan menjadi bagian diwilayah Utara. Maka para
penulis gereja mula-mula menyebut Galatia 1:2 dalam pemikiran yang sudah
terbiasa bagi mereka dan menyatakan “Galatia” untuk menyebut daerah Utara pada
masa itu. Kondisi yang membingungkan seperti itulah yang selama ini terjadi
dalam bagian besar sejarah gereja.
5. Jika surat Galatia dikirimkan kepada
gereja-gereja yang Paulus dirikan pada perjalanan misinya yang pertama, Paulus
tidak akan pernah berkata, “kemudian aku pergi ke Syria dan Kilikia”(Gal 1:21)
tetapi seharusnya ia berkata,”Kemudian aku pergi ke Syria, Kilikia dan
kepadamu”
Sanggahan
Dukungan
dengan menggunakan penyusunan kata-kata Paulus seperti tersebut diatas adalah
merupakan suatu speculative yang terlalu sederhana.
6. Paulus tidaklah mungkin mengatakan “hai kamu
orang-orang Galatia yang bodoh” kepada jemaat di Likonia atau Pisidia” (Gal
3:1). Para penulis tentang Paulus dewasa ini dengan jelas membedakan
orang-orang Galatia dari rumpun (kelompok) mereka yang berdekatan.
Sanggahan.
Jika
Likonia dan Pisidia adalah benar bagian dari Roma Galatia dan jika mereka benar
telah mendapatkan pengajaran rasul, maka kemudian kalimat “Hai kamu orang-orang
Galatia yang bodoh” adalah biasa bagi mereka dan tidaklah menjadi masalah bagi
mereka.
7. Penggunaan yang sebenarnya (aslinya) tentang nama
Galatia ditujukan pada wilayah bagian Utara . Hal ini dapat disamakan seperti
tempat-tempat yang lain, sebagaimana Misia, Frigia dan Pisidia, dimana semuanya
adalah merupakan gambaran geografi dalam kaitannya dengan arti politik.
Demikian pula halnya dengan Galatia ini harus dilihat dalam koridor yang
demikian.
Sanggahan
Bahwa
nama Galatia asli ditujukan bagi Galatia Utara adalah poin tambahan. Paulus
sering menggunakan propinsi Roma sebagai sebutan ataupun ungkapan untuk
surat-suratnya, dimana didalamnya terdapat daerah-daerah yang menjadi bagian
dari wilayah propinsi Roma tersebut.
8. Paulus sering mengungkapkan suatu daerah dengan
nama daerah itu sendiri dibandingkan dengan menggunakan nama yang berkaitan
dengan kondisi politik, dan daerah atau
diwilayah bagian Galatia Utara, sebagai contoh Roma 15:31; II Kor. 1:16; Gal
1:17, 21; I Thes 2:14
Sanggahan
Paulus
bagaimanapun juga sering menyebut nama suatu propinsi. Dalam konteks propinsi
Makedonia ( I Kor. 16:5), Akhaya (I Kor. 16:15), dan Asia ( I Kor. 16:19), ia menyinggung kepada jemaat Galatia ( I Kor
16:1), biasanya lebih sebagai nama propinsi.
9. Orang-orang yang tinggal di Galatia Utara pindah
kedaerah tersebut dari tempat wilayah Barat Jauh, mereka asli “Celtic”, tetapi
mereka disebut sebagai orang “Galate” oleh orang-orang Yahudi dan “Galli” oleh
orang Roma. Karakter dari orang-orang yang dimaksud paulus seperti orang-orang
tersebut diatas. Mereka suku yang tidak tetap (gampang berubah), dimana
“sesuai” dengan apa yang dikatakan Paulus dalam ucapannya “ kamu berubah dengan
cepat.” Ini adalah sesuai dengan penjelasan yang ditemukan dalam “Caesar and
Cicero”
Sanggahan.
Sangat
sukar untuk bisa memahami atau menerima argumentasi ini hanya dengan ungkapan
“fickle (gampang berubah)” dengan menyelaraskan dengan ungkapan Paulus dalam
Gal 1:6.
Southern Galatia Theory
1. Kisah Rasul berisi penandaan wilayah dimana
Paulus memilih untuk menggunakan penyebutan Propinsi. Dalam I Korintus Paulus
menyinggung kepada gereja-gereja Galatia (16:1), dalam konteks yang sama ia
menunjuk kepada wilayah lain dengan menggunakan nama-nama propinsi mereka
sendiri: Makedonia (16:5), Akhaya (16:15) dan Asia (16:19). Jadi Paulus lebih
sering juga menggunakan sebutan “Galatia” sebagai sebutan bagi Propinsi,
ketimbang hanya pada satu suku atau kelompok tertentu.
Sanggahan
Paulus
sering menggunakan sebutan territorial dari pada nama official, sebagai contoh
Syria (Galatia 1:21) untuk menyebut “Seleucidian Syria” yang dimaksud adalah
Antiokhia yang menjadi bagian propinsi Roma dimana Jerusalem juga termasuk
didalamnya. Dalam penunjukannya kepada orang-orang Kristen di Judea, ia berpikir
atau bermaksud tentang wilayah Judea (II Kor 1:16; I Tes 2:14); Arabia adalah
suatu wilayah atau daerah dan bukan nama suatu kerajaan dari Nabatian ( Gal
1:17).
2. Paulus, lebih sering menulis kepada gereja-gereja
yang telah berdiri dalam catatan di Kisah Para Rasul (ch. 13-14) daripada
kepada gereja-gereja yang mana kita hanya sedikit mendapatkan informasi tentang
mereka.
Sanggahan
Juga,
sedikit diketahui tentang pendirian terhadap gereja Kolose.
3. Orang-orang Yahudi, musuh-musuh Paulus telah memasuki
daerah-daerah yang telah padat penduduknya diwilayah Selatan Galatia,
dibawah pegunungan Taurus, dimana
orang-orang Yahudi dan synagoge – sinagoge berada disana lebih banyak
dibandingkan diwilayah Utara.
Sanggahan.
Tidak
ada yang diketahui tentang utusan dari Yerusalem. Mereka mungkin meninggalkan
wilayah Galatia tanpa mereka memahami tentang hal ini (daerah-daerah ini).
4. Penunjukan nama Barnabas khususnya
penyeberangannya di Antiokhia (Gal 2:1, 9; cf. 2:13), akan sangat berarti hanya bagi jemaat Galatia di bagian
Selatan karena Barnabas bersama dengan Paulus pada pejalanan misi pertama, dan
bukan pada dua perjalanan berikutnya.
Sanggahan
Dalam
I Korintus 7:6 Paulus menunjuk kepada Barnabas sebagaimana dikenal di Korintus,
dan disana tidak ada bukti ia telah mengunjungi gereja tersebut.
5. Selama tidak ada keterangan yang menunjukkan
tentang keputusan sejarah yang dibuat sidang Jerusalem (Kisah 15), keputusan
tentang penulisan buku seharusnya ditulis sebelum peristiwa tersebut terjadi.
Dalam kasus ini Paulus kemungkinan hanya menulis kepada Jemaat Galatia bagian
Selatan, seperti Antiokhia, Ikonium, Listra dan Derbe.
Sanggahan
Penunjukan
tentang sidang Yerusalem tidaklah berhubungan dengan beberapa surat Paulus,
selain daripada masalah hubungan Yahudi dan non-Yahudi dan tentang Injil itu
sendiri. Dalam hal ini mungkin juga Paulus tidak terlalu memperhatikan tentang
hasil keputusan nyata sidang atau akhir kemenangan bagi dirinya dan berita
Injil.
6. Meskipun Petrus bukanlah seorang yang stabil pada
waktu itu, penyeberangannya ke Antiokhia (Gal 2:11-14) akan lebih berarti dalam
pengalaman pribadinya sebelum sidang Yerusalem daripada sesudahnya.
Sanggahan
Mengapa
keputusan sidang Yerusalem lebih memfokuskan terhadap penyeberangan Petrus ke
Antiokhia (teguran Paulus kepada Petrus berkaitan dengan makan semeja dengan
orang Yahudi) daripada kesaksian akan Roh Kudus dirumah Kornelius beberapa
tahun sebelumnya.
7. Disana (dalam surat Galatia) orang-orang Yahudi
berada didalam gereja-gereja dari propinsi Galatia, akan tetapi hampir tidak
ada orang-orang Yahudi yang dikenal berada diwilayah Galatia. Maka hal ini
sepertinya menjelaskan bahwa Paulus akan mengunjungi pada kelompok orang Yahudi
di Galatia Selatan (propinsi Galatia)
Sanggahan
Penunjukan
tentang orang-orang di Galatia ditujukan kepada orang Kristen Yahudi (3:2-3,
13-14, 23-24; 4:2, 5; 5:1)dengan ungkapan kalimat yang umum sebagai orang
Kristen. Orang-orang Galatia adalah orang Kristen non Yahudi (4:8; 5:2-3;
6:12-13).
8. Menurut Kisah Rasul 20:4, Paulus mendirikan
kekristenan dari propinsi Galatia (Gaius dari Derbe dan Timotius dari Listra)
dengan membawa sumbangan dan tidak seorangpun berasal dari wilayah Galatia
(Galatia Utara), dipertegas menurut I Kor 16:1 dimana sumbangan tersebut
dikumpulkan di Galatia.
Sanggahan.
Kisah
Rasul 20:4 juga mengungkapkan tidak ada pembawa surat dari Akhaya, meskipun
diharapkan, menurut I Kor 16:1. Juga Gaius mungkin telah berada di Makedonia
(Kisah 19:29; 20:4, codex D)
9. Surat kepada jemaat Galatia menyatakan secara
tidak langsung bahwa rasul Paulus yang mendirikan gereja di Galatia yang
dilakukannya pada waktu transit melewati wilayah mereka. Galatia Selatan adalah
daerah yang sangat padat, memiliki jalan utama, dimana Galatia bagian Utara
jauh dari rute perjalanan yang biasa digunakan, hanya satu kemungkinan alasan
untuk mengunjungi Galatia Utara akan menjadikan pertobatan bagi orang-orang.
Galatia bagian Selatan lebih tepat merupakan kesaksian tentang pendirian gereja
di Galatia.
Sanggahan
Keinginan
untuk pergi ke Galatia untuk suatu pertobatan sesungguhnya adalah baik dalam
strategi Paulus. Catatan, keinginannya untuk pergi memasuki Bitinia, juga
diluar jalur. Selain itu, siapa yang tahu motivasi yang paling dalam, dalam
diri rasul Paulus?
Dari
apa yang nampak diatas, sampai saat ini pertentangan dari dua kelompok tersebut
belum mendapat kepastian yang akurat tentang kepada siapa surat Galatia
dikirimkannya, akan tetapi dengan melihat argumen dan sanggahan yang ada maka
menurut saya bahwa teori Shoutern Galatian lebih cocok, hal ini disebabkan
dengan argumen-argumen yang ditampilkannya secara lengkap dan akurat.
Waktu dan tempat penulisan
Menurut
teori Galatia Utara, jemaat di
Galatia didirikan pada perjalanan misi yang kedua / ketiga melalui Galatia Utara
(KPR 16:6) sekiranya kota Yunani (Galatia 4:13) dapat diterjemahkan (seperti
terjemahan tata bahasa Indonesia) dengan “pertama kali”, maka kesimpulannya
adalah Paulus menulis Surat Galatia setidaknya setelah kunjungan keduanya ke
Galatia, yaitu pada perjalanannya yang ketiga (setelah Kisah 18:23), mungkin
setelah ia tinggal di Efesus (+/- tahun
53-56M).
Menurut
teori Galatia Selatan, jemaat di
Galatia didirikan pada perjalanan misi Paulus yang pertama. Surat Galatia ini
disusun sebelum siding di Yerusalem (KPR 15), sehingga kunjungan yang
diceritakan dalam Galatia 2:1-10 sama dengan KPR 11:30; 12:24). Jadi
kemungkinan surat ini ditulis di Antiokhia
di Siria (?) sekitar tahun 48M,
yang merupakan tulisan Paulus yang pertama dan tertua dari semua kitab tulisannya.
Hubungan Galatia dengan Yakobus
Paulus
- Justification before God (pembenaran / dasar kebenaran dihadapan Allah)
- Iman adalah akar dari pembenaran (The root of justification)
- Iman adalah sesuatu yang menghasilkan perbuatan (as producer)
- Pembenaran oleh iman (justification by faith)
Yakobus
- Justification before human (pembenaran dihadapan manusia psl 2:18)
- Perbuatan adalah bukti iman
- Perbuatan adalah buah dari iman (the fruit of justification)
- Pembenaran atas pekerjaan/perbuatan (justification for work)
Garis Besar Galatia
- Pasal 1-2 : Pembelaan diri Paulus
- Pasal 3-4 : Menjawab permasalahan-permasalahan dari sudut teologis
- Pasal 5-6 : Intisari surat Galatia
Ciri khas Surat Galatia
- Surat perjuangan Paulus untuk menolak ajaran lain
- Surat pembelaan Paulus mengenai kerasulannya
- Surat kasih
- Berisi ajaran yang mudah diingat.
PERISTIWA
Kebangkitan :
Pentakosta
Pertobatan
Paulus di Damsyik
Kunjungan ke Arab
Kembali ke Damsyik
Kunjungan
Paulus pertama ke Yerusalem
Paulus diterima oleh Barnabas
Percakapan dengan Kefas dikota ini
Tinggal 15 hari di rumah Kefas
Berangkat ke Siria dan Kilikia
Paulus ke
kaisarea, lalu ke Tarsus
Barnabas
diutus dr Yerusalem ke Antiokhia
Barnabas mencari Paulus di Tarsus dan
membawanya ke Antiokhia di Siria
Pelayanan pertama Paulus di Antiokhia
Kunjungan yang
kedua ke Yerusalem
Disertai Barnabas dan Titus
Bantuan dr jemaat Antiokhia u/ jem
Yerusalem
Didorong oleh suatu pernyataan
Percakapan pribadi
Keluhan ttg “saudara-saudara palsu”
Persetujuan dengan Yakobus, Kefas &
Yohanes
Paulus dan
Barnabas kembali ke Antiokhia
Membawa Yohanes Markus
Perjalanan
Misi pertama: Siprus, Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra & Derbe di
Likaonia
Kembali ke
Antiokhia
Kunjungan Kefas
Perdebatan
Org-org dr Yudea mempermasalahkan sunat
bagi org Gentile
Menulis surat kpd Jemaat Galatia
Kunjungan yang
ketiga di Yerusalem
Sidang Yerusalem
|
REFERENSI
KPR 1:3, 5;
2:1
Kisah 9:1-18
Galatia 1:17
Gal 1:18; KPR 9:26
Gal 1:18
Gal1:21
Kisah 9:30
Kisah 11:22
Kisah 11:25-26
Gal 2:1-10
KPR 11:29-30
KPR 12:24-25
KPR 13:1 –
14:20
Gal2:11; KPR
14:21-28
KPR 15:1-2
KPR 15:1-35
|
WAKTU
Tahun 30
Tahun 30/31
Tahun 33/35
Tahun 48/49
|
Alasan Penulisan
Surat Galatia jelas
ditulis bagi orang-orang yang bertobat karena pekerjaan paulus, tetapi sekarang
mereka dalam bahaya besar karena ada orang-orang yang memutar balikkan
kebenaran Injil tentang kemerdekaan Kristen, bertentangan dengan ajaran Paulus,
dengan peraturan-peraturan yang telah disahkan orang yahudi. Kebenaran Injil
yang diputar balikan tersebut antara lain:
- Sunat menduduki tempat terpenting. Mereka mengajarkan bahwa untuk mencapai keselamatan, maka iman kepada Kristus memerlukan keharusan sunat dan penyesuaian diri kepada peraturan-peraturan Yahudi lainnya.
- Dalam peraturan itu juga termasuk perhatian akan penanggalan yahudi (Galatia 4:10).
- Ketentuan makanan yang diperbolehkan.
- “Jemaat-jemaat Galatia” ternyata telah dikunjungi orang-orang Yahudi yang berusaha membuat anggota jemaat itu meragukan status kerasulan Paulus.
Oleh sebab itu Paulus
merasa perlu menulis suratnya kepada jemaat Galatia, karena ia melihat bahwa
ajaran yang berkembang telah mencampur adukkan antara anugerah dengan Hukum
taurat yang dinilainya salah. Ajaran itulah yang dikatakan sebagai Injil lain
yang diberitakan diluar pemberitaan Injil yang telah disampaikan oleh Paulus
dalam nama Kristus. Dalam suratnya Paulus menghimbau jemaat untuk tetap berdiri
dalam kemerdekaan yang baru diperoleh itu dan jangan menaruh hidup mereka
dibawah perhambaan.dosa yang mengatas namakan Hukum taurat.
LATAR
BELAKANG
Kota-kota dimana Paulus
memberitakan Injil pada perjalanan Misi yang pertama antara lain Antiokhia,
Ikonium, Listra dan Derbe (KPR 13-14) terdapat di propinsi Galatia ini. Wilayah
ini sangat menarik bagi orang Romawi-Yunani dan yahudi karena letaknya yang
strategis.
Surat Galatia adalah
satu-satunya surat Paulus yang dialamatkan pada kumpulan jemaat (Galatia 1:2).
Dilatarbelakangi tentang kabar yang diterima Paulus berkenaan dengan keadaan
jemaat di Galatia yang menyangkut relasi antara Injil dan ketentuan-ketentuan
dalam Torat khususnya tentang masalah sunat. Ada orang-orang yang memberikan
suatu Injil lain daripada Injil yang telah diberitakan oleh Paulus, yang mana
dikatakan Paulus injil tersebut trelah memutar balikkan Injil Kristus (Gal 1:6
dst). Injil lain tersebut menuntut semua jemaat harus menuruti hokum Musa dan
segala hal peraturannya, khususnya menyangkut bagian sunat, hari-hari tertentu,
bulan-bulan dan masa-masa yang tetap (Gl 3:6 dst 4:10). Orang-orang tsb
mempersoalkan isi pemberitaan Paulus dengan menekankan bahwa apa yang
disampaikan Paulus tidaklah cukup.
Penyesat-penyesat
tersebut kemungkinan bukanlah orang beragama Yahudi melainkan orang Kristen
Yahudi (Gal 5:12; 6:13). Paulus merasa perlu untuk menolong dan mengarahkan
jemaat Galatia, karena ia cukup mengenal ajaran-ajaran yahudi dari
pengalamannya sendiri (Gal 1:13-14). Dan dalam surat Galatia ini paulus membela
kemerdekaan orang Kristen didalam Yesus Kristus. Itu sebabnya surat ini
seringkali disebut sebagai “surat kemerdekaan orang-orang Kristen.”
CIRI
KHAS SURAT GALATIA
1. Pembelaan
paling semangat tentang sifat hakiki Injil, dengan nada keras dan bersemangat
serta mendesak dalam menghadapi para lawannya (Galatia 1:8-9; 5:12) juga
menegur jemaat Galatia (Galatia 1:6; 3:1; 4:19-20).
2. Banyak
petunjuk kehidupan Paulus, setelah surat II Korintus.
3. Satu-satunya
surat yang dialamatkan oleh Paulus kepada jemaat secara tegas.
4. Berisi
daftar buah Roh (Galatia 5:22-23) dan daftar paling lengkap tentang perbuatan
dosa (Galatia 5:19-21).
BEBERAPA
POKOK PENGAJARAN DALAM SURAT GALATIA
1.
Injil yang diberitakan
oleh Paulus adalah Injil yang diterima langsung dari Kristus, bukan dari
dirinya sendiri..
2.
Paulus menyatakan
pengutusannya langsung dari Kristus (Gal 1:15 – 2:10).
3.
Bila perkenanan Allah
dapat diperoleh melalui sunat dan pengamalan peraturan Yahudi, maka kematian
Kristus adalah sia-sia (Gal 2:21).
4.
Kehidupan Kristus seperti
yang diketahui, dialami dan dihayati oleh orang Kristen Galatia dalam hidup
mereka, adalah pemberian dari Roh Allah pada saat mereka menerimanya dan sangat
disayangkan mereka menjadi rapuh (Galatia 3:2).
5.
Janji Allah kepada
Abraham digenapi dalam Kristus dan bukan dalam Taurat (Gal 3:6-9, 15-22).
6.
Hukum Taurat
menerangkan kutuk bagi yang gagal melakukannya, tetapi Kristus telah menanggung
kutuk Hukum Taurat tersebut (Galatia 3:10-14).
7.
Kedewasaan sebagai
anak-anak Allah didapatkan bukan pada melakukan Hukum taurat melainkan pada
keyakinannya terhadap karya Kristus (Gal 3:23 – 4:7).
8.
Hukum taurat membawa
pada kuk perhambaan, sementara iman dalam Kristus membawa pada kemerdekaan.
9.
Iman dalam Kristus
bekerja karena kasih dan karena itu dank arena itu memenuhi Hukum Kristus
(Galatia 5:6; 5:13-16)
EFESUS
Latar Belakang Kota Efesus
Efesus
merupakan suatu kota yang banyak menyediakan sarana untuk penyembahan berhala
kuil Dewi Diana (Artemis), selain itu dikota ini juga banyak terdapat praktek
ilmu sihir. Surat ini merupakan surat yang ditulis oleh rasul Paulus yang
ditujukan kepada jemaat di Efesus, dimana pembawa surat ini adalah Tikikhus
yang disertai oleh Onesimus (Ef6:21; Kol 4:7-9). Sementara itu yang mendampingi
Paulus pada saat ia menulis suratnya adalah Aristarkhus, yang pernah menjadi
salah satu orang utusan ke Yerusalem (Kisah 20:4), Eprafas, seorang Asia “tabib
Lukas yang kekasih” dan Demas. Pada saat yang bersamaan pula Markus telah
bergabung kembali dengan Paulus dan rupa-rupanya tengah merencanakan suatu
perjalanan ke Asia (Kol 4:10), sebab Paulus memuji dia pada jemaat di Kolose.
Hanya dalam surat Efesuslah nama “jemaat” berarti gereja yang universal dan
bukanlah sebuah kelompok lokal.
Penulisan
Dalam gereja mula-mula tidak ada
keraguan tentang Paulus sebagai penulis surat ini. Ada timbul
pandangan-pandangan baru yang menyanggah bahwa Paulus adalah penulis surat
Efesus tersebut. Pandangan yang mendukung bahwa Paulus adalah penulis
kitab tersebut didukung oleh:
- Surat ini mencantumkan bahwa Pauluslah penulisnya, tidak hanya dalam pembukaan (1:1) tetapi juga dalam tubuh.
- Pada jaman gereja mula-mula keaslian surat ini tidak diragukan lagi. Surat tersebut diterima oleh Marsion (sebagai surat Laodikia); termasuk dalam kanon Muratori dan digunakan oleh golongan heretik dan ortodok.
- Tema-tema dalam kitab Efesus tidak diragukan lagi berisi pengajaran-pengajaran Paulus, misalnya: pembenaran oleh iman, anugerah karya pendamaian oleh Kristus.
- Terjadi pengembangan dalam surat tersebut dibandingkan dengan surat Paulus yang sebelumnya.
- Hubungan Kolose dengan Efesus dapat ditinjau dari satu sisi. Para ahli yang menolak Paulus sebagai penulis surat Efesus berpendapat bahwa tidak mungkin satu orang menulis dua kitab yang memiliki kesamaan sekaligus. Hal ini disanggah dengan argumen bahwa tidak beralasan Paulus menulis Kolose dengan pikiran yang khusus, dan tak lama sesudah itu ia menulis surat Efesus dengan pengembangan yang lebih luas.
Pandangan yang
menolak Paulus sebagai penulis surat Efesus memiliki argumen-argumen sebagai
berikut:
- Gaya penulisan Paulus dalam surat itu sangat berbeda dengan surat-surat sebelumnya, diantaranya:
- Terdapat kata-kata yang tidak ditemukan dalam surat-surat yang lain.
- Kalimat-kalimatnya panjang
- Terdapat banyak penggunaan sinonim
- Kitab Efesus berisi doktrin yang tidak biasanya ditulis oleh Paulus, seperti fungsi kosmik gereja (3:10)
- Hubungan antara Efesus dan Kolose menunjukkan bahwa tidak mungkin kedua surat ini ditulis oleh orang yang sama, dimana surat Kolose dianggap yang asli dari Paulus, sedangkan Efesus adalah hasil tiruan dari Kolose.
Dalam
Efesus 1:1 tertulis sebagai berikut: “Orang-orang kudus di Efesus, orang-orang
percaya dalam Kristus Yesus,” dalam naskah-naskah yang terbaik dan tertua kata
“Efesus” tidak ditemukan. Ada beberapa versi modern Perjanjian Baru menempatkan
kata “Efesus” sebagai catatan kaki, hal tersebut menimbulkan persoalan mengenai
alamat surat tersebut, masalah kata “di Efesus” kita juga tahu bahwa surat itu
tidak menuliskan salam pribadi kepada jemaat di Efesus.
Dari hal
tersebut diatas ada beberapa kemungkinan:
- Surat tersebut adalah surat umum kepada jemaat-jemaat yang berlatar belakang agama kafir (3:1)
- Surat itu adalah surat edaran umum yang dikirim ke beberapa jemaat di propinsi Asia di antaranya kepada jemaat di Efesus
- Surat itu adalah surat kiriman kepada jemaat Efesus dengan terjemahan LAI
Dari
kebanyakan penafsir sepakat bahwa surat tersebut adalah surat edaran yang
dialamatkan kepada jemaat yang berbeda-beda. Kata Efesus dicantumkan pada
salinan surat yang dikirim ke kota, sedangkan salinan yang lain (Kol 4:16)
memakai kata-kata “Laodikia.”
Waktu dan tempat penulisan
Efesus
3:1; 4:1 menyebutkan bahwa Paulus berada di dalam penjara, hal tersebut
menunjuk pada Paulus yang ditahan di penjara Roma sekitar tahun 60-61M. Mereka
yang menolak Paulus sebagai penulis surat Efesus menyatakan bahwa surat itu
ditulis sekitar tahun 70-90, ketika surat-surat Paulus telah dikumpulkan.
Tujuan Penulisan
Surat
ini ditujukan kepada jemaat di Efesus, akan tetapi tidak bersentuhan dengan
masalah-masalah yang khusus, dimana tujuannya adalah untuk meninggikan nama
Kristus serta pentingnya gereja Allah dimuka bumi ini. Seperti halnya
surat-surat paulus lainnya, doktrin yang diberikan disusul dengan penerapan
yang praktis, agar iman dan kehidupan kekristenan dapat berjalan seimbang.
Isi dan Tema
Kitab
ini berisi tentang sifat, cirri-ciri dan tujuan dari gereja berdiri, dimana
tujuan Allah yang utama dalam mendirikan gereja terdapat dalam setengah bagian
yang pertama dalam surat ini (Ef 1:4,5,9,11,13,20 ; 2:4,6,10 ; 3:11), dalam
bagian ini rencana ilahi tentang penebusan dosa dibahas dengan sangat terinci.
Pada bagian selebihnya tingkah laku orang-orang yang percaya ditekankan dalam
kata “hidup” yang menggambarkan bentuk perilaku mereka (Ef 4:1,17 ; 5:1,8,15)
sebagaimana sangat berlawanan dibandingkan dengan kelakuan mereka sebelumnya
didalam dunia (Ef 2:1).
Penggerak
kehidupan gereja adalah Roh Kudus yang merupakan meterai penerimaan (Ef 1:13),
jalan masuk kepada Allah (2:18), sumber kebenaran yang diberitakan (Ef 3:5),
rahasia kekuatan semua bangsa ( Ef3:16), pengikat kesatuan (4:3-4) penuntun
pikiran dan ucapan (4:30), perangsang sukacita (5:18) dan perisai penahan
pertikaian (6:17). Bila Roma merupakan contoh dari suatu bentuk pengajaran yang
akan diberikan oleh Paulus , maka Efesus adalah contoh dari teknik “musyawarah
Alkitab.”
Struktur Surat Efesus
- Sebuah pesan untuk orang-orang kudus yang setia kepada Kristus (Efesus 1:1-2)
- Warisan kita sebagai orang Kristen (Ef 1:3 – 2:22)
-
Efesus 1:3-6 Dipilih untuk
suatu maksud
-
Efesus 1:7-14 Diselamatkan
untuk suatu maksud
-
Efesus 1:15-23 Diterangi untuk
suatu maksud
-
Efesus 2:1-10 Dihidupkan untuk
suatu maksud
-
Efesus 2:11-22 Didamaikan untuk
suatu maksud
- Suatu misteri yang disingkapkan (Ef 3:1-21)
-
Efesus 3:1-6 Orang-orang yang
bukan yahudi juga diikutsertakan
-
Efesus 3:7-12 Pelayanan Paulus
yang strategis
-
Egesus 3:13-21 Pengertian penuh
sangat penting
- Sifat gereja (Ef 4:1-32)
-
Efesus 4:1-6 Dipersatukan
dalam Roh
-
Efesus 4:7-12 Diberkati dengan
karunia-karunia Roh
-
Efesus 4:13-16 Diperlengkapi
untuk bertumbuh
-
Efesus 4:17-24 Ciri-ciri
diperbaharui
-
Efesus 4:25-32 Diubahkan
penampilannya
- Cir-ciri, tingkah laku dan konflik Kristen (Efesus 5:1-6:24)
-
Efesus 5:-21 Mengikut Kristus
-
Efesus 5:22 – 6:9 Hidup dengan sesama
-
Efesus 6:10-24 Menghadapi musuh.
Kontribusi
- Betapa besar hak kita untuk menjadi anggota keluarga Allah yang mendapat bagian didalamnya.
- Kitab ini mengajarkan kepada kita tentang sikap kita terhadap orang lain dan hubungan dengan dengan sesame
- Perlunya persiapan dengan perlengkapan senjata Allah dan doa
FILIPI
Penulisan Surat Filipi
Surat
Filipi ditulis oleh paulus ditujukan kepada jemaat di Filipi. Paulus mendirikan
jemaat di Filipi ini pada misi yang ke 2. Paulus dalam perjalanannya disertai oleh
Silas dan Timotius, mereka juga mendapat penglihatan di Troas untuk dating ke
Makedonia dan merekapun berangkat kesana. Filipi merupakan kota pertama di
Makedonia yang mendengar berita Injil (Kisah 16:6-12). Dulu kota Filipi bernama
Krenides. Kota tersebut dikalahkan oleh Raja Filip II sekaligus ayah dari
Alexander Agung dari Makedonia (359-336 BC), dalam Kisah 16:12 Filipi merupakan
kota perantauan orang Roma. Dalam surat ini tidak terdapat permasalahan jemaat
yang kompleks, dan Paulus menyebutkan bahwa jemaat ini memiliki keharmonisan
yang sangat baik. Bahkan dalam doanya ia selalu mengucap syukur bila mengingat
jemaat di Filipi (Filipi 1:3-4), selain itu banyak ungkapan-ungkapan mesra dari
hati Paulus kepada jemaat di Filipi (Flp 1:7-8; 4-1).
Surat
Filipi adalah surat paling pribadi yang ditulis oleh Paulus diantara surat
surat untuk jemaat. Dapat dikatakan sudah 10 tahun berlalu sejak Paulus, Silas
dan Lukas pertama kali memasuki Filipi. Jemaat Filipi banyak memiliki anggota
wanita, mungkin teman-teman Lidia yang telah berjuang bersamanya dalam
Pekabaran Injil (Flp 4:3). Beberapa diantara mereka seperti Sintikhe dan Euodia
tidak selalu sehati sepikir seperti yang tertuang dalam Flp 4:2). Kabar tentang
musibah yang menimpa Paulus di Yerusalem yang berakhir dengan pemenjaraan
dirinya di Roma telah menghidupkan kembali simpati mereka (Flp 4:10-14) dan
segera mereka mengumpulkan dana bagi Paulus. Eprafoditus yang diutus jemaat
untuk menyerahkan persembahan tersebut malah jatuh sakit dan kesembuhannya dikemudian
hari merupakan jawaban doa Paulus dan segera sesudah itu paulus menirimkannya
kembali ke Filipi bersama surat yang ditulisnya
Tempat dan Waktu Penulisan
Waktu penulisan surat ini, ketika Paulus berada di
penjara (Flp 1:7, 13-14). Dalam kitab Kisah rasul dicatat ada 3 tempat dimana
Paulus pernah dipenjarakan, yaitu di Filipi, Kaisarea dan Roma. Ada beberapa
pendapat dari para ahli yang menyetujui bahwa surat Filipi ditulis dipenjara
Roma, alasannya adalah sebagai berikut:
- Kata “istana kaisar” (Kisah 4:22) menunjuk kepada Roma
- Kesempatan untuk menerima dan merawat Eprafoditus lebih tepat dilakukan di Roma (Kisah 28:30)
- Kemajuan injil yang terjadi pada saat Paulus dipenjarakan lebih menunjuk kepada Roma sebagai tempat penulisan surat ini (Kisah 28:31)
- Dalam Filipi 2:23 Paulus menunggu panggilan dalam waktu singkat serta mengharapkan keputusan yang jelas mengenai perkaranya.
Maksud dan tujuan penulisan
1.
Ucapan terima kasih kepada jemaat di Filipi atas
pemberian bantuan kepada Paulus yang dikirimkan melalui Eprafoditus (Filipi
4:10-20)
- Paulus memberitahukan keadaannya di penjara
- Memberitahu kemajuan Injil akibat pemenjaraannya
- Memberi kabar tentang Eprafoditus
- Menasihatkan jemaat di Filipi untuk hidup berpadanan dengan Injil Kristus dan saling merendahkan diri dan juga adanya kesatuan
- Mengcover pengaruh Judaisme
Ciri Khas dari Surat Filipi
1.
Sifat surat Filipi sangat pribadi dan mencerminkan
hubungan yang akrab antara Paulus dengan jemaat Filipi
- Surat Filipi banyak menyinggung tentang Kistus sebagai tujuan hidup orang percaya.
- Surat ini disebut sebagai surat sukacita
- Menyajikan standart hidup kekristenan yang kuat
Isi Ajaran
1.
Sukacita dalam segala hal (Flp 1:4, 18; 2:17-18; 4:4)
- Hidup bagi kristus (Flp 1:21)
- Sikap rendah hati seprti Kristus (Flp 1:1-11)
- Kebenaran sejati (Flp 3:1b-16)
- Teladan hidup Kristus (Flp 3:17; 4:11)
Masalah Kesatuan kitab Filipi
Ada beberapa pendapat tentang kesatuan surat Filipi
- Ada pendapat yang berkata bahwa pasal 3:1; 4:4 merupakan bagian surat yang lain dan bukan merupakan satu kesatuan
- Ada beberpa pendapat bahwa ada tiga surat yang terdapat pada surat Filipi
- Ada pula pendapat tentang gaya penulisan Paulus yang sering beralih kepokok yang lain secara mendadak.
Garis Besar Surat Filipi
- Sukacita dalam penderitaan (Flp 1:1-30)
- Sukacita dalam pelayanan (Flp 2:1-30)
xii.
Hidup
bersama dalam keharmonisan (2:1-4)
xiii.
Teladan
Kristus ( 2:5-11)
xiv.
Mempertahankan
keselamatan ( 2:12-13)
xv.
Berhenti
mengeluh (2:14-18)
xvi.
Menghormati
pelayan Tuhan Timotius (2:19-24), Eprafoditus (2:25-30)
- Sukacita dalam Kristus (Flp 3:1-21)
xvii.
Yang
dulu dibanggakan dianggap sampah (Flp 3:1-11)
xviii.
Pertandingan
yang belum selesai (Flp 3:12-16)
xix.
Kewargaan
yang harus dijunjung tinggi (Flp 3:17-21)
- Sukacita dalam kepuasan (Flp 4:1-20)
xx.
Sumber
sukacita (Flp 4:1-4)
xxi.
Rahasia
sukacita (Flp 4:5-9)
xxii.
Pemberian
sukacita (Flp 4:10-20)
xxiii.
Salam
perpisahan (Flp 4:21-23)
Topik utama
dalam surat Filipi ini:
1.
Berita
Injil, disebut sebanyak sembilan kali, (1:5 Yun; 1:7; 1:12; 1:16; 1:27; 2:22;
4:3; 4:15), untuk menunjukkan suatu
bentuk iman. Tidak ada definisi tentang Injil dalam buku ini, tetapi
hakikat Injil dirangkum dalam 2 ayat “taat sampai mati, bahkan mati dikayu
salib” (2:8) dan “ kebenaran karena
kepercayaan kepada Kristus” (3:9). Yang pertama adalah kabar baik bahwa Kristus
telah mati untuk manusia, dan yang kedua adalah meyakinkan bahwa manusia dapat
memiliki kebenaran dihadapan Tuhan. Inilah kedua aspek Injil.
2.
Sukacita.
Kondisi atau keadaannya di Roma sebenarnya tidak mendukung dia, sebab setiap
saat dia bisa dijatuhi hukuman mati bila hasil sidang memutuskan demikian, dan
juga musuh-musuhnya berusaha merongrong hidupnya (org-org Yahudi). Akan tetapi
itu semua tidak membuat Paulus menjadi menyesal akan tetapi malah membuat
semangatnya berkobar dalam sukacita ilahi.
3.
Filipi
3 memberikan suatu pengertian yang mendalam tentang motif pendorong didalam
diri Paulus. Pengabdian dan semangatnya yang luar biasa menempatkan dirinya
pada jajaran pemimpin-pemimpin besar dunia yang telah mengabdikan seluruh
hidupnya bagi sesuatu yang mereka yakini dengan sepenuh hati. Bagi dia, seluruh
kehidupan berpusat pada Kristus. Untuk “mendapatkan”, “memahami,” “berada”
didalam Kristus, Paulus telah mencurahkan seluruh perhatiannya. Surat ini
meguraikan totalitas hidup dalam Kristus.(bd. Flp 1:21).
4.
Bgm
memproleh KEBENARAN YANG SEJATI (Flp
3:1-15)
-
Tidak
bergantung pada tradisi kepercayaan yang dimiliki turun temurun.(3:5)
-
Tidak
bergantung pula semata-mata pada kegiatan/ tata cara ibadah yang dilihat
manusia. (3:6)
-
Tidak
didapat/diperoleh lantaran profesi atau jabatan dan gelar yang diberikan oleh
manusia (organisasi) (3:5 akhir)
Melainkan,
-
Pengabdian
kepada Kristus dengan hati yang tulus (Flp. 3:7-9)
-
Mengenal
Dia dan memahami Dia bukan kata orang, tapi lewat pengalaman pribadi bersama
Kristus (Flp. 3:10-11)
-
Mengarahkan
hidup dan mencurahkan kita kepada Kristus (Christo-centris) (Flp.3:12-15).
KOLOSE
Latar
Belakang Kolose
Kolose adalah sebuah kota di
propinsi Romawi, diwilayah Asia, yang pada saat ini kita mengenal sebagai
Turki. Letak Kolose +/- 15 km kearah Timur lembah Likus dari Laodikia. Kota
Kolose menjadi kota yang penting karenat terletak di pangkal jalan bercabang Ke
Sardis dan Pergamus. Dibawah pemerintahan Roma, peranan kota ini berkurang dan
malah Laodikia menjadi kota yang lebih besar dan makmur. Penduduk asli orang
Kolose adalah orang Frigia, selain itu kota Kolose berjarak +/- 160 km dengan
kota Efesus.
Kemungkinan jemaat Kolose
telah didirikan sebagai akibat 3 tahun pelayan Paulus di Efesus (Kisah 20:31).
Pengaruh dari pelayanan paulus yang begitu luar biasa dan luas jangkauannyan
sehingga semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang yahudi maupun
orang Yunani” (Kisah 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah
mengunjungi Kolose, namun ia telah memelihara hubungan dengan jemaat tersebut
melalui Epafras, dimana Eprafas sendiri bertobat mungkin dari pelayanan Paulus
di Efesus.
Latar
Belakang Penulisan
Alasan untuk menulis surat ini
adalah :munculnya ajaran palsu yang mengancam masa depan rohani jemaat Kolose
(Kol 2:8). Ia mengerti hal ini karena laporan Eprafas yang dibawanya saat ia
dipenjara dan Epafras mengunjunginya, yang kemudian paulus tanggapi dengan
menulis surat kepada jemaat Kolose ini.
Penulis:
Paulus ( Kolose 1:1; 4:18), tahun penulisan +/- 62 M
Tema: Keunggulan
Kristus
Alamat: “untuk
saudara-saudaraku yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose” (Kol
1:2)
Tujuan/
Maksud
1.
Untuk memberantas ajaran palsu yang ada membahayakan
jemaat Kolose.
2.
Untuk menekankan sifat dan arti sebenarnya dari hidup
baru di dalam Kristus dan tuntutannya pada orang percaya
Makna
Teologis Kitab ini
Paulus
menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus
1.
Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (1:15).
2.
Kepenuhan ke-Allahan dalam bentuk jasmaniah (2:9).
3.
Pencipta segala sesuatu (1:16-17).
4.
Kepala gereja (1:18).
5.
Sumber dari keselamatan kita (1:14; 20-22)
Implikasinya
dewasa ini
1.
Hidup yang kita jalani sekarang ini didasarkan pada
kecukupan dari Kristus saja.
2.
Realitas Kristus yang hidup didalam kita harus tampak
dalam prilaku kekristenan.
Pembawa
surat: Tikhikus (Kol 4:7)
Hubungannya
dengan Efesus (Persamaan):
1.
Topik-topik yang dibahasnya dan banyaknya kata yang
khas antara lain: hikmat, pengetahuan, kepenuhan Allah, rahasia Allah yang
sekarang dinyatakan, dll.
2.
Efesus 5:22-27 dengan Kol 3:18-19.
3.
Manusia baru dalam Efesus dengan manusia baru dalam
Kolose (topik).
4.
Efesus 6:21-22 dengan Kol 4:7-8
Perbedaan
1.
Surat Efesus bersifat mengajar, semantara Kolose
bersifat memperbaiki (yang rusak).
2.
Surat Efesus bersifat menguraikan, sedang kolose
bersifat mengoreksi dan membetulkan.
3.
Surat Efesus memberi tekanan pada gereja sebagai
tubuh Kristus, sedang Kolose menekankan Kristus sebagai kepala tubuh (Kepala
Gereja).
4.
Surat Efesus bersifat umum karena tidak menyinggung
masalah-masalah konkrit dalam jemaat, sedangkan Kolose lebih bersifat polemik,
yaitu penuh dengan argumen-argumen dan
diskusi untuk mempertahankan kebenaran dalam jemaat.
Catatan:
1.
Jemaat Kolose dibangun oleh Eprafas.
2.
Eprafas mungkin mengenal paulus dan ajarannya dan
bertobat dari penginjilan Paulus di Efesus dari ruang kuliah Tiranus (Kisah
19:8-10).
3.
Eprafas berlatar belakang kafir dan berasal dari Kolose
(Kol 4:2).
4.
Surat Kolose, Filipi, Filemon dan Efesus dimasukan
dalam kategori surat penjara.
SURAT I
TESALONIKA
Penulis
Meskipun surat I Tesalonika (seperti halnya
juga dengan II Tesalonika) menyebut 3 nama sebagai pengirim surat ini, yaitu
Paulus, Silwanus dan Timotius, akan tetapi bukti-bukti yang ada menunjukkan
bahwa pauluslah sebagai penulis surat ini yang sebenarnya. Pendapat ini dapat
dibuktikan sebagai berikut:
1. Paulus menyebut dirinya dlm bentuk kata ganti
orang pertama, yaitu “aku” ( I Tes 2:18).
2. Paulus menyebut Timotius dgn kata ganti orang
ketiga, yaitu “dia” (I Tes 3:2-6).
3. Bapak-bapak gereja mula-mula setuju bahwa
Pauluslah yang menuliskan surat ini.
4. Didalam II Tesalonika ditambahkannya tanda
tangan Paulus sendiri dengan maksud untuk mengantisipasi adanya surat-surat
palsu yang mengatas namakan dirinya.
Tema
surat: Tema surat I tesalonika dan II Tesalonika adalah sama, yaitu tentang
“Kedatangan Kristus kembali.”
Latar
Belakang:
Latar
belakang jemaat Tesalonika adalah orang kafir yang didirikan rasul Paulus pada PI ke II (kedua). Kunjungan
Paulus yang pertama ke Tesalonika kemungkinan pada awal musim panas, dimana ia
dan teman-temannya menumpang dirumah Yason. Kota Tesalonika adalah ibukota
propinsi Makedonia (kota pelabuhan) yang maju dan berkembang pesat, merupakan
kota kedua di wilayah Makedonia yang dikunjungi oleh Paulus. Paulus dan
teman-temannya tinggal selama 3 hari Sabat dan mengajar orang Yahudi di
Sinagoge, dan dimana kemudian timbul keributan karena ajarannya yang membuat
orang Yahudi marah, dan menimbulkan huru hara (KPR 17:1-9); maka Paulus segera
meninggalkan Tesalonika dan pergi ke Berea. Dari Berea Paulus melanjutkan
perjalanannya ke Atena dan kemudian ke Korintus, akan tetapi Paulus
meninggalkan Silas dan Timotius di Berea dengan suatu maksud agar keduanya
memperhatikan jemaat jemaat yang ada di wilayah itu (termasuk Tesalonika).
Meskipun demikian khotbah Paulus dianggap berhasil karena beberapa orang Yahudi
dan sejumlah orang Yunani serta orang-orang kafir lainnya bertobat dan
beribadah kepada Allah (KPR 17:1-9 bdg I Tes 1:9, 2:14; 4:3). Kebanyakan dari
mereka adalah masyarakat golongan bawah (tukang-tukang dan saudagar kecil).
Ketika
Paulus berada di Korintus, datanglah Timotius membawa laporan tentang keadaan
jemaat Tesalonika, yaitu tentang perkembangan rohani yang positif, dan juga
tentang persoalan yang terjadi di jemaat tersebut. Masalah atau persoalan yang
serius adalah mengenai kesalh pahaman jemaat terhadap ajaran Paraousia, yaitu
tentang kedatangan Yesus kembali. Diantaranya mereka mempersoalkan tentang
bagaimana nasib dari orang-orang (anggota jemaat) yang telah meninggal dunia
terlebih dahulu sebelum Paraousia tersebut tiba; Adanya kecenderungan untuk
memandang rendah segala kewibawaan hokum (I Tesalonika 5:12-14); Adanya
keinginan untuk kembali hidup pada kehidupan amoral (I Tes 4:3-8), dll. Laporan
yang dibawa Timotius inilah yang mendorong Paulus untuk menuliskan suratnya
kepada jemaat di Tesalonika. Pengiriman surat ini dilakukan dengan perantaraan
Timotius.
Waktu
dan Tempat Penulisan
Surat ini ditulis oleh Paulus di Korintus
sekitar tahun 51-52 pada perjalanan misi II (KPR 17:5, 18:5). Mengenai waktu
penulisannya ini baik teori Galatia Utara maupun teori Galatia Selatan
sama-sama menyetujuinya. Yang berbeda diantara mereka adalah bahwa menurut
teori Galatia Utara, surat-surat Tesalonikalah yang merupakan surat Paulus yang
pertama, sedangkan menurut teori Galatia Selatan berpendirian bahwa surat
Galatia-lah yang merupakan surat pertama dibandingkan dengan surat Paulus yang
lainnya.
Maksud
dan Tujuan Penulisan
1.
Untuk menunjukkan rasa sukacita serta ucapan syukur
Paulus atas berita yang dibawa oleh Timotius dan Silas tentang keteguhan iman
dan ketekunan mereka ditengah-tengah masa aniaya.
2.
Untuk mengajar lebih jauh kepada jemaat Tesalonika
tentang kekudusan dan hidup benar.
3.
Untuk menjelaskan (meluruskan) kesalah pahaman
jemaat tentang kepercayaan, khususnya mengenai keberadaan orang percaya yang
telah mati sebelum Kristus datang kembali.
Ciri
khas I Tesalonika
1.
Surat yang membahas kebangkitan orang mati dan hari
Tuhan (psl 4:13-18; 5:1-11).
2.
Kelima pasalnya berisi petunjuk mengenai kedatangan
Kristus kembali dan artinya bagi orang-orang percaya (psl 1:10; 2:19; 3:13;
4:13-18; 5:1-11,23).
3.
Memberikan wawasan yang unik tentang: kehidupan gereja
pada tahun 50-an, yang belum dewasa akan tetapi penuh dengan semangat.
SURAT II TESALONIKA
Penulis
Berbeda dengan surat I Tesalonika dimana
kepenulisan Paulus tidak diperdebatkan, maka surat II Tesalonika sempat menjadi
bahan perdebatan oleh para ahli. Ada beberapa ahli menolak Paulus sebagai
penulis surat II Tesalonika denga argumentasi sebagai berikut:
1.
Tentang
pengajaran eskatologi dalam I Tesalonika berbeda dangan II Tesalonika. Dalam I
Tesalonika diajarkan bahwa Yesus segera datang kembali, sedangkan dalam II
Tesalonika kedatangan Kristus masih harus didahului dengan tanda-tanda
tertentu..
2.
Penyebutan “manusia durhaka” dalam II Tesalonika sama
sekali tidak disinggung dalam I Tesalonika.
Namun
demikian alasan-alasan tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak
Paulus sebagai penulis surat II Tesalonika ini. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Terdapat perbedaan penekanan pada kedua buah Surat
tersebut, mengingat permasalahan yang melatar belakangi penulisan Surat ini
berbeda.
2.
I dan II Tesalonika justru saling melengkapi. Surat II
Tesalonika menambahkan beberapa pokok penting yang tidak tersentuh dalam surat
I Tesalonika, khususnya mengenai pola hidup yang salah dari sebagian anggota
jemaat dalam memahami paraousia.
Waktu dan Tempat Penulisan:
Surat II
Tesalonika ini ditulis pada akhir pelayanan Paulus di Korintus dan diperkirakan
pada permulaan tahun 52 M, segera setelah Surat I Tesalonika ditulis dan
mendapat respon yang kurang tepat atas jemaat Tesalonika (salah penafsiran dari
jemaat atas I Tesalonika).
Tema: Kedatangan
Tuhan yang kedua
Latar
belakang:
Penulisan
II Tesalonika tidak lama tenggang waktunya dengan surat yang pertama. Surat II
Tesalonika ditulis karena surat dari Paulus yang pertama disalah artikan atau
disalah tafsirkan berkaitan dengan hari Tuhan sehingga orang-orang di
Tesalonika menjadi malas dan tidak mau bekerja atau melakukan kegiatannya
dengan beralasan bahwa hari sudah dekat. Ada juga orang-orang tertentu yang
meresahkan jemaat dengan mengajarkan bahwa hari Tuhan telah tiba/sudah terjadi.
Selain itu juga munculnya aliran gnostik di tengah-tengah jemaat (suatu ajaran
yang mempengaruhi iman mereka yang mengajarkan bahwa Kristus hanyalah bayangan
semata dan tidak real, (Khususnya berkaitan dengan ajaran Paulus tentang
kebangkitan orang mati)).
Laporan
inilah yang mendorong Paulus untuk segera menuliskan suratnya yang kedua kepada
jemaat Teswalonika dengan asumsi dapat meredam gejolak yang ada ditengah-tengah
jemaat dan sekaligus memberikan pengertian yang benar tentang apa yang telah
dikatakannya pada suratnya yang pertama.
Paulus
mengatakan bahwa ada 3 peristiwa penting yang akan memberi tanda akan datangnya
Hari Tuhan, yaitu:
1.
Peningkatan yang tiba-tiba dari jumlah orang yang
murtad terhadap jalan Tuhan ( II Tesalonika 2:3).
2.
Terlepasnya kekuatan yang menahan (II Tesalonika
2:6-7).
3.
Pernyataan terbuka, dimana si pendurhaka akan
didukung oleh iblis yang akan memuliakan dan meninggikan dirinya melebihi
segala sesuatu yang disebut sebagai allah (II Tesalonika 2:4, 9).
Maksud
dan Tujuan Penulisan:
1.
Untuk menghibur orang-orang percaya yang teraniaya
2.
Menasehatkan kepada mereka untuk hidup disiplin dan
bekerja untuk mencari nafkah sendiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain.
3.
Meluruskan beberapa pemahaman yang keliru tentang akhir
jaman, khususnya yang berkaitan dengan “hari Tuhan.”
Pengirim Surat II Tesalonika
Sama seperti
dengan surat I Tesalonika, maka surat inipun dikirim oleh Paulus melalui
perantaraan Timotius. Diperkirakan Timotius kembali kepada Paulus untuk
menyampaikan laporan terbaru mengenai keadaan jemaat Tesalonika, sehingga
kemudian Paulus menuliskan surat keduanya ini.
Ciri Khas
1.
Berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai
pelanggaran hukum yang tanpa terkendali dan penipuan pada akhir jaman (psl
2:3-12).
2.
Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan
Kristus yang digambarkan dengan istilah apokaliptik, mirip dengan kitab Wahyu
(psl 1:6-10; 2:8).
3.
Menggunakan istilah-istilah eskatologis untuk
Antikristus yang tidak digunakan dalam kitab-kitab yang lain dalam Alkitab ( II
Tes 2:3, 8).
SURAT-SURAT PASTORAL
Latar
Belakang Surat –surat Pastoral
Menurut sumber tradisi gereja, Paulus sempat
dibebaskan setelah menjalani tahanan rumah di Roma selama dua tahun. (KPR
28:1-30 bdg II Tim 4:16-17). Setelah dibebaskan ia kembali menjalankan
perjalanan misinya dimana kemudian ia ditangkap kembali dan dihukum mati dikota
Roma. Meskipun kebenaran dari kisah ini diragukan oleh beberapa ahli karena
tidak terdapat rujukan dalam Kisah Para Rasul, namun gereja mula-mula mendukung
pendapat ini. Klemen dari Roma (thn 96 M) dan Kanon Muratori (170 M) menyatakan
dalam suratnya bahwa Paulus Sempat melayani sampai keujung bumi (Spanyol)
sebelum ia mati syahid dibawah kekaisaran Romawi.
Pada periode inilah Paulus menuliskan
Surat-surat Pastoralnya yang ditujukan kepada Timotius dan Titus yang adalah
anak-anak rohaninya. Kronologi perjalanan misi Paulus pada periode ini termasuk
kronologi penulisan ketiga Surat Penggembalaan dapat disusun sebagai berikut:
1. Paulus berangkat dari Roma bersama-sama
dengan Timotius ke Asia kecil yaitu Efesus (I Timotius 1:3), dimana Paulus
meninggalkan Timotius disini dan Paulus kemudian melanjutkan perjalanannya ke
Makedonia.
2. Dari Makedonia Paulus menulis suratnya yang
pertama kepada Timotius yang padawaktu itu sedang berada di Efesus.
3. Paulus kembali ke Efesus bersama-sama dengan
Titus (I Timotius 3:4).
4. Dari Efesus, Paulus pergi ke Troas ( II
Timotius 4:13), dimana ia menumpang dirumah Karpus dan meninggalkan jubah dan
kitab-kitabnya (perkamen) disana.
5. Paulus kembali lagi ke Efesus (I Timotius
4:3).
6. Paulus kemudian pergi ke Miletus (II Timotius
4:20) dan meninggalkan Trofimus disana dalam keadaan sakit.
7. Setelah itu Paulus pergi ke Kreta (Titus
1:5), dan meninggalkan Titus di Kreta serta kemudian melanjutkan perjalanannya
ke Korintus (II Timotius 4:20).
8. Dari Korintus Paulus berangkat ke Neapolis
(Titus 3:12), dan dari kota inilah Paulus menuliskan suratnya kepada Titus yang
berada di Kreta.
9. Kemungkinan setelah itu Paulus pergi ke
Spanyol sesuai dengan keinginannya (bdg Roma 15:24, 28), dimana hal ini
diperkuat dengan tulisan Klement.
10.
Paulus
kemudian kembali ke Roma dan akhirnya ditangkap serta dihukum mati dibawah
kekuasaan Kaisar Romawi padawaktu itu. Sebelum menjalani hukuman mati inilah
Paulus sempat menuliskan suratnya yang kedua kepada Timotius.
Surat I,
II Timotius, dan Titus merupakan surat-surat yang dimasukkan kedalam kelompok
“surat penggembalaan”. Penyebutan ini diusulkan pertama kali oleh Paul Anton
pada tahun 1726 diakui di Jerman dan pada akhirnya mulai digunakan secara umum.
Surat-surat ini bersifat nasihat kepada kawan sepelayanan yang masih muda,
sehingga surat-surat ini bersifat surat pribadi Paulus kepada Timotius dan
Titus, dan bukan merupakan surat umum kepada suatu jemaat dikota.
Keauntentikan Surat-surat Penggembalaan
Keauntentikan
surat-surat Penggembalaan ini sebagai surat Paulus, disangsikan dalam eksegese
sejak permulaan abad ke-19. Dikalangan Roma katolik menerima keontentikan surat
ini didasarkan pada komisi kepausan untuk Kitab Suci pada 12 Juni 1913 dengan
persetujuan Pius X, dimana surat-surat ini benar ditulis oleh Rasul Paulus.
Ada 3 macam
pendapat yang berbeda mengenai keaslian Surat-surat Pastoral ini:
1.
Mereka yang menyangsikan bahwa Paulus pernah menulis
Surat-surat Pastoral ini.
2.
Mereka yang berpendapat bahwa ada unsur-unsur dari
tangan Paulus didalamnya, tetapi tidak ditulis oleh Paulus seluruhnya.
3.
Mereka yang berpendapat bahwa Surat-surat Pastoral
merupakan tulisan Paulus sendiri.
Argumentasi
mereka yang menyerang keaslian
Surat-surat Penggembalaan karena beberapa alasan sebagai berikut:
1. Historical Arguments.
Tidak ada catatan
dalam Kisah Para rasul yang memberikan “referensi kronologis” kepada
surat-surat Pastoral.
Sanggahan: Bagaimana mungkin menjadikan Kisah Para
Rasul sebagai standart untuk menentukan “keautentikan – keaslian” sebuah kitab.
Sanggahan: yang lain dikemukakan, Kisah Para rasul
diakhiri saat Paulus ada di penjara Roma (AD 61-62). Tentu saja jika Paulus
dieksekusi di penjara Roma, maka Lukas pasti akan menceritakannya. Dengan kata
lain ada anggapan bahwa th 62 AD Paulus dilepaskan dalam penjara/ dibebaskan
dari penjara dan bebas melayani pekerjaan Tuhan. Menurut pandangan ini, Paulus
banyak mengerjakan pekerjaan Misi sampai ia ditangkap kembali th 64 AD dan
dieksekusi di Roma. Pada masa antara pembebasan dan penangkapannya kembali serta
aksekusi yang dilakukan pemerintahan Roma itulah maka Paulus sempat menuliskan
suratnya kepada Timotius dan Titus (dipenjara Roma).
2. Stylistic Arguments
Berkaitan dengan
“kosa kata-vocabulary” yang ada dalam surat-surat Pastoral yang tidak
diketemukan dalam surat-surat Paulus lainnya malah ditemukan dalam surat-surat
diluar surat Paulus (surat-surat lainnya).
Sanggahan: Menghitung “vocabulary-kosa kata” jelas
tidak mendukung sama sekali untuk meragukan kepenulisan Paulus atas surat-surat
Pastoral ini, sebab jelas kepada siapa surat ini ditujukan berbeda persoalan,
pengalaman, faktos usia, tujuan, sasaran, dll. Yang mana kesemuanya itu pasti
akan mempengaruhi “vocabulary” penulis dalam menuliskan suratnya.
3. Ecclesiastical Arguments
Struktur keadaan
gereja yang berbeda yang tidak diketemukan dalam abad pertengahan pertama
(jaman kerasulan) namun justru diketemukan dalam abad kedua. Misal Gnosticism,
organisasi gereja dll.
Sanggahan: Tidak ada perbedaan sebetulnya, baik dalam
masa Para Rasul (dalam KPR) maupun dalam surat-surat Pastoral (Titus 1:5-7 bdg
Kisah 20:17, 28). Organisasi gereja seperti “elder – bishop and deacon” telah
ada pada masa Paulus dan para Rasul bekerja (Filipi 1:1). Juga pelayanan kepada
janda-janda miskin (KPR 6:1-6) bandingkan dengan daftar janda yang juga
disebutkan dalam I Timotius.
4. Theological Arguments
Dibagi menjadi 2
bagian:
a. Serangan bidat (ajaran sesat) dalam
surat-surat Pastoral adalah berkaitan dengan Gnosticism yang ada pada abad 2
b. Pandangan teologi penulis yang mengatas
namakan Paulus adalah dalam beberapa hal tidak seperti seorang rasul besar dan
malah terkesan seperti salah seorang pengikut / murid paulus yang hidup sampai
pada abad 2.
Sanggahan:
a. Tentang Gnosticism sebetulnya sudah ada pada
masa Paulus, dimana ia sering sekali menegur / memperingatkan seperti kepada
jemaat Kolose melalui surat-suratnya. Guru-guru palsu yang mempengaruhi
orang-orang Yahudi dijelaskan dalam I Tim 1:7; Titus 1:10, 14; 3:9.
b. Tentang teologinya sudahlah jelas kepada
siapa surat ini ditujukan, sehingga pastilah sangat berbeda, sebab ditujukan
kepada pribadi yang memimpin sebuah jemaat sekaligus pribadi-pribadi tersebut
adalah anak didik Paulus sendiri.
I TIMOTIUS
Latar
Belakang
Timotius adalah seorang pemuda keturunan
Yunani-Yahudi yang lahir di Listra dan menjadi pengikut Paulus sejak perjalanan
Misi paulus yang kedua (KPR 16:1-3), ada kemungkinan bahwa Timotius memiliki
hubungan pribadi yang sangat dekat dengan Paulus. Hal ini nampak pada sapaan
Paulus dalam suratnya yang menyebut Timotius sebagai “anakku yang sah… “ (I
Timotius 1:1; II Timotius 1:1). Timotius juga menyertai paulus ketika paulus
berada dalam tahanan di Roma (Fil 1:1; Kol 1:1; Flm 1)
Dalam perjalanan ke Asia Kecil, setelah
pembebasannya dari tahanan rumah di Roma, paulus meninggalkan Timotius di
Efesus untuk melayani jemaat di Efesus ini (I Timotius 1:3). Hal ini disebabkan
karena ada beberapa penyimpangan yang terjadi didalam jemaat Efesus, dan
Timotius ditugaskan untuk menasehati jemaat tersebut (I Timotius 1:3-4)
Surat I Timotius ini ditulis dengan maksud
untuk menasehati dan membekali Timotius yang masih sangat muda untuk menangani
masalah-masalah yang terjadi didalam jemaat tersebut ( I Tim 4:12).
Diperkirakan Timotius berumur 15 tahun pada saat ia bertobat, sehingga berarti
umurnya belum mencapai 35 tahun padaaaaaaa waktu ia ditugaskan untuk melayani
jemaat di Efesus.
Alamat
Surat I Timotius
Surat
ini dialamatkan Paulus kepada Timotius yang saat itu berada dikota Efesus untuk
menggembalakan jemaat dikota tersebut (I Tim 1:3) dan pada waktu itu Timotius
berusia masih sangat muda sekali (I Tim 4: 12 ).
Waktu
dan Tempat Penulisan
Kemungkinan
besar kedua surat ini ditulis setelah Paulus dibebaskan dari penjara dikota
Roma. Mengenai hal ini kita tidak memperoleh keterangan yang jelas, karena
Kisah Para Rasul tidak mencatat kejadian-kejadian setelah Paulus dipenjara di
Roma, apakah ia dibebaskan dan kemudian melanjutkan pelayanannya atau langsung
dihukum mati. Jadi surat ini kemungkinan ditulis di daerah Makedonia pada tahun
+/- 62 M (I Tim), sedangkan untuk surat II Timotius ditulis oleh Paulus
kemungkinan di kota Roma (pada waktu ia dipenjarakan untuk kedua kalinya dikota
ini ) pada tahun +/- 63 M.
Tema I
Timotius : Doktrin yang benar dan kesalehan
Ringkasan
isi surat
1. Pasal 1: Paulus memberikan nasehat kepada
Timotius untuk menghadapi ajaran-ajaran sesat tidak dengan akal budinya saja
melainkan hanya dengan memberitakan Injil Kristus ( 1:3-20).
2. Pasal 2-3: Memberikan nasehat prkatis tentang
ibadah jemaat dan syarat-syarat pelayan Tuhan.
3. Pasal 4-6: Lebih banyak berisikan
nasehat-nasehat praktis tentang kehidupan seorang gembala jemaat.
Hal atau pokok-pokok lainnya yang menonjol
dalam I Timotius ini adalah:
1. Ajaran tentang soteorologi, yang menegaskan
bahwa hidup kekal adalah akibat percaya kepada Kristus (1:16).
2. Kristologi surat ini menjelaskan tentang
status Kristus (2:5-6).
3. Menunjukkan tentang jenis ajaran sesat yang
membahayakan jemaat, yang disebabkan oleh orang-orang yahudi (1:7) dan oleh
kelompok Gnostik (1:4).
Ciri
khas:
1.
Surat ini bersifat sangat pribadi dengan emosi dan
perasaan yang mendalam.
2.
Bersama dengan surat II Timotius surat ini menjelaskan
tanggung jawab seorang gembala sidang untuk menjaga kemurnian Injil terhadap
ajaran sesat.
3.
Surat ini memberikan pedoman yang jelas bagaimana
seorang gembala berhubungan dengan anggota-anggota jemaatnya
Maksud
dan tujuan penulisan
1.
Menasihati Timotius sendiri mengenai kehidupan
pribadinya dan pelayanannya.
2.
Mendorong Timotius untuk mempertahankan kemurnian Injil
dari serangan-serangan ajaran sesat.
3.
Memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai
berbagai urusan dan persoalan gereja di Efesus.
II TIMOTIUS
Latar
Belakang
Surat ini ditulis pada hari-hari terakhir
klehidupan paulus sebagai penulis surat ini. Paulus telah ditangkap kembali dan
sudah dapat diperkirakan bahwa hukuman mati telah menantinya dan tidak dapat
dihindarkan lagi. Karena itu ia menulis suratnya yang terakhir ini kepada
Timotius sebagai anak didiknya yang dikasihi.
Tujuan utama dari suratnya yang kedua ini
adalah menyampaikan harapannya agar Timotius segera dating menemani dirinya
yang sedang menderita dalam pemenjaraannya yang kedua ini (psl 4:11), disamping
juga berisi tentang nasehat-nasehat yang penting bagi pelayanan Timotius. Yang
mengantarkan surat yang kedua ini adalah Tikhikus (II Timotius 4:12) Tema: Bertekun
dengan ketabahan
Ringkasan
Surat II Timotius, Surat ini berisi
nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat bagi pelayanan Timotius, dan berguna
pula bagi pelayanan setiap hamba Tuhan.
1. Nasehat agar Timotius mengobarkan karunia
yang ada padanya (psl 1:6). Rupanya Timotius mulai dihinggapi keputusasaan
dalam menghadapi permasalahan yang komplek dalam jemaat. Karena itu Paulus
menggugah kembali semangat Timotius melalui surat yang kedua ini.
2. Timotius dinasehati tentang pentingnya
melakukan kaderisasi dalam pelayanan (psl 2:2). Hal ini akan sangat bermanfaat
bagi pelayanan Timotius dan bagi kepentingan jemaat secara umum.
3.
Paulus juga
memberikan nasehat kepada Timotius dalam menghadapi pengajar-pengajar sesat (psl
2:14-26)
Ciri
khas Surat II Timotius:
1.
Surat ini merupakan surat terakhir Paulus sebelum ia
dihukum mati oleh kaisar Nero.
2.
Sepanjang surat ini, banyak muncul nasihat-nasihat
pendek namun tepat.
3.
Tema yang berulang-ulang kali muncul dalam surat ini
adalah untuk tetap bertekun dan berpegang pada iman yang murni.
4.
Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu contoh yang
mengharukan ketika menghadapi mati syahid yang sudah pasti (4:6-8)
Tujuan
Penulisan
Menasihati
Timotius agar tetap setia dalam memelihara Injil dan memberitakan Firman Tuhan
meskipun bahaya akan penganiayaan, kesukaran dan adanya guru-guru palsu yang
akan muncul.
TITUS
Latar Belakang
Titus
adalah seorang Yunani (Gal 2:3) yang telah menjadi pengikut Kristus (Titus 1:4)
dan melayani bersama Paulus dan menjadi muridnya. Hubungan Paulus dengan Titus
sangatlah dekat, hal ini nampak pada sapaan yang khusus dalam suratnya kepada
Titus. Ada kemungkinan Titus bertobat di Antiokhia dan kemudian dengan segera
membantu pelayanan Paulus dalam berbagai misi perjalanannya. Paulus mengutus
Titus untuk memprakarsai pemberian persembahan kepada jemaat Yerusalem oleh
jemaat Korintus seperti dalam I Kor ; II Kor 8: 6, 10. Titus adalah seorang
pribadi yang giat dalam melakukan pekerjaan Tuhan, tekun dan suka membantu (II
Kor 2:13; 7:6, 13-14).
Pada
saat Paulus dipenjarakan di Roma, Titus selalu mendampingi Paulus,
setelahPaulus dibebaskan Tituspun masih tetap menyertai Paulus dalam perjalanan misinya yang terakhir.
Setibanya Paulus dan Titus di pulau Kreta, Paulus meninggalkan Titus dipulau
tersebut dengan tujuan agar Titus mengatur jemaat disana (psl 1:5). Rupa-rupanya
jemaat di Kreta baru dihidupkan kembali setelah terbengkelai dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu Titus ditugaskan untuk mengatur jemaat tersebut dan
surat ini ditulis dengan maksud untuk melengkapi Titus dalam menjalankan
tugasnya tersebut.
Keadaan
di Kreta
1. Kreta adalah pulau terbesar di Mediterania
(panjangnya 156 mil dal lebarnya 30 mil).
2. Penduduk Kreta mendapat reputasi yang buruk
seperti yang disaksikan oleh Paulus (1:12-13).
3. Tidak ada data yang menunjukkan bagaimana
kekristenan pertama kali dibawa kepulau itu.
4.
Secara
pengorganisasian, gereja di Kreta masih tidak tertib sehingga Paulus memutuskan
untuk mengutus Titus pada jemaat tersebut (Titus 1:5).
5.
Jemaat
disini penuh dengan pengaruh guru-guru palsu yang sebagian besar adalah bujukan
orang Yahudi.
Waktu
penulisan, ada dua pandangan:
1. Paulus melayani di Asia Kecil sebelum ke
Spanyol, dengan demikan tahun penulisannya adalah tahun 60-62 (Teori Galatia
Selatan)
2. Paulus ke Spanyol terlebih dahulu, maka tahun
penulisannya adalah tahun 65-66 (teori Galatia Utara)
Ringkasan
isi berita
Surat Titus memiliki persamaa dengan surat I
Timotius, yaitu berupa nasehat kepada Hamba Tuhan yang masih muda dalam rangka
melaksanakan tugas pelayanan mereka. Namun keduanya berbeda dalam penekanannya;
dalam I Timotius lebih bersifat pesan, sedangkan Titus lebih bersifat
peringatan; Timotius dinasehati untuk melindungi Injil dari ajaran sesat,
sedangkan Titus dinasehati untuk mempraktekkan Injil tersebut.
Hal-hal pokok lainnya yang menjadi isi surat
Titus adalah:
1. Penjelasan tentang syarat-syarat bagi penatua
dan penilik jemaat (psl 1:5-16), yang memberikan penekanan tentang kualitas
hidup rohaninya.
2. Pasal 2:1-10, berisi nasehat untuk seluruh
anggota jemaat dengan berbagai latar belakangnya.
3. Pasal 2:11-15, berisikan ajaran soteorologi
yang penting, karena mengajarkan tentang kasih karunia Allah yang menyelamatkan
manusia dan mengajarkan bagaimana sikap jaemaat dalam meresponinya.
4. Pasal 3, menekankan tentang kewajiban orang
percaya untuk berbuat baik
Tema, tema Surat Titus adalah: “Jemaat yang
disucikan,” penekanan lain terdapat dalam pasal 3:8, yaitu “berusahalah
melakukan pekerjaan baik.”
FILEMON
Pendahuluan
Surat
ini sebenarnya termasuk pada surat penggembalaan, karena bersifat pribadi dan
berisi tentang nasihat-nasihat pastoral. Itulah sebabnya dalam peletakkan pada
proses pengkanonan, kitab ini diletakkan nsetelah surat-surat Penggembalaan.
Oleh sebab di tulis di dalam penjara, maka surat ini dikategorikan sebagai
surat-surat penjara. Surat ini ditulis oleh paulus dan dialamatkan kepada Filemon
dan jemaat di rumahnya (Flm 1-2)
Siapakah
Filemon itu?, Filemon adalah seorang Kolose yang merupakan buah Pelayanan
Paulus (Flm 19). Ada kemungkinan Filemon ini dimenangkan takala Paulus berada
di Efesus selama 2-3 tahun dan mengajar diruang kuliah Tiranus. Saat itu Efesus
menjadi pusat PI Paulus diseluruh daerah/wilyah itu. Di kota Kolose Filemon
memiliki kedudukan yang tinggi dimana di rumahnya dipakai sebagai pertemuan
ibadah (Flm 2, 22). Paulus memanggilnya sebagai kawan sekerja Allah (Flm 1).
Latar
belakang surat Filemon
Filemon
juga memiliki banyak budak (Flm 15-16) termasuk didalamnya adalah Onesimus (Flm
18) yang telah melarikan diri daripadanya. Dikota Roma Onesismus bertemu dengan
Paulus yang kemudian melayani dia. Akhirnya Onesismus bertobat dan melayani
Paulus dalam penjara (Flm 10-13). Budak-budak yang ketahuan melarikan diri,
apabila tertangkap kembali dikemudian hari, maka ia bisa saja di jatuhi hukuman
mati. Namun demikian Paulus meminta Onesimus untuk kembali kepada tuannya.
Karena secara hukum paulus mengakui bahwa Onesimus adalah milik Filemon. Untuk
itu ia memberikan sepucuk surat untuk Filemon yang dibawa oleh Onesimus sendiri
dengan permohonan agar Filemon mau menerima Onesimus kembali sebagai saudara
dalam Kristus.
Inti Berita
Surat Filemon
1.
Filemon adalah orang Kristen dan menjadi teman sekerja
Paulus (:1). Dengan demikian Filemon seharusnya memiliki sikap yang baru
terhadap budak-budaknya, termasuk kepada Onesimus yang telah melarikan diri
darinya.
2.
Paulus memuji Onesimus karena perubahan hidupnya. Akan
tetapi Paulus meminta supaya Onesimus kembali kepada Filemon tuannya untuk
membereskan permasalahan yang telah dilakukannya.
3.
Paulus memiliki keyakinan atas pekerjaan Roh Kudus
dalam diri orang percaya, termasuk pada diri Filemon, sehingga memampukan nya
untuk menerima Onesimus kembali. Sedangkan bagi Onesismus Roh Kudus bekerja
sehingga Onesimus tidak lagi melarikan diri dari tuannya. (etika kristen yang
baik)
Struktur
Surat Filemon
1.
Doa bagi pelayanan Filemon serta pengucapan syukur (:
4-7).
2.
Permintaan supaya Onesimus dimterima kembali (:8-21).
3.
Kemungkinan kunjungan Paulus (:22).
4.
Penutup (:23-25)
Aplikasi
1.
Jika terjadi persoalan antar sesama, pakailah argumen
rohani untuk pemecahannya. Percaya pada pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang
lain, dan perlunya pemahaman bahwa didalam Dia tidak ada lagi perbedaan.
2.
Surat ini menjelaskan etika kristen yang baik,
bagaimana sikap seseorang dalam menyelesaikan persoalan hidup. Onesimus yang
melakukan tindakan salah, datang kepada tuannya dan Filemon sang tuan menerima
kembali budaknya sebagai saudara dalam Kristus.
3.
Berita Kristus menjadi bagian untuk semua orang, apakah
ia tuan atau hamba, budak atau orang kaya, yang memiliki kedudukan yang tinggi
maupun rendah. Injil harus diberitakan kepada semua orang.
IBRANI
PENDAHULUAN
Pembahasan
tentang Surat Ibrani cukup rumit, hal ini disebabkan adanya beberapa persoalan
yang timbul didalam kitab itu sendiri, khususnya berkenaan dengan siapakah
penulis dari Surat Ibrani tersebut? dan kepada siapa surat ini ditujukan?.Sejak
permulaan pertumbuhan gereja, hal ini telah menjadi perdebatan Bapak-bapak
gereja dan nampaknya tidak ada satupun pemecahan permasalahan. Kesulitan ini
terjadi disebabkan karena perkamen aslinya sudah tidak ada lagi dan sangat
sedikit informasi yang didapatkan, baik dari bukti internal maupun bukti
eksternalnya.
Sekitar
tahun 200M, tulisan surat Ibrani ini mulai diberi judul “kepada orang-orang
Ibrani.” Kemudian baru pada abad kelima, surat ini dapat diterima secara umum
oleh gereja sebagai salah satu bagian dari Kitab Suci sengan menyebutkan Paulus
sebagai penulis dari kitab tersebut. Meskipun demikian hal ini bukan berarti
permasalahan tersebut selesai sampai disini, melainkan perdebatan sekitar
kepenulisan surat ini masih terus berlangsung.
LATAR BELAKANG
Agaknya
penulisan surat Ibrani ini dilator belakangi oleh perpecahan yang terjadi
antara Kekristenan dengan Judaisme. Perpecahan tersebut menempatkan orang-orang
Kristen Yahudi pada posisi yang sangat sulit. Mereka diperhadapkan kepada sikap
keraguan, apakah terus bertekun sebagai orang Kristen atau kembali dalam
kelompok Judaisme. Hal ini disebabkan bila mereka berpaling dari Hukum Taurat,
maka mereka akan dianggap sebagai pengkhianat oleh kelompok Judaisme (Yahudi
lainnya). Sebaliknya bila mereka kembali pada Hukum Taurat, berarti mereka
meninggalkan Kristus dan kehilangan kasih karunia Allah yang telah
dijanjikanNya itu. Dasar inilah yang menjadikan penulisan surat Ibrani, yaitu
untuk memberikan jawaban atau nasehat mengenai dilemma yang sedang mereka alami
pada saat itu.
PENULIS
Penulis
Surat Ibrani ini tidak disebutkan, baik dalam judul kitab pada awal penulisan
maupun sepanjang isi surat tersebut, sekalipun penulis merupakan tokoh yang
cukup dikenal pembacanya (Ibrani 13:18-24). Selanjutnya dalam tradisi gereja mula-mula
(abad ke 2 sampai abad ke 4) muncul berbagai pendapat mengenai kemungkinan
siapa penulis dari kitab ini.
Terdapat
beberapa petunjuk mengenai penulis surat Ibrani ini, antara lain:
1.
Penulis adalah seorang yang terpelajar dan memiliki
pengetahuan bahasa Yunani yang tinggi. Seorang penafsir mengatakan bahwa bahasa
Yunani dalam surat Ibrani adalah bahasa Yunani yang paling indah dalam kitab
PB.
2.
Ia bukan seorang rasul melainkan seorang yang termasuk
generasi kedua dari orang-orang percaya (Ibrani 2:3).
3.
Ia memiliki pengaetahuan yang mendalam tentang PL.
4.
Ia adalah seorang Yahudi yang mengenal tokoh-tokoh
Kristen mula-mula dengan baik ( Ibrani 13:23)
Meskipun
demikian, petunjuk-petunjuk tersebut tidak dengan serta merta dapat
menyelesaikan permasalahan siapakah penulis dari kitab Ibrani ini. Perbedaan
pendapat para Bapak gereja (bukti eksternal) menimbulkan beberapa asumsi,
yaitu:
1.
Alexandria
dan gereja ortodoks Timur
Pada abad kedua Pantaenus
pemimpin Sekolah Teologia Alexandria menerima sepenuhnya bahwa surat ini
ditulis oleh Paulus (130-190 M), yang kemudian dilanjutkan muridnya Clement
(150-215 M). Dia menambahkan: surat ini ditulis Paulus dalam bahasa Ibrani dan
diterjemahkan Lukas dalam bahasa Yunani. Origen, murid Clement (185-254 M)
memberikan komentar, bahwa “pokok pikiran surat Ibrani memang berasal dari
Paulus, tetapi ia bukan penyusun dan penulisnya” kemudian ia menambahkan, siapa
sebenarnya penulisnya: “hanya Tuhanlah yang tahu.”
2. Gereja Roma dan gereja-gereja Barat
Pada umumnya mereka berpendapat bahwa Paulus bukan
penulisnya. Dalam kanon Muratorian (buku indeks Perjanjian Baru) yang dipakai
Gereja Roma pada abad kedua, didalamnya terdapat indek tiap-tiap kitab PB
sekarang, kecuali Kitab Ibrani, Surat Yakobus, Surat I dan II Petrus serta III Yohanes.
Indeks tersebut menyebutkan bahwa paulus pernah menulis kepada tujuh jemaat
yang seluruhnya berjumlah 13 surat, namun demikian surat Ibrani tidak termasuk
didalamnya. Oleh karenanya Penatua Gereja Roma yaitu Gaius (awal abad 3),
Irenaeus Bishop dari Lyon (130 – 202 M) menolak paulus sebagai penulisnya dan
hal ini mempengaruhi Bishop gereja di kota Roma yaitu Hippolitus (170-237 M).
Pada
wakto Jerome Hieronymus (347-420 M) menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Latin,
yang disebut Vulgate, ia menerima Paulus sebagai penulisnya, dan sejak saat itu
gereja-gereja di Barat baru mau menerima sepenuhnya bahwa pauluslah penulisnya.
3. Gereja-gereja
Africa
Sebagian besar Bishop yang
terkenal dari gereja-gereja Afrika Utara dengan Chartage sebagai pusatnya menolak
anggapan bahwa pulus sebagai penulis Surat Ibrani. Tertulian mengatakan bahwa
ada bagian dalam surat Ibrani yang menggambarkan karakter Barnabas, oleh
karenanya surat ini ditulis oleh Barnabas (4:6-8). Pandangannya juga mewakili
gereja Afrika Cypurian (195-258 M).
4. Para ahli jaman sekarang
Finis J. Dake dalam bukunya yang berjudul “Tafsiran
Surat Ibrani” mengatakan bahwa Paulus penulis kitab ini. Alasannya:
a. Gaya penulisan yang dipakai Paulus
adalah: “ia menulis kepada orang yahudi dalam statusnya sebagai orang yahudi,
dan bukan kepada non Yahudi. Oleh sebab itu ketika Lukas menerjemahkannya
kedalam bahasa Yunani, gaya penulisan tersebut masih berbekas.
b. Petrus pernah mengatkan bahwa Paulus
pernah menulis surat kepada orang Yahudi (II Petrus 3:15-19).
c. Sejak tahun 70-730 M sedikitnya ada
seratus tulisan dalam bahasa Yunani dan latin yang mengakui bahwa Surat Ibrani
ditulis oleh Paulus.
d. Sidang raya gereja Laodikia (363),
gereja Syria (370), gereja Chartage, gereja Ortodoks Timur dan gereja Yunani
lainnya menerima sepenuhnya Paulus
sebagai penulis kitab Ibrani.
e. Tahun 500 M, dalam sebuah kodeks yang
terdapat pada daerah gereja Alexandria, dibubuhi nama Paulus.
Bukti Internal
Ada persamaan
antara surat-surat Paulus yang lainnya dengan surat Ibrani
1.
Penulis
kedua surat tersebut mengharapkan segera berjumpa dengan pembacanya (Gal 4:20;
Ibr 13:19).
2.
Paulus
adalah satu-satunya rasul diantara penulis PB yang meminta jemaat untuk
mendoakan dirinya (berdoa bagi dirinya) (Ef 6:19-20; Kol 4:3; 2 Tes 5:25; Flm
22; Ibr 13:18).
3.
Nasihat
yang terdapat dalam surat Ibrani juga terdapat dalam surat-surat Paulus lainnya
:
a.
Jangan
jemu berbuat baik (Ibr 12:3; Gal 6:9).
b.
Berdamai
dengan semua orang (Ibr 12:14; Rm 12:18).
c.
Hidup
dalam kasih (Ibr 13:1-3 ;Ef 5:2-4).
d.
Persembahan
orang kristen adalah korbany yang diperkenan Tuhan (Ibr 13:16; Flp 4:18).
e.
Orang
Kristen yang tidak bertumbuh seperti bayi yang terus menerus minum susu (Ibr
5:12-13; I Kor 3:1-2).
f.
Kristus
duduk disebelah kanan Allah (Ibr 8:1; Ef 1:20).
g.
Kristus
adalah Pengantara Allah dan manusia (Ibr 8:8; 9:15;12:24 ; Gal 3:19-20; I Tim
2:5).
h.
Torat
adalah baying-bayang sedangkan Kristus adalah hakikatnya (Ibr 10:23; Kol 2:17).
i.
Jangan
disesatkan oleh pelbagai ajaran palsu (Ibr 13:9; Ef 4:14), etc.
4.
Paulus
adalah penulis surat-surat dalam PB yang dipenjarakan dan mengharapkan untuk
dibebaskan (Ibr 13:26; 19:23; Flp 1:1-7; 2:23-24).
5.
Selain
paulus, dalam surat kiriman PB tidak ada yang pernah menyinggung nama Timotius
(bnd Ibr 13:23), hal ini berbeda dengan sebutan dalam surat kirimannya yang
lain II Kor 1:1; Gal 1:1; I Tes 3:2.
6.
Adanya
kesamaan dalam bagian akhir Surat Ibrani dengan surat-surat paulus lainnya,
terdapat salam dan berkat sebagai penutup (Ibr 13:18-25)
Adam Clark
penulis Bible Commentary menyatakan bahwa Paulus-lah penulis kitab
Ibrani. Para penafsir Alkitab liberal yang dipengaruhi kritik rasionalisme
menentang bahwa Pauluslah penulisnya. Pertentangan tersebut dapat kita lihat
dibawah ini:
1.
Mereka yang menerima Paulus sebagai penulis kitab
Ibrani. Hal ini merupakan pendapat tradisi yang dinyatakan oleh Clement dari
Alexandria dan didukung oleh Eusebius, Origenes dan gereja-gereja di Timur.
Akan tetapi pendapat ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah bahwa
jalan pemikiran umum dari argumentasi surat ini serta gaya bahasa dan pemilihan
kata tidak bercirikan seperti tulisan Paulus lainnya.
(Note:Sebenarnya
terdapat beberapa bukti internal yang mendukung pendapat tentang Paulus sebagai
penulis surat Ibrani, yaitu:
i.
Persamaan antara bagian-bagian tertentu dengan isi
Surat-surat Paulus lainnya, misalnya: Ibrani 8:1 // Efesus 1:210; Ibrani 10:23
// Kolose 2:7; Ibrani 12:3 // Galatia 6:9; Ibrani 12:14 // Roma 12:18; Ibr 13:9
// Ef 4:14.
ii.
Satu-satunya rasul yang meminta untuk didoakan oleh
jemaat adalah Paulus ( Pasal 13:18 // Efs 6:19-20).
iii.
Paulus adalah penulis kitab PB yang menginginkan
pembebasannya dari penjara (Flp 1:1-7).
iv.
Menyinggung nama Timotius (psl 13:23).
v.
Ada salam dan berkat penutup (psl 13:24-25)
2.
Pandangan bahwa penulis surat Ibrani adalah Barnabas
a.
Dinyatakan oleh Tertulianus.
b.
Agaknya
petunjuk-petunjuk diatas cukup mendukung pula untuk pendapat ini, akan tetapi
sekali lagi bahwa pendapat ini tidak serta merta diterima secara umum.
3.
Asumsi bahwa penulisnya adalah Apolos
Hal ini dinyatakan oleh Martin Luther, meskipun demikian sama
dengan halnya Tertulianus, pendapat ini tidak serta merta diterima oleh
“public”
Selain
daripada itu masih banyak deretan nama yang diasumsikan sebagai penulis kitab
Ibrani, seperti Stefanus, Filipus, Yudas, Silas, Petrus, dll. Semua asumsi
tersebut diatas sama sekali tidak memecahkan persoalan siapakah penulis
sebenarnya dari kitab Ibrani ini, malah sebaliknya memperpanjang perdebatan.
Origenes mencoba memberikan suatu solusi, meskipun solusi tersebut masih tetap
belum memberikan jawaban yang memuaskan: “Hanya Allah yang mengetahui penulis
surat Ibrani ini dengan pasti.”
SIAPAKAH PENULIS SURAT IBRANI?
Persoalan
mengenai penulis surat Ibrani memang merupakan persoalan yang sangat rumit
sebab di dalam surat ini tidak tertulis nama penulisnya melainkan hanya
tercantum judulnya saja yaitu Kepada orang-orang Ibrani. Karena kesulitan
inilah maka surat Ibrani mengalami proses pertimbangan yang cukup lama untuk
dimasukkan ke dalam kanon Perjanjian Baru. Origenes mengatakan bahwa hanya
Tuhanlah yang mengetahui siapa sebenarnya penulis surat ini. Sekalipun
demikian, sepanjang sejarah gereja para ahli telah memberikan usul-usul tentang
penulis surat tersebut.
USUL-USUL YANG PERNAH DIBERIKAN
Usul-usul yang pernah diberikan tentang siapa penulis surat Ibrani ini antara lain:
Usul-usul yang pernah diberikan tentang siapa penulis surat Ibrani ini antara lain:
- Barnabas dari Siprus
- Orang yang mengusulkan pendapat ini adalah Tertullian.
- Alasannya :
- Ia terkenal dengan kemahiran bahasa Yunaninya. Ini berkaitan erat dengan kualitas bahasa Yunani yang nampak dalam surat Ibrani.
- Ia adalah seorang Lewi (Kis 4:36). Hal ini dikaitkan dengan dasar pemikiran surat Ibrani yang banyak menyinggung tata cara imamat dan korban.
- Ia disebut anak nasihat. Ini dikaitkan dengan isi surat Ibrani yang sering disebut oleh penulisnya sebagai kata-kata nasihat
- Apolos
- Yang mengusulkannya adalah Marthen Luther.
- Alasan :
- Ia seorang Yahudi (lahir di Alexandria). Ini dikaitkan dengan isi surat Ibrani
- Ia sangat mahir dalam soal-soal kitab suci (Kis 18:24; 1 Kor 1:12; 3:4). Hal ini dikaitkan dengan cara berpikir dan latar belakang si penulis.
- Akwila dan Priskila
- Yang mengusulkannya adalah Harnack
- Alasan : Akwila adalah seorang guru (Kis 18:26) dan rumah mereka dipakai untuk beribadah (Roma 16:5). Hal ini dikaitkan dengan kemungkinan penerimanya adalah sekelompok orang terpelajar.
- Paulus
- Yang mengusulkan adalah Clemens dari Alexandria dan juga sebagian Gereja Katholik (pasca reformasi)
- Alasan : Bahan yang dibicarakan dalam surat Ibrani mirip dengan bahan-bahan dalam surat-surat Paulus yang lain yang bersifat menentang tradisi Yahudi.
Itulah beberapa nama yang pernah diusulkan sebagai penulis
surat Ibrani. Manakah yang benar di antara Usulan-usulan ini? Baiklah kita
simak dulu beberapa keberatan.
KEBERATAN TERHADAP USULAN-USULAN
Berikut ini ada beberapa keberatan terhadap usulan-usulan yang disebutkan di atas :
KEBERATAN TERHADAP USULAN-USULAN
Berikut ini ada beberapa keberatan terhadap usulan-usulan yang disebutkan di atas :
- Keberatan terhadap Barnabas
- Dikemukakan oleh : Beberapa gereja pasca Reformasi
- Keberatannya : Barnabas memang adalah orang Lewi tetapi penulis surat Ibrani lebih tertarik kepada kultus Biblika daripada kultus Bait Allah.
- Keberatan terhadap Apolos
- Dikemukakan oleh : Saya sendiri (Esra)
- Keberatannya : Menurut William Barclay, surat Ibrani ditulis oleh seorang guru saat terpisah dari murid-muridnya (Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Ibrani; Hal.10). Itu berarti sekurang-kurangnya ada hubungan pribadi yang cukup erat antara penulis dan penerima surat tersebut. Jika ini dikaitkan dengan pendapat mayoritas bahwa surat ini ditujukan kepada jemaat di Roma, maka Apolos tak dapat diterima sebagai penulis surat Ibrani sebab tidak ada bukti yang kuat dalam Alkitab mengenai hubungan pribadi yang erat antara Apolos dan jemaat Roma. Data Alkitab tentang Apolos hanya mencatat adanya hubungan antara Apolos dan jemaat Efesus (Kis 18:24) dan jemaat Korintus (1 Kor 1:12; 3:4).
- Keberatan terhadap Akwila dan Priskila
- Dikemukakan oleh : Saya sendiri (Esra)
- Keberatannya : Memang Akwila dan Priskila adalah pengajar dan rumah mereka dipakai untuk beribadah tetapi kedudukan sebagai pengajar belum dapat membuktikan bahwa mereka adalah penulis surat Ibrani. Apalagi jika dilihat dari latar belakang mereka di mana mereka hanya orang Yahudi awam saja (Kis 18:2).
- Keberatan terhadap Paulus
- Dikemukakan oleh : Gereja Latin (menurut Hironimus dan Agustinus) dan Gereja Afrika Utara, Marthen Luther, Erasmus, Johanis Calvin, Hipolatus, Irenaeus, F.B. Clogg dan juga Gereja Katholik.
- Keberatannya :
- Surat Ibrani tidak mencerminkan pikiran Paulus
- Gaya bahasa dan vocab, sikap terhadap hukum, konsep iman dan kedudukan Yesus sebagai imam besar, sungguh berbeda dengan konsep Paulus. Apalagi ps 2:3 memasukkan nama Paulus juga. Paulus tak mungkin mengakui bahwa ia menerima Injil dari orang lain sebagaimana yang tertulis dalam ps 2:3.
- Gaya tulis dan bahasanya berbeda dengan surat-surat Paulus yang lain.
Demikianlah keberatan-keberatan terhadap usulan-usulan
tentang penulis surat Ibrani.
SIAPAKAH PENULIS SURAT IBRANI?
Sekarang sampailah kita pada inti persoalannya yakni siapakah sebenarnya penulis surat Ibrani? Sebelum kita mencapai kesimpulan dan kejelasan dari persoalan ini, baiklah kita melihat dulu syarat-syarat yang perlu dimiliki oleh seseorang yang diusulkan sebagai penulis surat Ibrani ditinjau dari isi surat tersebut. Syarat-syarat ini antara lain :
SIAPAKAH PENULIS SURAT IBRANI?
Sekarang sampailah kita pada inti persoalannya yakni siapakah sebenarnya penulis surat Ibrani? Sebelum kita mencapai kesimpulan dan kejelasan dari persoalan ini, baiklah kita melihat dulu syarat-syarat yang perlu dimiliki oleh seseorang yang diusulkan sebagai penulis surat Ibrani ditinjau dari isi surat tersebut. Syarat-syarat ini antara lain :
- Ia haruslah seorang Kristen Yahudi sebab isi surat tersebut memberikan kesan bahwa penulisnya sangat menguasai tata cara peribadatan Perjanjian Lama.
- Ia percaya bahwa kematian Kristus cukup untuk menghapus dosa manusia.
- Ia adalah orang yang pandai :
- menguasai bahasa Yunani dengan baik
- mengerti kebiasaan orang Yahudi, logika dan rabi. Hal ini dapat dilihat dari kesusastraan surat tersebut. Barclay mengungkapkan hal ini dengan mengatakan bahwa surat Ibrani ditulis oleh seorang guru yang terkenal untuk sekelompok kecil orang Kristen atau suatu Perguruan Tinggi Kristen di kota Roma. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Ibrani; Hal. 10). Dengan demikian pastilah ia seorang yang terpelajar.
- Ia adalah Rasul atau sekurang-kurangnya seorang yang cukup dekat dengan rasul-rasul.
Dengan melihat syarat-syarat di atas, menurut saya penulis
surat ini adalah seorang yang dekat dengan Paulus. Ada 3 kemungkinan yang
menghubungkan kedua pihak tersebut (Paulus dan si penulis) yaitu :
- Kemungkinan ide/pemikiran Paulus ini ditulis oleh sekretarisnya yang lebih pandai dalam segi kesusastraan.
- Penulis menulis sendiri idenya, tetapi idenya itu adalah ide yang sudah terpengaruh oleh pemikiran Paulus. Dengan kata lain si penulis mendalami teologia Paulus.
- Seperti yang dikatakan oleh Clemens bahwa Pauluslah yang menulis surat tersebut dalam bahasa Ibrani karena ditujukan kepada orang Yahudi, tetapi Lukas menterjemahkannya ke dalam bahasa Yunani. (Nancy Gill; Kitab Ibrani; Hal. 4)
Saya sependapat dengan Clemens bahwa
kemungkinan si penulis adalah Lukas. Kalaupun bahasanya berbeda dengan tulisan
Lukas yang lain (Injil Lukas dan Kisah Para Rasul), itu tidak menjadi persoalan
sebab bukanlah tidak mustahil bahwa Lukas mengalami kemajuan pesat dalam
kepandaiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa munculnya surat Ibrani
adalah hasil kerja sama antara Paulus dan si penulis (kemungkinan Lukas).
Mengenai keberatan-keberatan terhadap Paulus yang telah dibicarakan di atas seperti kata Luther bahwa surat Ibrani tidak mencerminkan pikiran Paulus sepertinya sulit diterima. Justru sebaliknya, pikiran Paulus banyak nampak dalam surat tersebut di mana ia begitu menentang upaya kaum Yahudi untuk mempengaruhi para jemaat agar kembali pada tradisi Yudaisme. Cobalah kita bandingkan teologia dalam surat Ibrani dengan teologia dalam surat Roma (khusus mengenai pengorbanan Kristus dan dampak dari pengorbanan tersebut).
Jika keberatan-keberatan terhadap Paulus dari segi isi surat dapat dijelaskan, maka keberatan-keberatan dari segi struktur dan penulisan yang mengatakan bahwa berbeda dengan surat-surat Paulus yang lain tak perlu dijelaskan lagi, sebab memang bukan Paulus yang menulis langsung. Termasuk keberatan yang didasarkan pada ps 2:3 tidak lagi merupakan persoalan sebab ini berhubungan dengan si penulis dan bukan dengan Paulus.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari pembahasan ini saya sepaham dengan apa yang dikatakan oleh Origenes yaitu bahwa ajarannya dari Paulus, tetapi susunan bahasa dan bahan dari orang lain yang mempunyai bahasa yang lebih halus daripada Paulus. (Nancy Gill; Kitab Ibrani; Hal.4) Sedangkan mengenai siapa penulisnya, saya condong ke pandangan Clemens yaitu Lukas, walaupun Origenes berkata bahwa ia tidak tahu siapa penulisnya (hanya tuhan yang tahu) (Nancy Gill; Kitab Ibrani; Hal.4). Jadi pilihan saya pada Paulus dan Lukas (terutama Paulus) didasarkan pada bukti yang cukup kuat dan bukan seperti pandangan beberapa orang sepanjang sejarah gereja yang mengaitkan surat Ibrani dengan Paulus hanya karena dugaan bahwa penulisnya mempunyai hubungan dengan salah satu rasul, dan bahwa surat Ibrani sudah dikenal dan disenangi banyak gereja. (William Barclay; Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Ibrani; Hal 11).
Mengenai keberatan-keberatan terhadap Paulus yang telah dibicarakan di atas seperti kata Luther bahwa surat Ibrani tidak mencerminkan pikiran Paulus sepertinya sulit diterima. Justru sebaliknya, pikiran Paulus banyak nampak dalam surat tersebut di mana ia begitu menentang upaya kaum Yahudi untuk mempengaruhi para jemaat agar kembali pada tradisi Yudaisme. Cobalah kita bandingkan teologia dalam surat Ibrani dengan teologia dalam surat Roma (khusus mengenai pengorbanan Kristus dan dampak dari pengorbanan tersebut).
Jika keberatan-keberatan terhadap Paulus dari segi isi surat dapat dijelaskan, maka keberatan-keberatan dari segi struktur dan penulisan yang mengatakan bahwa berbeda dengan surat-surat Paulus yang lain tak perlu dijelaskan lagi, sebab memang bukan Paulus yang menulis langsung. Termasuk keberatan yang didasarkan pada ps 2:3 tidak lagi merupakan persoalan sebab ini berhubungan dengan si penulis dan bukan dengan Paulus.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari pembahasan ini saya sepaham dengan apa yang dikatakan oleh Origenes yaitu bahwa ajarannya dari Paulus, tetapi susunan bahasa dan bahan dari orang lain yang mempunyai bahasa yang lebih halus daripada Paulus. (Nancy Gill; Kitab Ibrani; Hal.4) Sedangkan mengenai siapa penulisnya, saya condong ke pandangan Clemens yaitu Lukas, walaupun Origenes berkata bahwa ia tidak tahu siapa penulisnya (hanya tuhan yang tahu) (Nancy Gill; Kitab Ibrani; Hal.4). Jadi pilihan saya pada Paulus dan Lukas (terutama Paulus) didasarkan pada bukti yang cukup kuat dan bukan seperti pandangan beberapa orang sepanjang sejarah gereja yang mengaitkan surat Ibrani dengan Paulus hanya karena dugaan bahwa penulisnya mempunyai hubungan dengan salah satu rasul, dan bahwa surat Ibrani sudah dikenal dan disenangi banyak gereja. (William Barclay; Pemahaman Alkitab Setiap Hari-Ibrani; Hal 11).
SURAT YAKOBUS
Surat Yakobus merupakan salah
satu dari tujuh surat dalam PB yang dikelompokkan sebagai “surat-surat
Katolik”. Groenen menyebut dua kemungkinan pengertian dari istilah Katolik
dalam hubungannya dengan ketujuh surat tersebut, yaitu:
1.
Karena surat-surat itu ditujukan/ dialamatkan kepada
orang-orang kristen secara umum (katolik/am = umum).
2.
Karena surat-surat tersebut oleh umat kristen secara
umum diterima sebagai Kitab Suci.
LATAR
BELAKANG PENULISAN.
Surat ini ditujukan kepada “kedua
belas suku di perantauan,” istilah ini harus dimengerti secara kiasan, bukan
secara harafiah. Hal ini menunjuk kepada orang-orang kristen Yahudi yang berada
diluar wilayah Palestina. Hal-hal yang mendorong atau melatar belakangi
penulisan surat ini adalah sebagai berikut:
1.
Penerima surat Yakobus ini sedang mengalami berbagai
macam permasalahan didalam kehidupan mereka, yang mana kehidupan rukun jemaat
mengalami gangguan yang disebabkan baik dari dalam maupun dari luar jemaat. Jemaat
mengakui adanya Allah, akan tetapi pengakuan iman mereka tidak nyata dalam
kehidupan sehari-hari (Yak 2:14-26). Mereka hidup dalam kesombongan (Yak
4:13-14) yang mana merencanakan segala sesuatau atas dasar keninginan diri
sendiri.
2.
Permasalahan tersebut menjadikan sebagaian diantara
mereka menjadi lemah dan berbalik daripada Kristus. Sikap salah lainnya adalah
sikap menghormati orang-orang kaya dengan mengabaikan orang-orang miskin (Yak
2:1-4), tidak mampu mengendalikan lidah (Yak 3:1-12) serta sikap sombong atau
congkak (Yak 4:6-10).
Hal-hal inilah yang menjadi
faktor pendorong bagi Yakobus untuk menuliskan suratnya. Selain daripada itu
penulis merasa bertanggung jawab untuk memberikan nasehat-nasihat kepada
orang-orang kristen yang berlatar belakang agama Yahudi.
PENULIS
KITAB YAKOBUS
Dalam menentukan siapa yang menjadi
penulis dari surat Yakobus ini memang diperlukan pertimbangan yang khusus,
sebab data dan segala sesuatu yang menyangkut keadaan si penulis tidak banyak
didapatkan selain dari dalam kitab itu sendiri yang menyebut tentang “ Yakobus
hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus …” (Yak 1:1) tanpa penjelasan yang lebih
rinci. Hal ini tentu saja menimbulkan polemik tentang siapakah penulis kitab
Yakobus ini yang sebenarnya, mengingat nama tersebut merupakan nama yang umum
digunakan orang pada masa itu.
Dalam Perjanjian Baru ada beberapa
nama Yakobus yang tidak asing lagi dikalangan orang Yahudi yang mungkin dapat
membantu untuk menentukan siapa penulis kitab Yakobus ini. Nama-nama tersebut
diantaranya adalah:
1.
Yakobus anak Alfeus, salah seorang dari kedua belas
murid Yesus (Matius 10:3, Markus 3:8; KPR 1:13). tidak sering disebut dalam PB.
Dengan kata lain kurang memainkan pernan yang penting dalam perkembangan gereja
mula-mula.
2.
Yakobus anak Zebedeus, juga salah seorang dari kedua belas
murid Yesus yang dipanggil olehNya untuk menjadi murid pertama kali ketika
Yesus memulai pelayananNya (Markus 1:19;
3:17; 5:37 dan Kisah 12:2). menurut Kisah Para Rasul 12 telah mati syahid
dibunuh oleh Herodes th 44M.
3.
Yakobus ayah Yudas, (bukan Yudas Iskariot dalam Lukas
6:16 KPR 1:13). sama seperti Yakobus anak alfeus yang kurang sering disebut
dalam PB
4.
Yakobus saudara Yesus, yang memimpin jemaat di
Yerusalem (Markus 6:3, KPR 15:13, 21:18, Galatia 1:19). tokoh yang sangat
berpengaruh pada saat itu. Hal ini ditunjukkan dengan pandangan Paulus yang
menganggap Yakobus ini sebagai sokoguru jemaat (Gal 2:9)
Dari keempat kemungkinan
tersebut, yang paling memungkinkan disebut sebagai penulis Surat Yakobus adalah
“Yakobus saudara Yesus,” mengingat ia adalah seorang pemimpin jemaat yang cukup
terkenal pada waktu itu. Alasan-alasan lainnya yang mendukung tentang
kepenulisannya adalah:
1.
Adanya persamaan sifat khotbahnya (isi surat) yang
mengandung unsur ke-yahudian yang diucapkannya dalam Yakobus 1:5; 3:17 dengan khotbah-khotbah
Yesus di bukit (bnd Yak 2:13 dg Mat 5:7; 3 12).
2.
Yakobus sebagai pribadi yang dihormati oleh rasul-rasul
yang lain (sebagai pemimpin), hal ini nampak ketika Petrus dilepaskan dari
penjara, ia memberitahukan kepada rekan-rekan yang lain untuk menyampaikan
tentang hal ini kepada Yakobus (KPR 12:17). Dalam KPR 15:13-18, Yakobus
bertindak sebagai pemimpin dalam sidang Yerusalem, kemudian Paulus juga hadir
untuk menghadirinya (KPR 21:18).
3.
Persamaan bahasa Yunani yang terdapat dalam surat ini
dengan ceramah Yakobus pada sidang Yerusalem ( Yak 1:1 dg KPR 15:23; Yak 1:27
dengan KPR 15:14; Yak 2:5 dg KPR 15:13; Yak 2:7 dg KPR 15:17) merupakan bukti
yang kuat tentang kepenulisan kitab Yakobus.
4.
Yakobus baru percaya setelah Yesus bangkit dari antara
orang mati (I Kor 15:7) dan diangkat sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem,
ketika Petrus terpaksa meninggalkan tanah Palestina (KPR 12:17).
WAKTU
DAN TEMPAT PENULISAN
Karena Yakobus saudara Yesus yang
dianggap sebagai penulis kitab ini, maka tempat penulisannyapun dapat
dipastikan di Yerusalem. Diperkirakan surat ini ditulis sekitar tahun 45 – 50
M, hal ini didasari atas pertimbangan – pertimbangan sbb:
a.
Minimnya pembahasan tentang Kristologi, besarnya
penekanan pada etika yang memiliki kesamaan dengan khotbah Yesus di bukit. Hal
ini menunjukkan bahwa surat ini di tulis pada saat gereja masih berada dalam
lingkungan Judaisme.
b.
Tidak disinggungnya pertentangan antara kristen Yahudi
dan non-Yahudi menunjukkan bahwa orang kristen non-Yahudi belum begitu banyak.
ALAMAT
SURAT YAKOBUS
Terdapat tiga asumsi (dugaan)
mengenai penerima surat Yakobus ini, yang didasarkan pada keterangan singkat
yang terdapat dalam surat itu sendiri yang berbunyi: “ …. Kepada kedua belas
suku di perantauan” (Yak 1:1).
1.
Ditujukan kepada orang-orang Yahudi secara keseluruhan
yang tinggal di perantauan
2.
Ditujukan kepada orang-orang kristen Yahudi yang
tinggal di perantauan
3.
Ditujukan kepada orang-orang kristen secara
keseluruhan, sehingga dalam hal ini kalimat tersebut diatas dipahami secara teologis
dan bukan geografis.
Kebanyakan
para penafsir lebih condong untuk memilih asumsi atau kemungkinan yang kedua, yaitu ditujukan kepada orang-orang
kristen Yahudi yang berada di luar Palestina. Selain daripada itu dalam Yakobus
2:2, penulis menyebut tempat pertemuan di sinagoge. Kata di perantauan
sepertinya juga tidak menunjukkan lagi kepada tempat, melainkan untuk
menyatakan keadaan, sifat hidup orang Kristen di dunia ini ( kiasan).
MAKSUD
DAN TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk memberikan penghiburan kepada mereka yang sedang
mengalami penderitaan
2.
Untuk mengajar dan menegur sikap dan tindakan yang
salah dari kalangan orang – orang Kristen Yahudi, beberpa sikap yang salah
adalah: Yak 1:11, 4:6, 16).
3.
Untuk membuktikan hubungan antara iman dan perbuatan,
dimana perbuatan menjadi bukti bagi iman.
4.
Untuk mengingatkan para pembacanya, bahwa kedewasaan
rohani itu dihasilkan oleh berbagai penderitaan atau ujian.yang akan menjadikan
orang kristen memiliki ketekunan dan ketekunan inilah yang akan menjadikan
orang Kristen dewasa rohani dan menghasilkan buah yang matang (Yak 1:2-4).
SURAT I PETRUS
Latar
Belakang
Pada
mulanya pemerintah dan masyarakat Romawi menganggap gereja sebagai bagian
(suatu sekte) dari Judaisme. Karena itu gereja diperlakukan sama dengan
Judaisme, yaitu dianggap sebagai religio licita (agama yang diijinkan
dan dilindungi oleh negara). Kebijaksanaan pemerintah Romawi terhadap
agama-agama adalah toleransi sejauh ibadah agama tersebut tidak bertentangan
dengan kepentingan pemerintah dan negara.
Perubahan
mulai terjadi pada akhir dekade ketujuh, pada abad pertama. Hal ini terjadi
sebagai akibat semakin meruncingnya konflik antara Kekristenan dengan Judaisme
yang membawa dampak kepada terpisahnya kekristenan dari Judaisme. Sejalan
dengan hal itu, maka mulai terjadi perubahan sikap dari pemerintah dan
masyarakat Romawi terhadap kekristenan. Keteguhan orang kristen untuk
memperyahankan iman percaya mereka mengundang kecurigaan sekaligus cemoohan
masyarakat. Ajaran tentang penghakiman yang akan datang serta kebinasaan dunia
yang sekarang menimbulkan kesalah pahaman dan kebencian.
Perubahan
sikap tersebut menempatkan orang-orang kristen dalam situasi yang sangat sulit.
Kesulitan, tantangan dan aniaya mulai membuat ketakutan dan kebimbangan. Atas
situasi yang terjadi seperti itulah, maka surat I Petrus dituliskan dengan satu
harapan agar orang-orang kristen tetap setia dan berpegang teguh pada iman
percaya mereka kepada Kristus yang telah lebih dahulu menderita aniaya.
Penulis
Dalam I
Petrus 1:1, penulis memperkenalkan diorinya sebagai “… Petrus, rasul Yesus
Kristus.” Informasi ini menunjukkan secara jelas bahwa penulis surat ini adalah
rasul Petrus, yang kisahnya banyak dimunculkan dalam keepat kitab Injil dan
Kisah Para Rasul.
Para penafsir meragukan hal tersebut
diatas dan cenderung menganggap surat I Petrus sebagai “pseudepigrapha..”
Beberapa argumentasi dikemukakan, diantaranya mengenai gaya bahasa Yunani yang
digunakan oleh penulis tidak begitu menyakinkan. Kemiripan berpikir dan gaya
bahasa yang dipakai memiliki kemiripan dengan apa yang dilakukan oleh Paulus
terhadap surat-suratnya, sehingga diantara mereka ada yang bereasumsi bahwa
penulis kitab ini adalah paulus. Hal ini tidak memiliki dasar yang kuat.
Disamping bukti internal (psl1:1), kepenulisan surat ini yang menyatakan Petrus
sebagai penulisnya juga didukung oleh bapa-bapa gereja. Sebagai contaoh tulisan
Polikarpus dari Smirna (107-135 M) dan Ireneus (200M).
Berdasarkan keterangan dalam psl
5:12, Petrus menulis suratnya dengan perantaraan Silwanus (Silas). Tradisi atau
kebiasaan orang menulis surat pada masa itu memanglah demikian, artinya
seseorang tetap dianggap sebagai penulis sebuah surat meskipun tulisan dalam
suratnya tersebut bukanlah ditulis langsung dengan tangannya sendiri. Jika memang
tradisi menyatakan hal tersebut, maka keraguan para teolog modern tentang
kepenulisan surat I Petrus ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1-
Surat ini ditulis dengan menggunakan bahasa Yunani yang
baik, karena memang “ditulis” oleh Silas, seorang Yunani dari Antiokhia.
2-
Pikiran dan cara penyampaiannya mirip dengan Paulus,
karena Silas pernah (untuk waktu yang cukup lama) menjadi rekan sepelayanan
Paulus.
Waktu
dan Tempat Penulisan.
Karena hampir dapat dipastikan
penulis dari kitab ini adalah Petrus, maka penulisannya pasti dilakukan sebelum
kematiannya di bawah Kaisar Nero. Dengan demikian tahun penulisannya
diperkirakan sekitar tahun 60-64 M. Groenen menetapkan tahun penulisannya
adalah tah 80-90 M, karena ia mengikuti alur para teolog modern yang berpendapat
bahwa penulis kitab ini bukanlah Petrus.
Tentang tempat penulisannya,
kemungkinan surat ini ditulis di Roma. Hal ini berdasarkan bukti internal
berupa keterngan “… di Babilon” (5:13). Terdapat 3 kemungkinan tentang istilah
Babilon ini:
a.
Babilon kuno di Mesopotamia
b.
Sebuah benteng (kota) tentanra di Mesir, yang disebut
menurut nama itu.
c.
Nama mistis atau nama sindiran dikalangan orang yahudi
pada masa itu untuk penyebutan kota Roma.
Diantara
ketiga kemungkinan tersebut agaknya kemungkinan ketigalah yang paling logis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa surat ini ditulis di kota Roma. Tradisi
menyebutkan bahwa Petrus pernah ke kota Roma dan mati syahid disana (disalib
dengan kepala dibawah) pada masa pemerintahan kaisar Nero.
Alamat
Surat
Surat ini ditujukan kepada
“orang-orang pendatang di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia.”
Sepertinya yang dimaksudkan disini adalah orang-orang kristen secara
keseluruhan yang berada di wilayah-wilayah tersebut. Hal ini didukung oleh
keterangan selanjutnya dalam ayat 2, “yaitu orang-orang yang dipilih.” Pada
masa itu terdapat anggapan atau pola pikir bahwa orang-orang percaya (orang
kristen) merupakan pendatang di dunia ini ( bdg Flp 3:20).
Tema
Kitab
Surat I
Petrus ini bertemakan tentang “Kristus hsrapan dan teladan kita.” Yang
mengajarkan tentang pengharapan pada saat menghadapi penderitaan yang akan
terjadi.
Maksud
dan Tujuan Kitab
1.
Untuk meluruskan kesalah pahaman yang terjadi di
kalangan jemaat, khusunya dikalangan jemaat yang didirikan oleh Paulus, yang
menganggap bahwa ajaran Petrus bertentangan dengan ajaran Paulus.
2.
Untuk menguatkan jemaat dan menghibur mereka sebagai
persiapan untuk menghadapi keadaan darurat yang akan segera tiba.
3.
Untuk menunjukkan kepada orang-orang Kristen bagaimana mempertahankan
penebusan mereka ditengah-tengah dunia yang memusuhi mereka.
II PETRUS
Latar Belakang
Berbeda dengan I Petrus yang
ditulis untuk mempersiapkan jemaat menghadapi penderitaan dan kesukaran yang
kan terjadi, II petrus ditulis justru untuk menghadapi situasi yang lain yaitu
ancaman ajaran sesat atau guru-guru palsu. Dalam pasal yang kedua, penulis
secara panjang lebar menguraikan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh guru-guru
palsu tersebut. Mereka tidak hanya mengajarkan ajaran-ajaran yang menyesatkan,
tetapi mereka juga menyeleweng dalam akhlak. Mereka adalah penganut
libertinisme moral yang merupakan ciri bidat antinomianisme.
Penulis
Terjadi perdebatan yang cukup
panjang menyangkut keautentikan Petrus sebagai penulis dari kitab ini. Hal ini
terjadio sampai dengan akhir abad ke-4, dimana bapa-bapa gereja masih
mempersoalkan hal ini. D kemudian hari, para ahli tafsir modern secara tegas
menolak rasul Petrus sebagai penulisnya.
Salah satu argumentasi mereka
adalah keterangan yang terdapat dalam psl 3:4, khusunya tentang “bapa-bapa
leluhur,” yang menurut mereka hal itu menunjuk kepada tokoh-tokoh kristen
generasi pertama. Argumen ini tidak cukup kuat, oleh karena lazimnya istilah
“bapa-bapa leluhur” adalah sebutan untuk para leluhur Israel pada masa itu.
Meskipun tidak didukung oleh
bukti-bukti eksternal, namun bukti-bukti internal sesuai dengan kehidupan
Petrus, (Psl 1;13-14, 16-18; 3:1) dan keterangan tentang identitas (perkenalan
diri) dari penulis pada pasal 1:1, membuktikan bahwa penulisnya dalah rasul
Petrus.
Waktu dan tempat penulisan.
Karena penulisnya adalah rasul
Petrus, maka surat ini pastilah ditulis pada kurun waktu setelah penulisan I
Petrus dan sebelum kematian Petrus di Roma. Kemungkinan tidak lama setelah I
Petrus ditulis, yaitu berkisar th 64-66 dan ditulis di kota Roma.
Alamat Surat
Meskipun tidak ada keterangan
yang jelas mengenai alamat surat ini, namun pada psl 3:1, mengindikasikan bahwa
surat ini di tujukan kepada mereka yang telah menerima/ membaca suratnya yang
pertama.
Tema – waspada terhadap para penyesat.
Maksud dan Tujuan Penulisan
1.
Untuk memperingatkan jemaat tentang bahaya
ajaran-ajaran sesat yang membinasakan
2.
Sebagai penghibur bagi orang-orang kristen yang putus
asa dalam mengharapkan hari kedatangan Tuhan yang tak kunjung tiba.
3.
Sebagai suatu perangsang untuk menghasilkan iman yang
teguh.
Hubungan dengan surat I Petrus dan Kitab Yudas
Hubungan dengan surat I Petrus,
I Petrus menasehati bagaimana mempertahankan iman dalam menghadapi
aniaya/penderitaan, sedangkan II Petrus menasehati jemaat tentang bahaya yang
ditimbulkan oleh ajaran sesat.
Hubungan dengan surat Yudas,
Isi dari II Petrus ini memiliki hubungan (paralel) dengan surat Yudas.
Contoh keparalellannya adalah sebagai berikut:
II Petrus 2:1-3 // Yudas 4 ; II Petrus 2:5 // Yudas 5; II Petrus 2:4,6 //
Yudas 6-7; II Petrus 2:10-11 // Yudas 8-9 ; II Petrus 2:12 // Yudas 17; II
Petrus 3:3 // Yudas 18.
SURAT I YOHANES
Latar
Belakang
Surat I Yohanes ini ditulis untuk
menyikapi/melawan gejala awal gnostikisme yang sudah mulai merebak pada waktu
itu. Gnostikisme adalah suatu filsafat agama yang dibangun berdasarkan anggapan
bahwa roh adalah baik dan tubuh adalah jahat. Sehubungan dengan pribadi
Kristus, penganut gnostikisme mengajarkan bahwa tidak mungkin roh yang baik itu
dapat berdiam/menyatu dalam tubuh yang jahat.
Oleh
karena itu muncul dua ajaran mengenai Yesus Kristus, yaitu:
1.
Docetisme, Kriatus itu hanya nampak sebagai manusia,
tetapi tidak benar-benar menjadi manusia.
2.
Cerinthianisme, Kristus (Roh) itu baru mendiami manusia
Yesus setelah Ia dibaptis, dan kemudian meninggalkanNya sebelum Ia mati di kayu
salib.
Ajaran sesat ini dipandang sebagai sebuah ancaman yang serius oleh
jemaat. Maka rasul Yohanes menuliskan surat ini untuk meyakinkan kepada jemaat,
berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri bersama Yesus, bahwa Yesus adalah
benar-benar Manusia-Allah, dan menegaskan bahwa setiap orang yang menyangkal
Kristus adalah Antikristus.
Penulis
Berbeda dengan surat-surat
lainnya, I Yohanes tidak didahului dengan salam perkenalan yang biasanya
mencantumkan nama penulisnya. Hal ini menimbulkan keraguan diantara para ahli
sehingga mereka beranggapan bahwa I Yohanes bukan sebuah surat dan bukan pula
tulisan rasul Yohanes.
Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut
namanya disurat ini, saksi-saksi dari abad kedua misalnya Papias, Ireneus,
Tertulianus, Klemens menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes,
salah seorang dari kedua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam gaya bahasa,
kosakata dan tema dengan Injil Yohanes semakin memperkuat bahwa surat ini
ditulis oleh rasul Yohanes seperti yang dimaksudkan diatas. (bdg I Yoh 5:13 dg
Yoh 20:31)
Akan tetapi berdasarkan
kesamaan kosa kata dan gaya penulisannya, dapat dipastikan bahwa rasul Yohaneslah
yang menulis surat ini. Sebenarnya psl 1:1-3, secara implisit memberikan
petunjuk mengenai siapa yang menulis surat ini.
a.
Ia adalah saksi mata dari hidup dan pelayanan Yesus dan
ia menyaksikan apa yang telah dilahita dan didengarnya sendiri
b.
Jika dihubungkan dengan kemiripan kosa kata dan gaya
penulisannya yang sama dengan Injil Yohanes, maka dapat disimpulkan bahwa
penulisnya adalah rasul Yohanes.
Bukti lainnya yang mendukung bahwa rasul Yohanes yang
menuliskannya berasal dari catatan bapa-bapa gereja seperti Yustinus (150M),
Polikarpus (155 M), Ireneus (200 M), dll.
Waktu dan tempat penulisan
Diperkirakan surat
ini ditulis di Efesus sekitar tahun 80-90. Tradisi menyebutkan bahwa rasul
Yohanes tinggal menetap di Efesus pada masa ini, dan disana pula ia menuliskan
Injil Yohanes. Menurut tradisi, I Yohanes ditulis sebelum Injil Yohanes. Alasan
lain yang mendukung penentuan waktu tersebut adalah bahwa jenis-jenis ajaran
sesat yang dilawan dalam surat ini adalah jenis ajaran sesat yang mulai muncul
pada periode waktu itu.
Penerima Surat
Sama seperti
penulis dari surat ini, penerima surat inipun tidak jelas. Akan tetapi dalam
psl 2:1,7,18 terdapat sapaan akrab “anak-anakku dan saudara-saudaraku yang
kekasih” agaknya menunjukkan bahwa para pembaca memiliki hubungan yang cukup
akarab dengan penulis. Tidak banyak kutipan dari PL juga menunjukkan bahwa
surat ini dikirim kepada orang-orang percaya yang berlatar belakang kafir (non
– Yahudi ).
Tradisi menyebutkan
bahwa Yohanes menetap dalam waktu yang cukup lama di Efesus. Injil Yohanes
ditulis di kota ini, dan agaknya surat-suratnyapun demikian. Maka dapat
disimpulkan bahwa pembaca surat ini adalah orang-orang percaya atau jemaat di
sekitar Efesus atau Asia Kecil.
Maksud dan Tujuan
1.
Untuk menasehati jemaat agar jangan berbuat dosa
2.
Untuk menasehati jemaat dalam menghadapi para penyesat
yang muncul dari tengah-tengah mereka, dan supaya mereka tetap tinggal didalam
Kristus
3.
Untuk mengingatkan dan meyakinkan kepada jemaat tentang
hidup kekal yang dimiliki oleh mereka karena percaya kepada nama Anak Allah
Analisa Isi Surat, Pasal 1:1-5 – 3:10, tujuh patokan
yang ditetapkan untuk memelihara kelakuan baik.
1.
Berjalan dalam terang (1:5-7)
2.
Jangan menipu diri sendiri (1:8-10)
3.
Turutilah perintahNya (2:1-5)
4.
Teladani Kristus (2:6)
5.
Kasihilah sesamamu (2:7-14)
6.
Janganlah kamu mengasihi dunia (2:15-17)
7.
Tinggallah dalam Kristus dan perbuatlah yang benar
(2:18 – 3:10)
II YOHANES
Penulis
Surat II Yohanes ini memenuhi syarat sebagai sebuah surat
pribadi (littera). Penulisnya memperkenalkan diri sebagai “penatua.” Berbeda
dengan pengertian “penatua-penatua” dalam surat Pastoral” yang menunjukkan pada
sebuah jabatan struktural di dalam gereja, maka pengertian “penatua” dalam
surat II Yohanes ini lebih menunjukkan kepada suatu gelar kehormatan bagi
seseorang yang dituakan oleh jemaat. Dalam tradisi jemaat yang menerima surat
ini gelar “penatua” merupakan penghormatan bagi Yohanes karena dialah satu-satunya
rasul (generasi pertama gereja) yang masih hidup pada saat itu.
Waktu dan Tempat penulisan
Hampir semua penafsir menyetujui tentang tempat dan waktu
penulisan ketiga surat tersebut hampir bersamaan dan pada tempat yang sama
pula. Hal ini berarti bahwa surat ini ditulis berkisar tahun 80-90 M.
Penerima Surat, Penerima surat ini disebut dengan
sapaan:..”Ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi,”
menunjukkan bahwa penerimanya adalah sekelompok orang yang disapa dengan
sebutan tersebut. (II Yohanes 1:1). Sebutan ini memiliki berbagai asumsi,
yaitu:
1.
“Ibu yang terpilih” adalah sebuah kiasan dari sebuah
gereja lokal dengan “anak-anaknya” sebagai anggota jemaatnya dan “anak-anak
saudaramu yang terpilih (II Yoh 1:13),” sebagai jemaat tetangga. (pengertian
simbolis).
2.
“Ibu yang terpilih” juga diartikan sebagai sebuah surat
yang ditujukan kepada sebuah keluarga, kepada seorang ibu kristen bersama
anak-anaknya (secara harafiah).
3.
Hal ini juga diasumsikan sebagai keselarasan dalam
anggapan orang-orang Yahudi terhadap sion, dimana Paulus menyebutnya “ibu kita”
(Gal 4:26).
Maksud dan tujuan Penulisan
1.
Mengingatkan “ibu terpilih” thd guru-guru palsu, agar
ia tidak terlibat didalamnya.
2.
Menasehati agar tetap hidup dalam kasih dan tetap
tinggal dalam ajaran Kristus
SURAT III YOHANES
Penulis, Penulis memperkenalkan diri dengan sebutan
yang sama dengan surat II Yohanes. Hal ini cukup membuktikan bahwa rasul
yohaneslah yang menuliskan surat ini.
Penerima Surat, Penerima surat disapa oleh penulis
dengan sebutan “Gayus yang kekasih”. Gayus adalah seorang anggota jemaat,
seorang kristen sejati, yang dipuji oleh Yohanes karena kesukaannya menolong
para misionaris (ayat 5-8)
Waktu dan Tempat Penulisan, Surat ini ditulis sekitar
tahun 85-95M seperti halnya surat Yohanes lainnya
Maksud dan Tujuan
Rupa-rupanya orang seperti Gayus ini terancam dikucilkan dari
dalam jemaat oleh seorang yang “sok berkuasa” yang bernama Diotrefes. Ternyata
Diotrefes ini juga memboikot surat danutusan Yohanes (ayat 9-10). Sehingga dalam
suratnya, Yohanes menasehati Gayus untuk tidak meneladani cara hidup seperti
Diotrefes tersebut (ayat 11).
Latar
Belakang
Mendekati akhir abad pertama masehi, para pekerja keliling
dari kota ke kota pada umumnya memperoleh sokongan dari orang percaya setempat
dengan ditampung dan kemudian dibekali untuk meneruskan perjalanan mereka.
Gayus merupakan salah seorang yang bermurah hati tersebut. Namun demikian ada
seorang pemimpin yang bernama Diotrefes yang dengan sifat sombongnya menentang
wibawa Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang diutus
oleh Yohanes. Ia tidak mau menerima utusan tersebut dan bahkan beusaha untuk
mengucilkan orang-orang yang berusaha menerima utusan Yohanses itu. Oleh sebab
itu Yohanes melalui suratnya berjanji bahwa apabila ia datang, ia akan menguji
kekuasaan Diotrefes. Hal ini menunjukkan bahwa saat suarat ini ditulis sudah
terjadi krisis kepemimpinan.
Ada tiga
orang yang namanya disebut dalam surat ini, yaitu:
1.
Gayus, yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya
yang hidup dalam kebenaran serta teladan hidupnya yang dengan sukacita menerima
para utusan Yohanes.
2.
Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat ditaktor,
dikecam atas kesombongannya yang ingin menjadi orang yang terkemuka. Ia bahkan
menolak juga surat Yohanes yang telah dikirimkan sebelumnya, memfitnah Yohanes
bahkan menolaknya dan utusan-utusannya.
3.
Dimetrius, mungkin pembawa surat ini atau seorang
pemimpin sidang (gembala sidang) dalam suatu masyarakat disekitar tempat itu,
dipuji sebagai seorang yang memiliki reputasi baik dan setia pada kebenaran.
SURAT YUDAS
Penulis, Penulis surat ini adalah Yudas, yang memperkenalkan
dirinya sebagai saudara Yakobus (ay 1). Satu-satunya sumber dalam PB yang
menceritakan hubungan Yudas dan Yakobus adalah saudara tiri Yesus (Mat 13:55,
Markus 6:3). Penyebutan nama yakobus dimungkinkan mengingat Yakobus adalah soko
guru (pemimpin) jemaat Yerusalem yang diharapkan dapat membantu menjelaskan
identitas penulis surat ini.
Namun demikian para teolog modern menolak Yudas sebagai saudara Yakobus
dan saudara Yesus. Alasan mereka didasari pada keterangan dalam ayat 17, yang
menimbulkan kesan bahwa surat ini ditulis pada suatu masa jauh setelah jaman
para rasul. Karena itu mereka berpendapat bahwa surat ini ditulis pada sekitar
abad kedua.
Waktu dan tempat penulisan
Menurut tradisi, surat ini ditulis pada akhir abad pertama (80-90). Hal
ini disebabkan adanya hubungan surat Yudas dengan II Petrus 2:1 – 3:4. Argumen
yang mempertahankan bahwa surat ini ditulis pada abad pertama adalah : kesamaan
isinya dengan surat Petrus kedua yang menunjukkan bahwa kedua surat tersebut
sedang menghadapi situasi yang sama yaitu ajaran sesat.
Alamat surat
Penerima surat ini tidak disebutkan secara khusu, tetapi ada kemungkinan
sama dengan penerima surat II Petrus, yaitu orang-orang kristen secara
keseluruhan. Persamaan keadaa dengan surat II Petrus menunjukkan adanya
kemungkinan alamat surat tersebut sama. (bdg II Petrus 3:1) yang terletak di
Asia Kecil.
Masalah Pengkanonan
Pengkanonan surat Yudas menjadi perdebatan diantara bapa-bapa gereja yang
disebabkan oleh karena pengutipan kitab Pseudepigrapha Yahudi. Penyebutan
tentang Henokh dikutip dari “kitab Henokh” dan penyebutan tentang pertentangan
antara Mikhael dengan Iblis mengenai mayat Musa, dikutip dari “Kitab
pengankatan Musa ke Surga.”
Proses pengkanonan kitab Yudas dapat disusun sebagai berikut:
1.
Pada awal abad ketiga surat Yudas telah tersebar luas
dikalangan umat kristen dan telah dikutip oleh bapa-bapa gereja seperti
Klement, Tertulianus, Ireneus sebagai Kitab Suci.
2.
Tetapi selanjutnya selama abad ketiga dan keempat,
surat Yudas ditolak oleh sebagian umat kristen
3.
Pada abad kelima surat Yudas kembali diterima sebagai
kitab suci dan diakui sebagai karangan Yudas. Hal ini disebabkan karena daftar
kanon PB yang berisi 27 kitab sepeti yang kita miliki sekarang ini telah
ditetaplkan pada konsili di Hippo pada tahun393
4.
Keraguan kembali muncul pada masa reformasi oleh
Luther, Erasmus dan Kayetanus
5.
Pada akhirnya penetapan surat Yudas secara defenitif sebagai
kitab suci dilakukan pada konsili Trente tahun 1546.
Sehubungan dengan pengutipan “pseudepigrapha” Yahudi (kitab Henok dan
kitab pengangkatan Musa ke surga) tersebut kita perlu memahami beberpa hal yang
melatar belakanginya sbb:
1.
Kanon Ibrani baru ditetapkan (diselesaikan) pada
persidangan di Yamnia pada tahun 90-an. Selama abad pertama orang-orang yahudi
diaspora, khususnya yang berada di Alexandria, memiliki kanon yang lebih luas
atau mempunyai konsepsi yang lebih luas tentang kanon. Septuaginta memuat lebih
dari 39 kitab.
2.
Gereja kristen pada abad pertama, disamping berpegang
pada ke 39 kitab tersebut, juga pada kitab “Apokripha dan pseudepigrapha” serta
tradisi lisan yahudi.
3.
Keputusan di sidang yamnia tidak diketahui secara luas
oleh gereja kristen
4.
Kanon PB baru mulai digumulkan oleh bapa-bapa gereja
pada awal abad kedua (tahun 130-an), dan daftar yang terakhir (yang diterima
secara umum tanpa perdebatan) baru disusun oleh Athanasius pada tahun367,
kemudian baru ditetapkan pada konsili Hippo 393.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa penggunaan apokripha dan
pseudepigrapha serta tradisi lisan Yahudi adalah merupakan hal yang biasa di
kalangan gereja kristen pada abad pertama.
KITAB WAHYU
Latar Belakang
Kitab ini memberikan suatu pegangan mengenai siapa penulisnya, yaitu
penyebutan dirinya dengan nama Yohanes ( 1:, 4 dan 9; 22:8). Dalam psl 22:8
penulis menggolongkan dirinya dengan golongan para nabi, yaitu golongan
orang-orang dalam gereja mula-mula yang secara khusus dipimpin oleh roh Kudus.
Pandangan bahwa penulisnya adalah nabi Yohanes datang dari Yustinus Martir yang
didukung oleh Ireneus dan juga bapa-bapa gereja lainnya.
Latar Belakang
Kitab ini disebut sebagai karya Apokalips, yang penuh dengan teka-teki.
Biasanya karya Apokalips dihasilkan pada masa penindasan sebagai cara
membesarkan hati mereka yang tengah menderita demi iman mereka. Hal ini dapat
dikenali dari:
1.
Keputusasaan yang besar menghadapi keadaan yang sedang
berlangsung dan suatu pengharapan yang sama besarnya akan campur tangan ilahi
dimasa depan.
2.
Penggunaan bahasa simbolik, impian-impian dan
penglihatan-penglihatan
3.
Ditampilkannya kuasa-kuasa surgawi
4.
Nubuat tentang malapetaka yang hebat yang akan mengenai
orang fasik dan yang secara ajaib akan melewati orang benar.
5.
Adakalanya pemalsuan nama penulis atau tokoh-tokoh
sejarah kitab suci yang menonjol.
Isi, kunci seluruh struktur kitab ini mungkin harus ditemukan
didalam pasal 1:19, dimana sipelihat diberi tugas menulis apa yang telah
dilihatnya, menulis apa yang telah terjadi dan menulis akan apa yang akan
terjadi.
Waktu penulisan dan tempat penulisan
Ada dua pandangan yang berbeda tentang waktu dan latar belakang keadaan
dimana kitab ini ditulis, yaitu:
1.
Kelompok ini beranggapan bahwa kepenulisan surat wahyu
ini berasal pada masa Kaisar Nero, ketika ia berkuasa terjadi kebakaran dikota
Roma, yang disertai penganiayaan terhadap orang-orang kristen. Hal ini ditandai
dengan bilangan 666 (13:18) adalah jumlah keseluruhan nilai-nilai
bilangan-bilangan huruf-huruf Ibrani yang dieja “Neron Kesar” dan pastilah
pribadi yang diuraikan disini adalah Nero. Tetapi penalaran seperti ini
sangatlah lemah bila tidak disertai dengan buktibuktinya
2.
Kelompok ini beranggapan bahwa kepenulisan kitab Wahyu
ini menjelang akhir abad pertama dibawah pemerintahan Domitianus (81-96M). Hal
ini didukung oleh bukti eksternal, Ireneus yang hidup kira-kira 60 thn
berikutnya setelah kitab Wahyu ini ditulis dan berasal dari Asia Kecil
memberikan kesaksian tentang penglihatan yang dilihat Yohanes di pulau Patmos.
Meskipun kemungkinan penganiayaan orang kristen tidak berlanjut hingga
jaman Domitianus, desakannya agar ia disembah sebagai dewa ditambah dengan
kediktatorannya telah menempatkannya sebagai oposisi bagi perkembangan
kekristenan. Kitab ini ditulis dipulau Patmos (1:9) dimana Yohanes dibuang
ketempat pengasingan sebagai tawanan.
Ciri khas kitab Wahyu
1.
Kitab ini adalah satu-satunya kitab yang digolongkan
sebagai kitab nubuat dan wahyu
2.
Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan
dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan tentang kenyataan tentang masa
dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara rahasia tertentu.
3.
Penggunaan angka sebagai pola penyampaiannya.
4.
Malaikat dikaitkan dengan penglihatan dan ketetapan
sorgawi.
5.
Kitab ini bersifat polemik yang menyingkapkan roh jahat
dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai Allah. Kedua,
menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan.yang agung dan penguasa atas raja-raja
dibumi (1:5; 19:16).
Maksud dan tujuan penulisan
1.
Surat kepada ketujuh jemaat menyatakan adanya
penyimpangan yang parah dari standar kebenran rasuli. Suratini ditulis untuk
menegur dan menghimbau agar bertobat dan berbalik kepada kasih mula-mula
2.
Dikirim kepada jemaat-jemaat untuk meneguhkan iman dan
kesetiaan mereka kepada yesus Kristus.
3.
Melengkapi orang percaya dalam peperangan melawan kuasa
iblis
Proses Pengkanonan Kitab Wahyu
Kitab Wahyu tergolong sebagai kitab “antilegoumena” (kitab yang
penerimaannya ke dalam kanon diperdebatkan). Sampai dengan pertengahan abad
ke-4, kitab ini masih diperdebatkan, meskipun pada masa yang lebih awal kitab
ini telah diterima oleh beberpa bapa gereja, diantaranya Ireneus (130-200 M)
Diperdebatkannya kitab ini lebih disebabkan karena kitab ini penuh dengan
simbol-simbol yang sukar dimengerti oleh generasi berikutnya. Simbol-simbol ini
hanya dapat dipahami oleh generasi pada saat tulisan tersebut dibuat. Proses
pengkanonan kitab Wahyu adalah sebagai berikut:
1.
Penerimaan dikalangan Gereja Barat
a.
Pada awal abad ke-2, kitab Wahyu sudah dikenal di kota
Efesus dan Asia Kecil, yang merupakan pusat kekristenan pada saat itu
b.
Kurang lebih tahun 180-190, Ireneus sudah mengutip
kitab Wahyu ini.
c.
Tertuliamus dari Kartago (197-220) mengakui kitab
Wahyu.
d.
Klemen dari Alexandria, juga mengakui kitab Wahyu.
e.
Kanon Muratori (170-210) mencantumkan/menerima kitab
Wahyu
f.
Origenes (152-284) menggolongkan kitab wahyu sebagai
kitab yang umum diterima
g.
Eusebius (263-339 M), dengan ragu-ragu menggolongkan
sebuah kitab yang umum diterima
h.
Athanasius (367) menyusun daftar ke 27 kitab PB, yang
kemudian ditetapkan sebagai kanon PB pada konsili di Kartago 397.
2.
Penerimaan di gereja Timur
a.
Kanon Syria (abad ke-3)
tidak mencantumkan kitab wahyu
b.
Cyril dari Yerusalem (315-386) dan Gregory N (329-389)
tidak menerima kitab wahyu
c.
Konsili gereja Timur di Instambul (692), mengeluarkan
dua daftar kanon, yang satu mencantumkan kitab wahyu yang lainnya tidak. Umat
diberi kebebasan untuk memilih apakah menerima atau menolak kitab tersebut.
3.
Penerimaan dikalangan para reformator
a.
Luther, kurang menghargai kitab wahyu, meskipun ia
tidak menolak kitab itu.
b.
Karlstsdt; menggolongkan kitab wahyu kedalam
kitab-kitab yang disangsikan
c.
Swingli, secara tegas menyatakan bahwa kitab wahyu
bukan kitab suci.
d.
Calvin, tidak menunjukkan sikap yang tegas mengenai
diterima atau ditolaknya kitab wahyu, tetapi ia tidak menafsirkan kitab
tersebut.
Casino Bonus Codes 2021 - All casino bonuses, no deposit
BalasHapusCheck our online casino bonus codes 강원 랜드 카지노 for 2021 강원랜드 쪽박걸 ✔️ 룰렛 판 Get free spins for casino games & 배팅 사이트 claim your 비트 카지노 $5000+ in free chips. Claim our No Deposit bonus codes for 2021!
NJ Online Casinos Powered By Bally's Casino - KT Hub
BalasHapusThe online casinos offer a variety of betting options that allow you 서산 출장마사지 to place 순천 출장샵 bets. 정읍 출장샵 This feature allows you to bet online 통영 출장안마 on a wide range of sports 광주 출장샵 and markets